Akhir-akhir ini seringkali mendengar begitu banyak berita bahagia.
Pernikahan, kehamilan, naik jabatan, kelahiran..
Namun ada juga berita duka.
Perpisahan, kematian, sakit, kekurangan harta..
That’s life. Kebahagiaan dan kesedihan silih berganti.
Tak ada yang abadi. Karena dunia itu sendiri tidaklah abadi..
Teringat nasehat Ustadz Badrussalam -hafizhahullaah- saat kajian Selasa kemarin..
Bila kita diuji dengan cobaan yang begitu berat..
Boleh jadi itu merupakan tanda kasih sayangNya.
Jika Allah menyayangi hambaNya.. maka Ia akan bersihkan dulu dosa-dosanya di dunia.
Sehingga ketika kelak si hamba menghadapNya.. Ia dalam keadaan bersih dari dosa.
Karena segala dosanya sudah disucikan dengan ujian dunia.
Jika ia bersabar..
Begitu juga jika seorang hamba diberi kenikmatan terus-menerus tanpa suatu kesulitan..
Jangan lekas berbangga dulu. Boleh jadi itu merupakan istidraj.
Yaitu ia dibiarkan terus menerus merasa puas dengan dosa dan kehidupan dunia..
Hingga lupa akan akhirat.
Ia terlena, lalai dengan tujuan penciptaannya di dunia.
Sehingga kelak ia menghadap Rabb-Nya dalam keadaan penuh dosa.
Wal’iyadzubillah..
Betapa menakjubkannya urusan seorang mukmin.
Jika ditimpa musibah ia bersabar, dan itu menjadi kebaikan baginya.
Dan jika ia diberikan nikmat, maka ia bersyukur..
Dan nikmat itu menjadi kebaikan baginya pula.
Subhanallaah…
Karena sesungguhnya tidaklah kehidupan dunia ini..
Melainkan hanya sebentar saja.
“Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Al Bukhari no. 6053)
“Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan (kita) sedangkan akhirat telah datang di hadapan (kita), dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki pengagum. Maka jadilah kamu orang yang mengagumi/mencintai akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang mengagumi dunia. Karena sesungguhnya saat ini (waktunya) beramal dan tidak ada perhitungan, adapun besok (di akhirat) adalah (saat) perhitungan dan tidak ada (waktu lagi untuk) beramal.”
[Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az Zuhd (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab beliau Jaami’ul ‘uluumi wal Hikam (hal. 461)].
~ Jakarta, renungan singkat selepas Maghrib, di penghujung 2012 ~
Reblogged this on Dani Notes.
LikeLike