More Than Just A Job, It’s A Passion

hello kitty sewing machine

Do your job to the best of your abilities. When it comes to career: live a life that matters to you..

Kira-kira dua minggu yang lalu, ada kawan Ibu yang mendadak datang ke rumah orang tua saya. Beliau sengaja mencari saya, minta dijahitkan stelan jubah dan jilbab buat lebaran nanti. Dan gak tanggung-tanggung, dua stel sekaligus.

Aduh, padahal saya baru aja ‘bernafas’ setelah dikejar deadline bulan kemarin. Rencananya bulan Ramadhan ini saya tidak menerima order lagi karena ingin membuatkan Bapak dan Suami gamis, juga agar lebih fokus ibadah.

Tapi sungguh, melihat wajah si Ibu saya gak tega menolaknya.. Tadinya sih beliau gak bilang buat lebaran, “Kapan aja deh sesempatnya Tia..”.

“Buat lebaran ya bu?” sahut saya, tersenyum.

Beliau malu-malu menjawab, “Iya sih..”.

Hehehe. Akhirnya saya pun menyanggupi, tapi satu stel dulu, insya Allah sisanya setelah lebaran. Beliau pun setuju. Yosh, ceumungudh eh semangat!

Sebelum menikah dulu, bulan Ramadhan selalu menjadi hectic moment bagi seorang penjahit seperti saya. Melelahkan pastinya, tapi menyenangkan. Sebenarnya gak cuma pas Ramadhan aja sih, yah alhamdulillah boleh dibilang order jahitan selalu ada, jarang banget kosong. Justru saat kosong itu yang bikin saya gembira banget, artinya bahan-bahan saya yang numpuk di lemari itu bisa kepegang.

Sering bikin baju buat orang tapi bikin baju sendiri gak sempat-sempat. Mungkin yang pernah atau sedang berprofesi jadi seorang penjahit mengerti betul apa yang saya maksud. Udah mau bikin ngalah melulu, gak jadi-jadi deh.

Kalo dihitung, udah hampir 10 tahun saya jadi penjahit. Lama juga yah? Heuheuheu. Suka dukanya juga banyak.. Dari mulai jari kejahit sampe berdarah-darah, salah motong bahan orang, begadang dikejar deadline, dicereweti customer sampai bongkar ulang karena kurang fit di badan mereka.

Yah, semuanya udah pernah dialami, dan semuanya itu justru melatih kesabaran dan profesionalitas saya dalam bidang ini.

Pertama kali ketemu customer yang cerewet dan banyak maunya agak kaget juga sih. Dan agak dongkol juga, hahahah.. Tapi semakin sering ketemu tipe-tipe customer, semakin saya sadar, bahwa tiap orang itu beda style dan seleranya.

Bu A suka model baju yang ‘heboh’ dan gak biasa. Sebaliknya Mbak B lebih suka yang simple dan anggun. I try to appreciate their requests and do my best to fulfill it.

Itu tadi kan dukanya, kalo sukanya apa aja dong? Wah buanyaaakk.. Kadang saya amat bersyukur memiliki keahlian ini. Tidak perlu kerja di luar rumah tapi bisa menghasilkan. Tidak perlu meninggalkan anak-anak dengan pengasuh, tidak perlu berdesakan di angkutan umum atau berpanas-panas ria di siang hari.

Sejak bisa menjahit, saya nyaris tidak pernah membeli baju jadi. Sekalinya beli waktu mau nikah, jilbab yang ada hiasan bordirnya.. Jubahnya full saya yang handle. Beda rasanya pakai baju hasil jahitan sendiri, lebih puas aja. Dan lebih hemat juga pastinya 😀

Pernah saya membandingkan harga baju jadi dan bahan plus perlengkapan jahitnya, wah selisihnya jauh banget. Hampir 2x lipat harga bahan. Dan saya hargai itu, karena ilmu menjahit itu memang mahal. Tapi bukan jahit asal jadi lho ya, standar butik lah setidaknya.

Ada kepuasan tersendiri juga ketika saya membuatkan baju untuk suami dan anak-anak. Malah gamis untuk anak saya yang pertama itu semuanya dari sisa bahan atau perca, gak ada yang beli. Lumayan ngirit kan? *emak-emak mode on

Hal menyenangkan lainnya adalah ketika menyerahkan baju yang sudah jadi, dicuci dan disetrika rapi ke customer, dan setelah dicoba mereka bilang,

“Pas banget nih mbak Tia, enak dipakainya..”.

Wuih, lega dan bahagia banget rasanya. Customer puas, satu nilai plus atas kerja keras saya. Dan diantara mereka ada yang benar-benar setia menunggu cuti sementara saya selesai. Dan itu membuat saya terharu, sungguh.

Bagi saya, menjahit bukan hanya sebuah profesi, tapi karir dan pencapaian. Saya sangat enjoy dan mencintai apa yang saya kerjakan. It’s full passion I feel inside. It’s not about the money, but self-satisfaction and contribute to others. And those are things money can’t buy.

Ketika selesai sekolah dulu, yang saya inginkan bukan mencari pekerjaan, tapi menciptakan lapangan pekerjaan. Coz I don’t like being employed. I wanna do what I like, no need to do what I don’t like and live a life that matters to me..

“You can always be fired from your job. You can NEVER be fired from your career. Your job is about fulfilling your company’s objectives. Your career is about your journey to be happy & your best-self. Your job is a tool – no more no less. It’s not even yours. Your career is the totality of your professional life.” (Rene Suhardono, Career Coach)

~ Yeah, I love my Job! 🙂

© aisyafra.wordpress.com

[ image source: Google ]

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.