Menikah dan Berubah… ?

morning sillhouette

Hmmm…

Seperti flashback dua tahun kebelakang. Benarkah setelah menikah kita akan berubah? Jawabannya bisa ya bisa juga tidak. Dan berubah dalam hal apa dulu? Yang jelas dan yang pasti.. status KTP akan berubah πŸ˜›

Automatically, kegiatan sehari-hari nggak akan sama dengan yang dulu. Hal yang biasa dikerjakan sendiri jadi dikerjakan berdua. Dunia pun jadi lebih indah.. serasa milik berdua, yang lain ngontrak πŸ˜€

Tapi yang saya maksud ‘berubah’ disini bukan itu..

Ketika akan menikah dulu, hampir semua sahabat-sahabat dan orang terdekat saya mengatakan hal yang sama.

“You are going to change, dear.. And you are going to leave this sisterhood.. this one of a kind..”

Saya hanya menjawab,

“What do you mean? I will be the same girl you used to know, gals! Nothing would changed, I assured you that..”

With trembling voice, imagined how come such thing ever crossed their mind. Dan kala itu, saya merasa yakin semua akan baik-baik saja.

Di hari bersejarah itu, ketika akad selesai terucap, saya berpelukan dengan seorang sahabat terbaik saya. Begitu erat, sampai jilbab kami basah karena air mata. Tangis bahagia sekaligus sedih. Karena mungkin kami sadar..Β  tak akan pernah bisa seperti dulu lagi.

Dua hari setelah saya pindah ke rumah yang telah disediakan suami, adik-adik saya menelepon. Tampaknya mereka benar-benar merasa kehilangan saya. Sejujurnya saya juga sedih, tapi toh ini memang konsekuensi hidup kan?

Menikah, artinya meninggalkan sebagian dari masa lalu dan menjemput sebagian dari masa yang akan datang.

Dan nyatanya, mereka hanya butuh waktu untuk memulai hidup tanpa kehadiran saya. Saya berusaha meyakinkan, saya masih tetap saya yang dulu. Mungkin ada hal-hal yang berubah, tapi secara keseluruhan saya tidak banyak berubah.

Dan satu hal yang pasti, hati saya senantiasa dekat dengan mereka, orang-orang yang saya cintai. Meski raga ini jauh terpisah dari mereka semua.

Time flies so fast. Dan jadilah saya seperti yang sekarang ini.

Secara kuantitas, perhatian saya pada teman, sahabat dan keluarga jauh berkurang. Yah maklumlah, ibu satu anak, tanpa pembantu, wirausaha kecil-kecilan pula. Tapi di balik kurangnya intensitas pertemuan, saya berusaha untuk meningkatkan kualitas hubungan. Bisa dengan bertukar kabar melalui email, sms atau malah ketemu di jejaring sosial macam Facebook.

Jika ada kesempatan berkunjung, saya gunakan sepuasnya untuk melepas rindu dan berbagi kisah hidup. Dan ternyata, kami masih seperti dulu. Khas akhawat belum menikah.. buzziing πŸ™‚

Suami saya juga cukup fleksibel dalam menetapkan batas pergaulan dengan teman-teman saya. Kadang malah menyuruh saya untuk main dan menyambung silaturrahmi dengan kerabat dan kawan-kawan lama saya.

Beliau juga tidak pernah melarang untuk berinteraksi atau berkomunikasi dengan teman-teman pria saya. Selama dalam batas yang sewajarnya dan ada keperluan penting, insya Allah dibolehkan. Tentunya dengan izin dan sepengetahuannya.

Jadi, berubah setelah menikah itu pasti.

Ada pergeseran prioritas yang tidak dapat kita hindari. Tapi tidak berarti meninggalkan dunia dan teman-teman saat sebelum menikah sama sekali kan? Asal tahu porsinya, kita bisa kok membagi waktu antara diri sendiri, keluarga dan sahabat.

Dengan tetap memprioritaskan keluarga di atas kepentingan lainnya, pastinya.. ❀

~ Though we will never be the same again, but this feeling, memory, and love still remains. Heartily…

*Originally posted on my Facebook notes, Wednesday, 14 October 2009 at 13:25

Β© aisyafra.wordpress.com

[ image source: Tumblr ]

Advertisement

4 thoughts on “Menikah dan Berubah… ?

  1. iya bu.. nothing will ever be the same again.. πŸ˜› aku jg ngerasain, kadang kangeeeeen banget ya sama masa2 itu, masa2 bebas, bisa kmana aja kita mau tanpa perlu diribetkan ama printilan2 rumah tangga, tapi begitu ngeliat muka polos anak kita, langsung inget bahwa iya kita ga sebebas dulu, tapi kita mendapatkan kebahagian yg dulu gak pernah terbayangkan πŸ˜‰

    Like

    • Btull skali bu, kdg aku jg merindukan masa2 kebebasan ituh *curcol :p
      tapi ada banyak kebahagiaan yg tdk tergantikan dg status lajang yg dulu kita sandang.. anak2 dan suami yg setia mendampingi adalah nikmat yang wajib kita syukuri, bukankah dulu waktu msh single itu yg selalu kita pinta? *curcol lagi :p

      Like

    • Ehehehe.. wajar aja sih kalo kdg pgn bebas sekali waktu, kdg kan jenuh juga. Tapi kalo disuruh milih, aku lbh happy dg kehidupan yg sekarang umm. Trying to be thankful πŸ™‚

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.