“Buku yang kubaca selalu memberi sayap-sayap baru. Membawaku terbang ke taman-taman pengetahuan menawan, melintasi waktu dan peristiwa, berbagi cerita cinta, menyapa semua tokoh yang ingin kujumpai, sambil bermain di lengkung pelangi.” (Abdurahman Faiz, Aku Ini Puisi Cinta)
Buku adalah teman terbaikku. Di perjalanan atau kala kesepian. Buku adalah teman paling setia. Selalu ada untukku dimanapun, kapanpun. Tanpa aku perlu memikirkannya. Walau aku selalu membutuhkannya.
Buku tak pernah tergantikan oleh apapun. Ketika media elektronik dan internet mulai meraja, buku selalu menempati tempat khusus di hatiku. Aroma khas kertasnya, suara ketika lembar demi lembarnya dibuka bahkan ukuran dan jenis hurufnya. Tak ada yang dapat menggantikannya. Bahkan sebuah E-book atau artikel online sekalipun.
Buku selalu istimewa dalam hidupku. Sejak kecil, bukulah yang membuka mataku akan kemajemukan dan warna-warni alam raya. Bukulah yang membawaku pergi mengelilingi dunia tanpa pernah berpindah tempat. Melintasi benua, mengenal berbagai bahasa, mengunjungi tempat-tempat terindah di belahan dunia yang bahkan belum pernah kulihat sebelumnya..
Buku adalah pelipur laraku. Sahabatku di kala gundah dan susah. Ia sering membawaku berpetualang menelusuri taman-taman pemikiran yang baru dan menarik. Yang akhirnya membuatku melupakan kesedihanku..
Buku adalah sumber inspirasiku. Huruf-huruf adalah sahabat-sahabat kecilku. Buku pertama yang membuatku jatuh hati adalah buku cerita berbahasa Inggris hadiah dari kakek ketika beliau berdinas di luar negeri. Buku cerita itu bergambar dan berwarna-warni. Sangat menarik. Saat itu aku masih balita. Setiap hari aku selalu minta Ummi atau Abi untuk membacakannya. Tapi aku tak puas hanya ‘diceritakan’ saja. Aku ingin bisa menikmatinya sendiri, kapanpun aku mau. Aku ingin bisa membacanya..
Saking kuatnya keinginan itu, aku berusaha keras untuk belajar membaca. Where there is a will there is a way. Alhamdulillah aku sudah lancar membaca sebelum usia 5 tahun, sebelum masuk taman kanak-kanak. Sejak itu, petualangan sebenarnya dimulai…
Berpindah dari satu buku ke buku yang lain. Segala jenis buku kulahap, buku pelajaran, ilmu alam, ensiklopedi dunia, dongeng bahkan komik jepang alias manga. Waktu SD, salah satu buku yang menginspirasiku untuk mencintai ilmu dan memperluas wawasan adalah buku ‘100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia’ milik seorang sepupu. Dari situ aku kenal penemu-penemu besar seperti Isaac Newton, Archimedes, pemimpin-pemimpin dunia terkenal. Dan yang paling membanggakan adalah, dari sekian banyak penemu, pemikir, fisikawan, bussinessman.. Rasulullaah Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam berada di urutan paling pertama.
Apalagi membaca kisah tarikh dan sejarah Islam. Sirah sahabat, sirah para Nabi.. Alhamdulillah orang tua mendukung penuh akan kecintaanku membaca. Ya, karena merekapun juga suka membaca. Segala jenis buku ada di rumah. Dari merekalah aku terinspirasi untuk gemar membaca, menulis dan mencintai buku. Jazakumullah khayran yaa Ummi wa Abi atas warisan kebiasaan yang bermanfaat ini 🙂
Buku adalah jendela, dimana kita membukanya untuk menghirup udara segar setiap pagi. Dari sebuah buku, banyak hal-hal baru yang kupelajari. Banyak ide segar yang kudapatkan, untuk kemudian diolah melalui jutaan neuron dan memperkaya wawasanku. Yes, reading is dreaming with open eyes..
Mencintai buku, tidak hanya meluangkan uang untuk membelinya. Betapa banyak buku yang menumpuk.. hanya sebagai pemanis lemari dan penghias perpustakaan. Bermanfaatkah mereka? Begitukah cara kita menghargai dan mencintai buku?
Mencintai buku berarti meluangkan waktu untuk membacanya. Memperlakukannya dengan sebaik-baiknya. Menjelajahinya, mengambil manfaat darinya, merawatnya dengan hati. Waktu untuk membaca itu harus diluangkan, bukan kalau ada waktu luang, baru membaca. Itu kebiasaan yang salah. Dan bagiku, tak pernah ada kata bosan untuk membaca.
Karena sering membaca buku di perpustakaan saat masih sekolah dulu, aku terbiasa untuk membaca cepat. Ada trik khusus agar tak perlu berlama-lama menyelesaikan sebuah buku. Sebuah novel tebal bisa kuselesaikan dalam waktu kurang dalam sehari. Beda halnya jika buku tersebut adalah buku ilmiah, yang menuntut perenungan yang panjang.
“Saat aku lelah menulis dan membaca. Di atas buku-buku kuletakkan kepala. Dan saat pipiku menyentuh sampulnya. Hatiku tersengat. Kewajibanku masih berjebah. Bagaimana mungkin aku bisa beristirahat?” (Imam An Nawawi)
Banyak yang bertanya, apa kiat agar tidak bosan dalam membaca? Apalagi membaca buku yang super tebal.. Menurutku, pertama-tama kita harus sepenuhnya tertarik dengan topik buku dan penulisnya. Bila sudah tertarik, setebal apapun sebuah buku, sepanjang apapun penjabarannya.. akan terasa sangat mengasyikkan.
Yang kedua, adalah tekad dan konsistensi. Rutinlah membaca buku, minimal 1 jam sehari. Jadwalkan ada berapa target buku yang mesti dibaca dalam setahun. Dulu sebelum menikah, jadwal membaca adalah 3 halaman sebelum tidur siang. Harus, tidak boleh tidak. Walau cuma 3 halaman, tapi bila diresapi dan dilakukan rutin maka coba hitung.. buku setebal 300 halaman akan selesai dalam waktu kurang lebih 3 bulan saja. Itu jika bukunya ilmiah, kalau fiksi, wah bisa tiga hari selesai 🙂
Meski menyukai hampir semua jenis buku, tentu ada jenis buku tertentu yang kugemari. Karya sastra klasik, detektif, dunia anak-anak, sejarah dunia, hingga yang mengangkat tema kehidupan atau pemikiran kontemplatif mendalam. Dari mulai karya Sir Arthur Conan Doyle hingga Buya Hamka. Buku-buku yang ketika membacanya membuatku mengerutkan kening, karena tinggi bahasa yang digunakan, atau alur cerita yang membuat pembacanya seperti naik rollercoaster; seru, memacu adrenalin dan penuh kejutan. Maka ketika demam buku dengan tema serba ringan macam chicklit dan teenlit (sebenernya bedanya opo tho?) melanda di awal tahun 2000-an, tak sedikitpun aku tergoda untuk membaca apalagi membelinya. Simple, it’s not my cup of tea.
Ketika banyak orang yang mengangankan gadget, makanan atau liburan mewah sebagai reward atas keberhasilan mereka, tak begitu denganku. Mau tahu apa yang paling kuinginkan sebagai hadiah saat menjadi juara kelas dulu? Pergi ke toko buku dan memilih buku yang kusukai. Ya, sebuah buku baru. Dan aku akan anteng di rumah selama berminggu-minggu. Bagiku, lebih baik merelakan diri untuk tidak membeli mainan atau makanan kesukaan, demi memenuhi keinginan untuk memiliki sebuah buku.
Kegiatan menyenangkan bersama buku itu seperti berdiam diri, mempelajari tingkah laku manusia tanpa perlu berpindah tempat, tanpa perlu tenggelam dalam interaksi, hanya mengamati. Menakjubkan, bukan?
Kebiasaan membaca, adalah kebiasaan paling berharga. Budayakan membaca, ajarkan pada anak cucu kita.. “Membacalah agar engkau mengenal dunia”.
Banyak baca, banyak tahu, banyak wawasan, banyak ilmu. Memperluas cakrawala pemikiran dan sudut pandang. Ya, aku cinta buku, karena aku cinta ilmu.
Nikmati waktumu bersama buku. Let yourself drowned in thoughts, lost in the pages of a book. Mari mulai mencintai buku dan selamat membaca! 🙂
“I love books. I love that moment when you open one and sink into it, you can escape from the world, into a story that’s way more interesting than yours will ever be.” (Elizabet Scott)
Books.. aren’t just made of words, you know. They’re also filled with places to visit and people to meet 🙂
~ Jakarta, 2 Juli 2013 ~
©aisyafra.wordpress.com
[ image source: WeHeartIt ]
Reblogged this on letters of life and commented:
i love book too 🙂
LikeLike
🙂
LikeLike
Tulisan yg menarik. Thanks for sharing. Mohon ijin co-paste ya. Many thanks in advance 🙂
LikeLike
Silahkan, you are welcome 🙂
LikeLike
Reblogged this on chubbychupz and commented:
Books are my best friends too!
LikeLike
[…] Sejak kapan jatuh cinta sama buku? Sejak saya bisa membaca. Dan salah satu penyemangat saya untuk segera bisa membaca adalah supaya bisa baca buku sendiri, seperti yang pernah saya tuturkan di sini. […]
LikeLike