Seberapa penting sih perlunya kita belajar tentang sejarah?
Buat saya, penting. Lho, kenapa? Sejarah itu kan membosankan dan ga menarik. Then let me tell my story. Selain ilmu bahasa dan biologi, ilmu yang paling saya gemari sejak kecil bahkan sebelum saya bersekolah adalah ilmu sejarah. Buku-buku tentang sejarah di rumah habis saya lahap. Sejarah dunia, sejarah perkembangan manusia, sejarah penemuan-penemuan penting oleh para ilmuwan, dan yang paling penting sejarah tentang agama yang saya cintai ini, sejarah Islam.
Masih ingat betul buku pertama tentang sejarah yang saya punya, yaitu buku Sejarah 25 Nabi dan Rasul yang dibeli Ummi sepulang dari pasar. Ketika itu saya masih kecil, belum bisa membaca. Jadi Abilah yang bertugas membacakan cerita tentang perjuangan para Nabi dalam mendakwahkan Islam tersebut. Entah karena saya memang menyukai ceritanya atau terkesan dengan gaya Abi bercerita, tak bosan-bosannya saya minta Abi membacakannya. Diulang-ulang setiap hari, tapi saya selalu excited setiap tiba waktunya beliau biasa bercerita.
Sekolah menjadi tempat memuaskan rasa keingintahuan saya yang besar mengenai ilmu sejarah. Karena saya bersekolah di MI atau Madrasah Ibtidaiyah (setingkat dengan SD), maka saya mendapatkan pelajaran Sejarah Islam pada kelas 3. Sayangnya keshahihan sejarah yang diajarkan di sekolah waktu itu sangat diragukan, bahkan bercampur dengan paham Syi’ah yang sesat dan beberapa riwayat Isra’iliyat yang baru saya ketahui belakangan setelah saya mempelajari Islam lebih dalam.
Perpustakaan adalah tempat nongkrong favorit saya kala itu, sejarah peradaban dunia bagi saya merupakan topik yang sangat menarik untuk digali. Nowadays kita ga harus ngubek-ngubek perpustakaan lama-lama, cukup ketik kata kunci then klik, muncul deh arsip-arsip itu, ada gambarnya lagi. Tapi, ada rasa yang beda sih dengan nyari bahan di perpustakaan, rasa puas dan pengorbanan. Ya, selain rasa capek, hehehehe.
Ngomong-ngomong banyak lho teman-teman saya yang benci dengan pelajaran sejarah, mereka bilang, “ngapain juga ya kita mempelajari sesuatu yang udah terjadi, move on aja kenapa siiikk…” hihihihi.
Hobi yang juga merupakan kegiatan rutin saya, bahkan saat sudah lulus sekolah, yaitu membaca biografi tokoh-tokoh sejarah terkenal, sejarah revolusi negara-negara di dunia, melihat-lihat foto usang di kliping perpustakaan sekolah. Tapi, ada tapinya… saya paling anti disuruh menghafal tanggal-tanggal bersejarah. Nggak tau kenapa tapi susah banget nempelnya. Giliran udah nempel ilang lagi.
Kadang saya kagum sangat dengan Abi yang hafal betul tanggal perang ini, deklarasi itu, konferensi bla bla bla… “Nyerah deh bi aku kalo soal tanggal, hehehe..” elak saya. Dan mungkin salah satu alasan saya menggemari ilmu sejarah adalah karena Abi yang juga gemar sejarah. Atas bimbingan dan motivasi beliaulah saya jadi suka pelajaran IPS lainnya, yaitu Geografi š (yang sebelumnya saya anti banget) dan…. bisa membaca peta buta. Yeaayy! Eh itu pencapaian lho… ga gampang baca peta buta š
Ketika saya mulai mempelajari Islam dengan pemahaman yang benar sesuai metode Rasulullah dan Para Sahabat Beliau, saya temukan bahwa sejarah Islam yang shahih ternyata berbeda dengan apa yang saya pelajari di sekolah dulu. Kitab-kitab tarikh dan siroh nabawiyyah, adalah koleksi di rumah. Salah satu buku yang membuka mata saya akan kekeliruan itu adalah Kitab Al Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir Rahimahullah. Buku ini menjawab semua keraguan yang selama ini saya pendam.
Kenapa Khalifah Utsman dan Ali -Radhiallaahu ‘anhuma- terbunuh, siapa yang telah membunuh mereka dan mengapa mereka dibunuh secara keji? Mengapa ada perang Jamal dan perang Shiffin? Mengapa para sahabat berselisih? Apa itu Syi’ah dan Khawarij? Semua saya dapatkan jawabannya di kitab ini. Gamblang, jelas dan shahih, insya Allah. Syubhat-syubhat yang telah terdoktrin lama dalam pikiran saya terpatahkan sudah. Alhamdulillah. Betapa ilmu adalah bayan (penerang) bagi kebodohan, sekaligus penawarnya.
Ternyata benar, sejarah bisa diputarbalikkan sesuai kepentingan manusia, tapi sejarah (sirah) nabawiyyah insya Allah akan selalu terjaga kemurniannya. Dan semua karena rahmat Allah dan juga atas jasa-jasa para ulama -rahimahullah- yang telah mencurahkan segenap ilmu, waktu dan tenaga mereka demi menjaga harta yang paling berharga tersebut, yaitu ilmu. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda.
Jadi kalo menurut saya pribadi yah, boleh setuju boleh juga tidak, feel free to disagree..
Mempelajari sejarah itu perlu. Selain memperluas wawasan, juga agar kita lebih mengenal bangsa kita, agama kita, latar belakang terjadinya sebuah peristiwa. Minimal sejarah umum aja deh, ga usah yang detail-detail banget. Bukankah bangsa yang baik selalu menghargai sejarah bangsanya? Imho.
Tulisan inipun dibuat terinspirasi dari pengepungan dan penyerangan kaum Syi’ah terhadap ahlussunnah di Dammaj, Yaman (semoga Allah menolong dan memenangkan kaum muslimin). Banyak diantara kita yang tidak mengetahui apa itu Syi’ah, sejarah berdirinya dan apa yang membedakan antara Syi’ah dan Islam.
Mari kita belajar mengenai sejarah agama kita, malu kan masa bulan-bulan tahun hijriyah aja nggak hafal..? Juga agar iman dan aqidah ini tidak mudah terguncang ketika syubhat menerpa…
~ Jakarta, 1 Desember 2011, 30 menit selepas Zuhur.
[ image source: Google Images ]