Ketika tulisan menawarkan diri sebagai simbol nyata yang akan tetap ada.
Ketika tulisan mampu mewakili kata – kata yang kelu dan perasaan yang terpendam.
Dan ketika menulis hadir sebagai satu – satunya jalan untuk menumpahkan perasaan.
Ketika menulis berubah menjadi jelmaan diri yang utuh.
Ketika menulis adalah “teman” terbaik untuk mencurahkan segala rasa.
Hanya mendengar dengan setia.
Tidak menyalahkan dan membenarkan.
Tidak menyanjung apalagi menyudutkan.
Tidak menyela dan memaksa.
Tidak menangisi dan menertawakan.
Hanya mendengar dengan setia.
Tanpa prejudice, judgement dan compliment.
— via The Heartbook
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Tumblr ]
Reblogged this on Dani Notes.
LikeLike