Alhamdulillah, tak terasa untuk keenam kalinya saya melewati Ramadhan bersama suami tercinta. Karena menikah di bulan Sya’ban, tak lama kemudian datanglah Ramadhan. Tepatnya lima tahun lalu.
Banyak perbedaan yang dirasakan ketika melewati bulan suci nan berkah ini bersama seorang pendamping. Seseorang yang notabene baru dalam kehidupan saya, yang tak pernah saya kenal sebelumnya.
Ramadhan pertama terasa penuh makna bagi saya dan suami, karena waktu itu (ternyata) Allah berkenan mengamanahkan buah hati di usia pernikahan kami yang masih muda. Ya, waktu itu saya dinyatakan positif hamil.
Ramadhan kedua, si sulung AlHarits telah lahir dan lagi aktif-aktifnya. Ramadhan ketiga tepatnya tahun 2009, amanah itu dipercayakan lagi kepada kami, saya mengandung anak kedua.
Menjelang Ramadhan keempat, hadirlah si kecil nan gembil Aisyafra ke dunia. Ramadhan pun makin semarak dengan segala kelucuan, keusilan dan ulah mereka yang menggemaskan walau kadang menjengkelkan 😀
Kebiasaan di waktu sahur yang biasanya saya habiskan bersama keluarga dengan menonton TV, setelah menikah tidak ada lagi. Ya karena memang tidak ada TV di rumah kami 🙂 waktu sahur kami habiskan berdua saja, biasanya sih asyik ngobrol atau membaca sampai tak terasa adzan subuh sudah menjelang.
Alhamdulillah sejak ada radio Rodja, waktu sahur kami tak lagi sepi. Sungguh sangat bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan. Maa-syaa Allaah.
Ramadhan setelah menikah dan berkeluarga, jauh berbeda dengan saat masih lajang dulu. Kini, ada tanggung jawab besar menanti. Sebagai ratu rumah tangga (ceilee..) saya punya segudang tugas untuk menyiapkan segala sesuatunya, tentunya si dia juga turut membantu. Dari mulai hidangan sahur hingga ta’jil untuk berbuka.
Seru sih, apalagi kalau anak-anak sudah ikut serta. Waahh.. Bisa gonjang-ganjing deh dapur lebaayy
Tapi dibalik semua kesibukan dan keriweuhan itu, ada bahagia yang terselip. Bahagia karena melewati momentum bermakna ini bersama-sama, bahagia karena jauh dari tontonan TV yang cenderung melalaikan selama Ramadhan (yang biasa saya nikmati sebelum menikah dulu).
Bahagia menikmati ibadah bersama, bahagia berbagi bahagia bersama orang-orang tercinta. Bahagia karena akhirnya saya jadi seperti orang lainnya, punya ritual mudik alias pulang kampung tiap kali Lebaran 😀
Dan kini kebersamaan kami menginjak Ramadhan keenam. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Enam Ramadhan dan keluarga kecil kami.. adalah karunia Allah Azza wa Jalla yang tak bisa ditukar oleh apapun juga.
Alhamdulillaahilladzii bini’matihi tatimush-shaalihat~ 🙂
~ Jakarta, di sebuah pagi yang cerah hari pertama Ramadhan 1433 Hijriyah
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Tumblr ]
Reblogged this on Dani Notes.
LikeLike