Pasti ada saat-saat dimana kita merasa sangat lemah dan tak berdaya. Diantara tumpukan problema yang mendera. Saat-saat dimana kita merasa sangat butuh akan pertolongan Allah.
Satu keadaan yang membuat kita meyakini sepenuhnya, bahwa Allah adalah sebaik-baik tempat bergantung.
Dan ketika kita telah berhasil melewatinya, tentunya dengan pertolongan-Nya..
Pantaskah jika kita seakan tak rela atas takdirNya tersebut? Dan mengapa kita terus dihantui beban di masa lalu, terus menyalahkan dan membiarkan masa lalu itu mengambil alih semua kesempatan kita untuk bahagia?
Ya, bahagia.
Setidaknya bila kita tidak atau belum bisa memaafkan, cobalah untuk merelakan.
Merelakan bahwa apa yang terjadi pada kita adalah bagian dari takdirNya.
Sesekali perlu bagi kita untuk menengok ke belakang, hanya untuk mengambil pelajaran.
Karena kita tidak hidup untuk masa lalu.
Kita hidup untuk hari ini dan esok.
Bukankah Allah telah mengganti kepahitan itu dengan nikmat-nikmat yang tidak dapat kita dustakan?
Jangan hidup dalam dendam.
Seakan kita lupa bahwa akan ada hari pembalasan. Ketika kita dizholimi, di tengah ketidakberdayaan.. biar Allah saja yang membalas.
Setidaknya kita perlu bersyukur, kesulitan demi kesulitan yang kita lalui mengajarkan begitu banyak hal, menempa kita untuk menjadi manusia yang lebih tegar. Mengajarkan kita untuk legowo, menerima apa yang tidak bisa diubah…
Jadi, apa gunanya untuk SELALU menengok ke belakang?
Bukankah sekarang dan masa depan menanti di depan mata, sebuah kesempatan untuk kita lewati dengan sebaik-baiknya…
Agar tidak ada lagi penyesalan.
~ Jakarta di Senin pagi yang cerah, 181010.
*Allahu Rabbii, so glad that I’ve passed that level of letting go.. without You i’m nothing 🙂
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Tumblr ]