Be Wise Using Social Media

vintage-social-networking-685x548

Seringkali menjumpai dua orang yang saling kenal akrab di dunia nyata, jadi saling menjauh gara-gara social media alias socmed. Dari bahasa tulisan yang bersifat ambigu—yang berpotensi memicu kesalahpahaman, hati yang kurang bersih, dan kontrol diri yang kurang baik. Sampai-sampai salah satu atau bahkan keduanya, terbawa emosi meluapkan segala kemarahan dengan membabi buta.

Gara-gara salah paham, salah komen, salah sambung dengan apa yang dimaksud.. ribut deh. Padahal masalahnya juga nggak penting-penting amat. Kadang cuma masalah sepele, miskomunikasi. Oleh karenanya, mari luruskan niat, jaga lisan, bersihkan hati dan selalu kedepankan husnuzh-zhan.

“Twit atau status itu sifatnya multitafsir, jika hati bening maka dicerna dengan bening, jika hati keruh maka dicerna dengan keruh. Jika timbul suuzh-zhan pada status teman, maka tabbayunlah. Lalu jika benar prasangkamu, maka nasihatilah. Jangan lantas dighibah..” (Mbak Winta)

Memang benar rasanya, ada teman-teman yang cukup dikenal di dunia nyata aja, nggak perlu ikut ditarik ke dunia maya. Begitu juga sebaliknya. Walau begitu, berteman di socmed dengan mereka yang kita kenal baik di dunia nyata, ada manfaatnya juga. Dari apa yang saya alami, kita jadi tahu sisi lain seseorang. Sisi yang tak pernah kita jumpai darinya di kehidupan nyata.

Following doesn’t mean being friends, unfollowing doesn’t mean being enemies. Whatever happened in social media, stays in social media. Please behave and control your head, your fingers. Always think twice before posting.

Be wise using social media. Jangan sampai karena ingin mendekatkan yang jauh, akhirnya jadi menjauhkan yang dekat. The real life is out there. Mengutip perkataan seseorang, “When I was kid, my social network was called ‘outside’.” Ha! Quite true, isn’t it?

Kalau sampai suasana di socmed terbawa di dunia nyata (pekerjaan, percintaan, rumah tangga, sekolah, etc) boleh jadi orang tersebut ada masalah dengan kontrol diri dan emosi ketika berinteraksi di socmed. Kalau ternyata orang tersebut bisa tidak terhanyut dengan membawa suasana di dunia maya ke dunia nyatanya, well.. then why so serious?

Enjoy social media.. let’s not lose ourselves over it. 🙂

~ Jakarta, first afternoon in October 2013.. pelajaran berharga yang saya dapatkan setelah ber-socmed selama hampir 7 tahun.. a self reminder, actually.

[ image source: Google ]

5 thoughts on “Be Wise Using Social Media

  1. Makanya ana kalau pengen posting suka ketunda terus karena kebanyakan mikir; “ada yang tersinggung nggak ya?”, “kelihatan pamer nggak ya?” “ada manfaatnya nggak ya”, blah blah blah. Draft-nya sampe penuh.
    Nice posting, Ukht.

    Like

  2. Quote:

    “Dari bahasa tulisan yang bersifat ambigu—yang berpotensi memicu kesalahpahaman”

    Setuju, mba.. : )

    Pas zaman blm ada smartphone, seseorang dulu pernah bilang ke saya (maknanya gini): sms itu beda dengan bicara langsung.

    Tulisan itu tak punya mimik, meskipun punya rasa. Contohnya kalau baca tulisan:
    – “afwan ya” (aslinya: pake marah, muka cemberut)
    – “afwan ya” (aslinya: sambil senyum tulus)

    Beberapa kali juga baca komen di web2. Ada yg komen panjang2, salah paham. Ternyata yang bersangkutan gak baca artikel sampai selesai. Atau baca sampai selesai tapi gak paham maksud penulis. Pantesan aja salah paham.

    Meskipun begitu, bahasa tulisan tetap punya nilai lebih yang tak tergantikan : )

    *maaf komennya kepanjangan ya mba.. biasanya cm jd silent reader*

    Like

    • Wah dikomentari sama penulis favorit, masya Allah 🙂

      Iya mba, karena bicara lewat tulisan tidak seperti bicara langsung yang lengkap dengan mimik wajah dan intonasi (nada suara). Dan ya, bahasa lisan maupun tulisan memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri..

      Jazakillah khayran mba Athirah, suka sama tulisan-tulisannya, terutama yang di UmmiUmmi.com 🙂

      Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.