Aku Merasa Nyaman Dengan Cadar

vintage umbrella

Pakai cadar? Gimana ya rasanya?

Bismillah.. Terinspirasi dari artikel Hari Pertama Bercadar jadi ingin sedikit cerita soal pengalaman pertama memakai niqab/cadar. Plus sedikit latar belakang mengapa saya memilih untuk bercadar.

Menutup wajah atau bercadar adalah sebuah syariat yang sebagaimana hijab/jilbab sering disalah artikan sebagai bagian dari budaya Arab. Untuk lebih jelas mengenai syari’at tentang ini bisa dilihat di artikel Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal Aku Merasa Aneh Dengan Cadar .

Hukum mengenai cadar, para Ulama berselisih, ada yang mewajibkan dan ada yang cukup menghukuminya sebagai mustahab (dianjurkan) saja. Tapi disini saya tidak akan berpanjang lebar mengenai hukum dan perinciannya. I just wanna share my own experience. Or for short, my niqab story 🙂

Pertama kali berkenalan dengan kata cadar adalah sewaktu duduk di bangku SMP dulu, sekitar pertengahan tahun 1997. Ada seorang kawan Ummi yang memutuskan untuk menutup wajahnya, bahkan matanya pun ditutup. Belakangan saya baru tahu itu namanya burqa‘. Kemana-mana harus dituntun suaminya, karena ia tidak bisa melihat sekeliling. Jujur saja waktu itu saya takut melihat penampilannya, serba hitam dan wah.. menyeramkan pikir saya..

Astaghfirullaah.

Waktu berlalu.. Di lingkungan tempat tinggal saya makin banyak saja akhawat yang bercadar. Umumnya mereka adalah pendatang, bukan penduduk asli daerah saya.. Kemudian saya berkenalan dengan salah seorang dari mereka. Mbak Nay, begitu saya memanggilnya.

Pertama-tama saya agak takut juga, jangan-jangan beliau ini ada hubungannya dengan aliran yang menghalalkan pengeboman itu. Karena waktu itu sedang santer-santernya isu terorisme dan pengeboman. Tapi setelah mengenalnya lebih dekat, ternyata Mbak Nay bukan termasuk mereka yang mengatasnamakan pengeboman dengan jihad. Justru beliau mengutuk aksi tersebut dan menjelaskan bahwa Islam yang benar bukanlah seperti itu.

Kamipun makin akrab, Mbak Nay sering main ke rumah begitu juga sebaliknya. Kami sering bertukar pikiran, terutama saya ya, karena status beliau yang istri seorang Ustadz, hingga bikin saya betah untuk nanya ini itu dan tentu saja, nitip pertanyaan ke Ustadz .

Dari beliau, saya mengenal sisi lain seorang wanita bercadar. Ia sama sekali tidak memandang saya yang waktu itu belum bercadar bahkan masih baru mengenal sunnah dengan tatapan meremehkan. Perilakunya santun dan menyenangkan. Ternyata seorang wanita bercadar itu sama seperti kita juga lho… suka bercanda, lucu dan asyik diajak ngobrol.

Jujur saja stigma yang melekat di kepala saya selama ini tentang wanita bercadar yang kaku, jutek, tidak ramah dan eksklusif, berubah seketika. Disini saya benar-benar menyadari bahwa akhlak seorang mukmin itu juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dakwah.

Setelah menikah, tak pernah terpikirkan sekalipun oleh saya untuk menggunakan cadar. Suami juga tidak pernah menyuruh. Hanya kadang beliau bilang,

”Sepertinya kalau wajahnya ditutup jadi lebih cantik deh.. “

Saya sih senyum-senyum saja. Saat itu, saya merasa belum siap. Saya meyakini cadar merupakan bagian dari syari’at. Saya menyadari bahwa cadar atau niqab adalah sebuah bentuk perlindungan Islam terhadap kaum kami, kaum wanita. Bukan sebagai bentuk penjajahan atas hak asasi. Banyak sekali kebaikan dari syari’at ini, saya tidak ragu akan itu.

Tapi apa boleh dikata jika memang saya belum siap? Saya tidak mau bercadar karena disuruh suami, karena ikut-ikutan teman atau mode. Ingat waktu film Ayat-Ayat Cinta sedang booming? Trend wanita bercadar.. banyak kita jumpai dimana-mana. Kemudian sekarang menghilang entah kemana.

Tidak, saya ingin memakainya karena saya merasa sudah siap. Karena jika ikut-ikutan atau niatnya hanya karena manusia akan mudah bagi saya untuk melepasnya lagi.

Keinginan untuk bercadar itu semakin menguat pada suatu pagi, ketika saya menghadiri tabligh akbar masyayikh di Masjid Istiqlal pada Februari 2010. Saat menunggu suami memarkir motor di parkiran, tiba-tiba wajah ini seperti memerah karena malu. Apa sebab? Di sekeliling saya semuanya laki-laki, hanya saya seorang yang perempuan.

Entah kenapa, rasa malu itu datang begitu saja. Padahal pandangan mereka juga tertunduk ke bawah, tapi tetap saja saya merasa sangat malu berada di antara banyak laki-laki, walau saat itu suami berada tak jauh dari saya. Dalam hati saya membayangkan,

“Andai saja wajah ini tertutup, tentu rasa malu ini bisa diminimalisir..“.

Akhirnya sebisa mungkin saya tutupi wajah dengan khimar.

Sejak itu saya jadi rajin membuka-buka buku dan artikel tentang cadar, mencari tahu lebih jauh mengenai hukum dan tata caranya. Tak lupa saya meminta masukan dan saran teman-teman yang sudah lebih dulu bercadar. Sharing cerita suka duka selama mengenakan cadar, tips-tips penting soal cadar dan segala printilannya. Termasuk soal tips makan di kondangan atau tempat umum dengan cadar. Aha! Itu penting loh 😛

Walaupun belum siap sepenuhnya, saya mulai bersiap-siap dengan mencicil menjahit cadar dari sisa-sisa perca jilbab. Akhirnya mulai terkumpul.. Satu, dua, tiga… tujuh. Alhamdulillah.

Setelah istikharah dan memantapkan hati saya putuskan untuk mulai. Suami mendukung penuh, begitu juga dengan keluarga. Alhamdulillah keluarga besar saya dan suami tidak keberatan, karena mereka juga sudah mengenal sunnah. Bismillaah.. Saya bulatkan tekad untuk memulainya.

Kemudian tibalah hari bersejarah itu, suatu hari di bulan Juli 2010. Hanya beberapa hari sebelum melahirkan anak saya yang kedua, ‘Aisyah. Agak nggak pede juga sih awal-awalnya. New look, new me. Tapi, subhanallah… Apa yang saya rasakan saat itu jauh berbeda dengan apa yang saya bayangkan.

Tidak ada panas, susah bergerak dan kekhawatiran-kekhawatiran lainnya. Yang terasa cuma satu: kedamaian. Saya percaya ketika ada wanita yang mengatakan bahwa bercadar itu rasanya sangat damai. Sangat nyaman. Ya, karena saya sudah merasakannya. Masya Allah..

Yang tak kalah penting untuk dipersiapkan adalah masalah mental. Ya, sudah siapkah kita dipandang dengan tatapan aneh ketika berjalan di tengah keramaian? Apalagi kalau ke Mall, wuihh berasa artis deh, hehehe.

Tapi itu semua soal kebiasaan aja sih kalau menurut saya. Makin lama makin terbiasa kok. Yang pakai baju irit bahan aja pede abis, masa kita yang — insya Allah— berbusana sesuai perintah Allah kok malah minder? Selama kita meniatkannya lurus untuk mencari wajah Allah dan keridhaan-Nya, maka insya Allah Ia akan menguatkan kita.

Dan alhamdulillah saya memang tipe orang yang cuek, jadi walau ada berbagai reaksi atas kehadiran saya —terutama cadar ini— saya sih santai saja. Selama tidak menjurus pada pelecehan sih buat saya oke-oke saja. Dibilang ninja, ibu-ibu bertopeng, istri teroris sampai dipandang dengan pandangan sinis seolah-olah saya ini makhluk yang berasal dari planet lain.

Walau sejujurnya, saya justru merasa lebih suka dipandang aneh dengan pakaian syar’i ini, daripada dipandang dengan tatapan melecehkan dan menggoda karena minimnya pakaian yang saya kenakan.

Segala sesuatu memiliki konsekuensi, dan inilah konsekuensi itu. Bukankah menegakkan sunnah di zaman sekarang seperti menggenggam bara api? Panas dan berat terasa. Toh saya dulu juga seperti itu, memandang cadar dengan sebelah mata. Karena, memang ilmunya belum sampai kepada saya. Karena Allah belum membukakan hati saya akan indahnya syari’at ini.

Banyak yang mesti diperjuangkan untuk bercadar. Tapi pengorbanan itu… setara dengan kenikmatan yang didapatkan. Rasa nyaman karena tidak sembarang pria dapat melihat wajah kita. Rasa tenang dari gangguan lirikan nakal atau tatapan melecehkan. Rasa damai karena.. entah karena apa, sulit untuk dijelaskan.

Sungguh Maha Kuasa Allah, yang Maha Membolak-balikkan Hati. Dulu tak pernah terpikirkan sekalipun bagi saya untuk mengenakan cadar. Bahkan saya menganggap mereka yang bercadar itu agak lebay lho.

”Pake jilbab yang biasa-biasa aja deh.. “  kata saya waktu itu.

Astaghfirullaah. Sungguh benar firman-Nya.. boleh jadi apa yang kamu benci itu justru baik bagimu. Jangan mencela mereka yang sudah dapat melaksanakan sunnah ini, jika kita belum sanggup.

“Sesungguhnya hati anak Adam semuanya ada di antara dua jemari dari jemari-jemari Allah seperti satu hati, Dialah yang mengaturnya sesuai dengan kehendak-Nya.” (Riwayat Muslim)

Seorang mahasiswi pascasarjana jurusan Ilmu Komunikasi di sebuah PTN favorit di Jakarta pernah mengajak saya untuk bertemu dan melakukan wawancara kecil-kecilan terkait tugas kuliahnya, setelah membaca tulisan tentang pengalaman saya menggunakan cadar ini.

Tema penelitiannya adalah tentang ‘makna cadar bagi perempuan bercadar’, ditilik dari fenomena wanita bercadar vs fenomena wanita hijaber masa kini. Setelah ngobrol panjang lebar dalam suasana santai, beliau merasa heran dan hampir tidak percaya ketika saya bilang punya blog pribadi, bahkan akun Twitter dan Facebook.

“Lho memangnya kenapa mbak, kok heran?”  tanya saya.

“Ya, saya pikir orang-orang seperti mbak yang memilih untuk berpakaian seperti ini dan tinggal di rumah itu, tertutup (mungkin maksudnya menutup diri) dari dunia luar, nggak mau kenal dan melek teknologi..”  jawab beliau malu-malu.

Saya sih senyam-senyum aja. Hehe.

Ya, saya paham, di luar sana begitu banyak anggapan negatif tentang wanita bercadar. Seperti penampilan istri teroris lah, kurang pergaulan, bodoh, kumal, eksklusif, berpikiran sempit, terkekang dan terbelakang. Sampai ada yang mencap perempuan-perempuan bercadar itu wajahnya buruk rupa, tak enak dipandang, maka mereka menutupinya dengan cadar.

Ah, andai mereka tahu.. Banyak wajah-wajah cantik tersembunyi di balik cadar yang mereka kenakan. Karena bagi mereka, keindahan itu hanya pantas dinikmati oleh suami dan mahramnya.

Sungguh, dengan cadar atau niqab, saya justru merasa bebas dan merdeka. Bebas untuk memilih, mana yang sepantasnya diperlihatkan dan mana yang seharusnya disembunyikan. Saya merasa merdeka dari kedangkalan pemikiran yang menilai wanita hanya dari keelokan paras dan fisiknya semata.

I feel truly blessed for having this identity, as a Muslimah. Alhamdulillahillaadzii bini’matihi tatimush-shaalihat.. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Semoga Allah senantiasa menguatkan.. dalam keistiqomahan ❤

 

~ Jakarta, di suatu pagi yang cerah di penghujung Maret 2012, secuil ide yang tiba-tiba muncul ketika sedang mencuci piring 🙂

© aisyafra.wordpress.com

[ image source: Tumblr ]

Advertisement

70 thoughts on “Aku Merasa Nyaman Dengan Cadar

  1. masyaa Allaah, umm… gemetar gimanaa gitu stlh baca ini… :’)

    semoga Allahu ta’alaa snantiasa tegakkan hati-hati ini dalam meniti jalan hidup di atas sunnah, aamiin allahumma aamiin..

    Like

  2. na’am, umm.. ^^

    wafajazakillaahukhayran,… , seru cerita2 di blognya, jdi kepengenn terus mampir, ^^

    salam kenal, 🙂

    Like

  3. afwan, sdh di tuangkan dlm blog ini blm ya ttg Termasuk soal tips makan di kondangan atau tempat umum dengan cadar. Aha! Itu penting loh 😛
    Kbetulan ana sdg cari info ttg tips tsb. buat istri ana. syukron jazakillah

    Like

    • Memang belum, tapi cara yg biasa saya pakai sesuai advis dr seorang kawan yg telah lebih dahulu berniqab diantaranya:

      – ketika di restoran/walimah usahakan mencari tempat di pojok/sudut, sehingga tangan yg satunya membuka cadar satunya lagi menyuap makanan. Tentunya diusahakan mangkuk/piring diletakkan di atas meja krn tdk bisa dipegang oleh tangan. Kalau tdk ada meja boleh dipegangi mangkuknya oleh teman/pasangan.

      – memakai cadar bertali, sehingga memudahkan utk menggesernya ketika menyuap kemudian digeser/ditutup lagi.

      Alhamdulillah saya pribadi cukup terbantu dg tips tadi. Semoga bermanfaat. Salam buat istrinya ya.

      Like

      • klo ngeblog, sbenerny udah dari dulu mba…. mulai dari blog organisasi kampus mpe yg independen [baca: blog haha-hihi]. mulai dari WP, Blogspot, mpe balik lagi ke WP ^^. masih labiiilll dan masih sukak “gerilya” 🙂 pengenny c punya 1 ‘n istiqomah -.-” *eh tp tergantung mood deh :p

        Like

        • Wow banyak amat blognyah 😀 aku cuma punya dua, disini sama Tumblr.. Wp umurnya baru mau setahun, tumblr masih bayi dibawah 6 bulan hahahay.. Ayo ngeblog lagih, satu aja yg penting istiqomah ngapdetnya (^^)//

          Like

  4. subhanallah..mksh share ny ttg cadar..saya pun pny niat untuk bercadar tp msh ada pertentangan dikeluarga besar ttg cadar..mdh2 an bs mengikuti jejakny 🙂

    Like

  5. Ana berharap sekali orang tua merestui keinginan ana untuk menanggalkan cadar. D0’akan ana ukh

    Like

  6. Assalamu’alaykum warahmtullah.. masyaAllah.. ana merinding bacanya. Pakai niqab salah satu keinginan terbesar ana, tapi rasanya masih belum bisa realisasikan untuk saat-saat ini. Krn ana masih SMA dan harus kuliah. Jujur ana suka sekali membaca blog ini dan tumblr ukhti, duh atau ana harus panggil ummu? hehe mumtaz! MasyaAllah.. ana ingin kenal deket sama ukhti meutya 😀 Mau sharing-sharing dan nanya-nanya ukh.. Jazzakillah khairan:)

    Like

    • Wa’alaykumussalam warahmatullaah.. Semoga Allah memudahkan niat anti untuk berniqab yaa ukhty 🙂

      Alhamdulillaah semoga blog ini membawa banyak manfaat, senang sekali bisa bermanfaat bagi orang lain. Salam kenal kembali ukh Tiara, panggil apa aja boleh, Tya atau Ummu Harits 🙂 mau tanya apa saja, silahkan ukh 🙂

      Like

  7. Assalamu alaykum umm.
    Saya Janni 20 thn. Saya sdh berniat utk mengenakan cadar. Dan saya sdh punya 1 cadar. Tpi ketika izin kpd orang tua, orang msh blm setuju krna takut org sekitar mengaggap aneh atau dll. Tpi ilmu yg saya tau, bercadar merupakan blajar utk lbh bersabar.
    Ummu, saya mnta bantuan nya bagaimana ya cara meyakinkan orang tua (terutama mama, krna papa sih terserah saya) agar tau bahwa cadar adlh bkn golong org2 dgn islam garis keras. Saya sdh jelaskan, tpi malah membuat mereka marah 😥

    Sedangkan saya pernah membaca, bahwa “anak tdk dikatakan durhaka jika membantah orang tua yg melarang anak tsb melakukan syariat islam”

    Mohon bantuannya.
    Shukran.

    Wassalamualaykum. 🙂

    Like

    • Wa’alaykumussalam.. Bismillaah.. mungkin pelan-pelan ukhti bisa mulai dengan da’wah tauhid kepada orang tua, sambil terus birrul walidain (berbuat baik pada orang tua). Saya rasa sangat wajar ukh, jika orang tua yang masih awam melarang anaknya bercadar, walau saya sendiri tidak pernah mengalaminya.. Karena stigma tentang cadar terutama di negeri kita, identik dengan aliran sesat atau paham terorisme. Belum lagi pandangan negatif masyarakat sekitar tentang wanita yang menutup wajahnya. Justru disitulah ladang dakwah kita, sambil diajak ngaji, didakwahi.. kita selipkan pemahaman, bahwa bercadar itu bagian dari syari’at, suka atau tidak suka.

      Dakwah apalagi pada orang tua itu sifatnya bertahap, tidak bisa frontal.. Dengan menunjukkan akhlak yang baik, jauh lebih baik dari sebelum kita mengaji, ambillah hati mereka.. Semoga Allah membukakakn hati orang tua anti untuk menerima kebenaran. Wallahu A’lam. Dan semoga Allah memudahkan niat ukhti untuk bercadar, barakallaahu fiyk.. 🙂

      Ana pernah baca artikel ini, perjuangan seorang akhwat untuk mengenakan cadar, semoga bermanfaat –> Sebuah Kisah Tentang Cadar

      Like

    • Beda dgn pengalaman sy. Kami malah dikatakan salah menafsirkan ayat2 Quran & sunnah. Orang tua menyatakan bahwa cadar tidak ada dalam Islam. Penjelasan demi penjelasan terus sy lakukan utk menjelaskan kpd orang tua. Kasihan jg sih sm istri sy… insyaAllah, orang tua diberikan hidayahNYA dan istri bs istiqomah menjalankan perintahnya.
      Nice share….

      Like

  8. subhanallah, semoga Allah senantiasa menjaga ukhty dalam keistiqomahan nya. 🙂

    semoga Allah swt, memberikan jodoh yang terbaik buat ana ^^
    dan tentunya mampu menjaga auratnya.

    Like

    • Afwan, pasangan maksudnya suami atau istri ya? Kalau suami, sering2 aja diajak diskusi, dikasih buku ttg keutamaan cadar, atau bergaul dengan mereka yang istrinya bercadar.. Sambil terus berdo’a semoga Allah memudahkan keinginan anti dan membukakan hati suami..

      Like

  9. Assalamualikum ukhti, ana nabila baru kelas 1 SMA heehe. oia sore ini lagi iseng2 cari pengalaman orang yang baru mengenakan cadar Alhamdulillah ktemu blog ukhti ^_^ ana pngen bnget menggukan cadar ukhti tapi tidak memungkinkan jika masih bersekolah saat ini.. yg ana mau tanyain bgaimana cara keyakinin ortu kalo ana bner2 niat make cadar .. syukran

    Like

    • Wa’alaykumussalam, alhamdulillaah salam kenal Nabila 🙂 sebelum meyakinkan orang tua, tentunya kita bekali diri kita sendiri dulu dengan ilmu dan tekad yang kuat.. untuk mengenalkan syari’at ini (yang bagi sebagian masyarakat kita dianggap aneh) bisa dicoba dg banyak diskusi, dialog dari hati ke hati dg orang tua.. Ajak mereka untuk membaca buku ttg hijab khususnya ttg syari’at cadar ini dan hadir ke kajian-kajian sunnah.. jangan lupa bersabar dalam da’wah dan mintalah pertolongan pada Allah agar niat anti dimudahkan..

      Barakallaahu fiyk 🙂

      Like

  10. Assalamu’alaikum ukhti…
    salam kenal ya,,
    ukhti,, na boleh gak memasukkan cerita anti dalam buku ana..
    Insya Allah ana ingin menerbitkan sebuah buku dengan tema “Woman and Niqab in the World”
    kalau boleh, harap sms ana langsung ya,, karna ana jarang online akhir2 ini..
    085238277723
    jazakillahu khoiron katsiron ukhti 🙂

    Like

  11. assalaamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh…salam kenal ummu,mau berbagi pengalaman,ketika pertama pk cadar kalo ke kondangan makan selalu belepetan hehe,stlh dpt tips dr teman yang lbh dulu pk cadar,kalo makan di tempat undangan jangan ambil sayur yang berkuah trus maemnya pk tangan,jd bersih dan nyaman,,selamat mencoba…

    Like

  12. Assalamu’alaikum Um?
    artikelnya yg bagus,insya Alloh saya akan mencari calon istri yg telah memakai niqab sempurna. doain saya yah Um ^_^
    btw nyuci piringnya bersih gak tuh Um?biasanya kalo ide nulis muncul pas lagi beraktivitas,selesai aktivitas idenya bubar seketika hehe

    Like

    • Wa’alaykumussalam.. alhamdulillaah, semoga mendapat yang baik, seperti yang diinginkan..

      Wah sudah lupa saya bersih atau nggak, yang jelas, selesai nyuci langsung saya tuangkan ide ini di atas notepad biar nggak hilang 🙂

      Like

  13. assalamualaikum warahmatullah…

    artikelnya bagus umm,,, alhamdulillah saat ini sy sdh mengenakan cadar.. dan alhamdulillah keluarga tidak ad yg melarang dan no comment. 🙂 … walaupun belum genap sebulan,,tp smoga istiqomah dalam menjalankan perintahNya. aamiin

    pengen tanya umm,, apa ada pengalaman ketika dibandara, atau tempat yang mengharuskan mengecek identitas umm? klo ad tolong di share ya.. soalnya dalam waktu dekt ini mau berngkt ke luar kota.

    Like

    • Wa’alaykumussalam warahmatullaahi wabarakatuh. Alhamdulillaah.. semoga istiqamah ya 🙂

      Sejauh ini sih belum ada ukht, saya sendiri jarang bepergian ke luar kota, apalagi naik pesawat. Tapi pengalaman saya, naik kereta api paling hanya diperiksa KTP saja.. Dan ya, foto diri di KTP tidak diperbolehkan menutup wajah. Allahul Musta’an 🙂

      Like

  14. Assalamu’alaykum..
    Salam kenal umm..
    Alhamdulillah dapat info ttg cadar..
    Pgn bgt pake cadar..
    Ana pake cadarnya blm istiqomah, masih kadang2..
    Smoga bisa istiqomah..
    Izin di share ya umm artikelnya..

    Like

  15. Subhanallaah terharu sekali…jazakillah ya ukh semoga keimanan dihati.kita semakin kuat

    Bagaimana ya ukht caranya meyakinkan jauzi agar kita diijinkan. bercadar?

    Like

    • Waiyyaki ukht.. Maksudnya mungkin zauji ya? Hehe.. Coba sering dihadiahin buku tentang pentingnya menutup wajah dengan cadar, sering diajak diskusi dan ta’lim bareng, dimana disana banyak akhwat yang bercadar agar blio tidak merasa aneh dengan syari’at ini. Tak lupa berdo’a minta dimudahkan agar Allah membukakan hati suami.. Yassarallaah ukhti 🙂

      Like

  16. Assalamu’alaikum 🙂 subhanallah 🙂 salam kenal ya ukhti . Saya juga pnya niat untuk bercadar , ttapi masih ada prtntngan dngn ortu -_- . Dan jg skrng belum memungkin kann saya untuk mmkai cadar krena sya duduk di bngku kls 3 SMP . Do’akan sya ya ukhti smoga mndpat izin dri ortu 🙂

    Like

    • Wa’alaykumussalalam, salam kenal kembali ukhty 🙂

      Iya, bersabar aja.. semoga niat baik anti dimudahkan oleh Allah, nggak ada yang sulit bila Allah menghendakinya mudah.. Barakallaahu fiyk 🙂

      Like

  17. subhnallah..semoga Allah sllu menjaga kalian yg tetp istiqomah dlm kbenaran…ana juga berusaha moga istriq bisa memakai cadar..minta doa dari semuanya..slm kenal…

    Like

  18. Assalamu’alaikum ukhti
    saya berumur 18tahun, saya sedang kuliah semester 1 di salah satu PTS di Jaksel.
    Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat kepada ukhti karena sudah di mudahkan oleh Allah untuk menjalankan sunnah-Nya
    Kedua saya ingin mengucapkan terimakasih untuk ide (saat nyuci piringnya) yang sudah di publikasikan. Ini sangat bermanfaat .
    Ketiganya saya ingin sedikit bercerita
    saya baru-baru memakai jilbab sekitar hampir 2tahun
    sejak SMA saya memang sudah memakai jilbab. tapi hanya berlaku ketika di sekolah saja. Saat sudah pulang, di rumah saya tidak memakai jilbab ketika keluar rumahpun saya jarang memakai jilbab. dengan alasan karna saat itu saya belum tau tentang kewajiban seorang wanita untuk menutup auratnya. setelah Ramadhan 2012 saya mulai memakai baju dan celana/rok yang panjang2, dan baju2 saya yang ketat, pendek dan kecil mulai saya jauhkan dari almari baju saya. saya juga mulai mengusahakan untuk memakai jilbab ketika keluar rumah .. Ramadhan 2013 saya mendapatkan suatu hidayah, saya mulai menggunakan jilbab didalam rumah dan keluar rumah sekalipun itu hanya 3 atau 5 langkah dari pintu rumah.. dengan alasan karena saya sudah sedikit demi sedikit membaca tentang kewajiban2 seorang wanita dan mulai ingin saya amalkan. dan selanjutnya saya ingin lebih bercerita tentang saya dan keluarga saya tentang perubahan saya akhir2 ini .. karena sedikit privasi saya ingin melanjutkan cerita saya lewat email. mohon dibalas ya ukhti ..
    Syukran -__-

    Like

    • Wa’alaykumussalam.. alhamdulillah senang rasanya bila tulisan ini dapat diambil manfaatnya.. Masya Allah, semoga Allah memantapkan dan memudahkan niat anti untuk menyempurnakan hijab. Ditunggu lanjutan ceritanya ya. Barakallaahu fiyk 🙂

      Like

  19. Assalaamu’alaikum warahmatullaah wabarakaatuh. 🙂
    Ummu, ana mau minta opini sama Ummu. jadi gini, ana pengeen bgt berniqab, dan skrg ana SMP kelas 2. Dan, sklh ana rata2 muridny nakal2 pergaulan bebas, dan gurunya alhamdulillaah khimar -insyaaALLAAH- dan menutup aurat syar’i tapi blm ada yang berniqab. bagaimana Umm? :’)
    Syukron 🙂

    Like

    • Wa’alaykumussalam wa rahmatullah wa barakatuh..

      Alhamdulillah anti masih muda tapi sudah berniat untuk berniqab, masya Allah 🙂 Di lingkungan sekolah sendiri, apa ada larangan menggunakan niqab ukh? Kalo nggak ada, coba untuk berdiskusi dengan guru/wali kelas dan meminta pendapat beliau bagaimana bila anti mulai menggunakan niqab.. Semoga Allah memudahkan niat mulia anti.

      Barakallahu fiyk..

      Like

  20. Masha Allah rasanya Ana pngin pke cadar jg mmg Sudah kpngin bgt tapi bgmna utk mmulai pertamanya krna perbuatan,perkataan,lingkungan Ana Tidak mndukung utk brcadar mhon sarannya ukh jazakallah khayran

    Like

    • Masya Allah walhamdulillaah.. Semoga Allah mudahkan langkah anti.. Anti bisa mulai menutup wajah ketika keluar rumah dengan masker, misalnya.. Sambil mendakwahi keluarga secara pelan-pelan, dan memperbaiki akhlak anti kepada mereka. JUga terus memohon kepada Alah agar Ia memudahkan dan memberi hidayah bagi keluarga anti. Barakallaahu fiiki 🙂

      Like

    • Banyak berilmu bukanlah syarat memakai cadar, justru wanita yang bercadar itu sedang belajar untuk lebih kepada dengan RabbNya, dengan menuntut ilmu syar’i. Kita sama-sama belajar, tidak ada perbedaan 🙂

      Like

    • Tergantung mbak mengambil pendapat ulama yang mewajibkan cadar atau sekadar sunnah (mustahab) saja. Saya dulu juga tidak langsung pakai kemana-mana, tapi bertahap.

      Belajar pakai ketika ke kajian, ke pasar, dsb. Karena saya lebih condong kepada pendapat ulama yang tidak mewajibkan cadar. Namun setelah mantap untuk pakai terus, jangan bermudah-mudahan untuk buka tutup. Harus istiqamah.
      Semoga Allah mudahkan 🙂

      Like

  21. Saya masih suka minder ketika keluar rumah. Masih belum tahan dgn pandangan manusia, padahal sudah hampir 5 tahun pakai. Saya harus gmn ya mbak? Saya mulai pakai cadar setelah menikah. Apa mungkin karena ada yg salah dgn niat saya? Saya pakai karena sudah meniatkan ingin pakai setelah menikah.
    Terima kasih.

    Like

  22. Assalamu’alaikum ukhty,, ana pengen pke cadar n ada niat klo dh selesai UN SMA mw pke,, gimana caranya pakai cadar untuk pertama kali apa harus ada tmn yg mndampingi supaya tdk ada org yg mengira kita sekedar ikut2an saja.?

    Like

    • Wa’alaikumussalam warahmatullaah…

      Masya Allah niat yang sangat baik, semoga Allah mudahkan.. Untuk pertama kali biasanya akan merasa agak kikuk dan asing, namun niatkan semua hanya karena mencari wajah Allah Ta’ala saja, bukan selainnya. Insya Allah next time akan terasa mudah dan terbiasa…

      Kalau ada perasaan aneh, nggak pede, insecure.. Tanamkan dalam diri bahwa kita harus pede, yang pake baju buka-bukaan aja pede, masa kita yang berusaha patuh sama Allah malah nggak pede? 🙂

      Like

  23. Assalamualaikum Ukh, saya sudah baca blog ini, dan Subhanalllah sungguh senang banyaknya wanita yg sadar akan kehormatannya.. Tapi Ukh, boleh saya bertanya, bagaimana kalau orangtua dan saudara tidak ada yg setuju? Ini atas pengalaman saya sendiri ya Ukh, orangtua saya yg bilang bahwa yg berniqob itu teroris, padahal saya pakai niqab diluar sepengetahuan mereka, jadi saya harus gmn ya? Terus pakai sampai dapat ridho atau harus dilepas dan boleh dipakai lagu kalau sudah dapat ridho?
    Syukron Ukh, mohon bantuannya.
    Wassalam.

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.