“Memory is a way of holding onto the things you love, the things you are, the things you never want to lose.” ~The Wonder Years
Ketika kemarin membereskan lemari anak-anak dan mempensiunkan beberapa pakaian yang tidak terpakai lagi, saya menemukan popok kain bertali yang usianya boleh dibilang sudah puluhan tahun. Seusia dengan saya. Ya, tepat Agustus tahun ini, tak terasa popok-popok ini sudah 30 tahun usianya.
Popok ini dulu bekas saya bayi, kemudian setelah tak terpakai lagi, Ummi menyimpannya di kantong plastik setelah dicuci bersih dan disetrika. Kemudian ketika adik-adik saya lahir, popok ini kembali digunakan. Dan setelah tak muat, disimpan rapi lagi, begitu seterusnya sampai adik saya yang bungsu.
Ketika anak pertama saya lahir, setumpuk popok ini diberikan pada saya. Kata Ummi, “Soalnya yang pake pertama kali kamu, Tia.. jadi Ummi kasih kamu.. Dirawat ya.. biar jadi kenang-kenangan..”. It’s like… I felt honoured and amazed at the same time. Thanks, Mom 🙂
Tak banyak yang bisa menyimpan barang, apalagi menyimpan pakaian sampai berpuluh-puluh tahun. Biasanya setelah tak terpakai, popok kain macam ini diberikan pada orang lain atau dijadikan lap. Banyak yang tak percaya ketika saya bilang popok yang dipakai anak saya ini, bekas ibunya bayi dulu.
Dan setelah saya perhatikan, popok kain tetra segi empat yang pinggirnya diobras warna warni yang persis seperti ini sulit ditemukan di zaman sekarang. Penampilan boleh sama, tapi jenis kain dan ketebalannya berbeda.
Saya bandingkan dengan popok kain tetra milik saya, jauh sekali bedanya. Popok kain yang sudah uzur ini jauh lebih adem, seratnya lebih rapat dan cenderung mudah dibersihkan ketika terkena noda, terutama noda poo bayi warna kuning kunyit yang terkenal sulit dibersihkan itu.
Setelah 30 tahun.. popok-popok ini masih dalam kondisi bagus, bersih dan layak pakai. Setelah anak ketiga saya kemarin pensiun dari memakai popok bertali dan beralih ke celana, popok-popok kain ini kembali saya setrika dan saya simpan rapi dalam kantong plastik di lemari.
Insya Allah akan saya gunakan untuk anak keempat saya nanti. Atau mungkin, bisa juga saya wariskan ke si pipi gembil untuk dipakai cucu saya kelak. Hahaha.. who knows? 🙂
~ One fine morning on the east side of Jakarta, August 2013.. never let those nice memories slip through our fingers..
Masya Allah, hebat ya Umminya.
Popok ana kemana yaa? 😀
Semoga nanti ana yang memulai “melestarikan” popok buat buah hati ana kelak.
LikeLike
Alhamdulillaah memang blio orangnya telaten 🙂
Mudah2an tercapai cita2nya ya mba.. (melestarikan popok) hehe 😀
LikeLike
Jadi kepengen nanya ke emak saya, apakah popok bekas saya dlu masih ada. Untuk anak saya kelak, mudah-mudahan masih ada…
LikeLike
yup, mudah-mudahan masih ada 🙂
LikeLike
[…] dari kain tetra, pispot dan feeding set warna biru muda merk Chicco. Seperti yang pernah saya tulis di sini sekira dua tahun yang […]
LikeLike