“Kasih ibu adalah bahan bakar yang memungkinkan manusia biasa melakukan hal yang luar biasa.” ~Chicken Soup for The Mother’s Soul
Rasa-rasanya.. seorang anak selalu akan membutuhkan sosok seorang Ibu seumur hidupnya. Meski kelak ia telah besar, mampu mencari penghasilan sendiri, menikah bahkan memiliki anak. Tidak pernah bisa benar-benar lepas sepenuhnya dari Ibu tercinta..
Setelah saya menikah sungguh terasa arti keberadaan beliau di sisi saya. Apa-apa nanya Ummi, resep ini itu nanya Ummi, anak sakit Ummi ikut turun tangan. Walau tidak bisa datang tapi beliau merasakan cemas dan tak putus mendo’akan. Beliau begitu mengkhawatirkan, bahkan kadang sampai ikut sakit memikirkan.
Dulu, waktu kecil.. ketika saya berkata kurang sopan, membantah atau secara tidak sengaja menyakiti hati Ummi, beliau sering bilang, “Nanti kalau kamu udah besar dan punya anak, kamu akan merasakan sakitnya hati seorang Ibu diperlakukan seperti ini oleh anaknya..”.
Sesaat setelah saya melahirkan anak pertama, Ummi-lah orang kedua setelah suami yang saya peluk dengan erat. Saya ambil tangan beliau sambil berlinang air mata, “Maafin aku ya mi, aku udah banyak salah sama Ummi.. Ternyata begini rasanya melahirkan ya mi, luar biasa pengorbanan seorang ibu itu..”. Beliau tersenyum sambil mengusap-usap kepala saya, “Iya nduk, Ummi maafin..”
Ah, sosok Ibu memang identik dengan sifat pemaaf. Sesering apapun anak-anaknya menyakiti hatinya, beliau akan tetap memaafkan dan menerima uluran tangan mereka dengan suka cita. Tersakiti dan memaafkan kembali, selalu begitu sepanjang waktu. Entah terbuat dari apa hati seperti miliknya itu. Membentang luas seperti samudra.
“The heart of a mother is a deep abyss at the bottom of which you will always find forgiveness..” ~Unknown
Baginya, kamilah segalanya. Beliaulah seseorang yang selalu terjaga ketika kami sakit dan tak bisa memejamkan mata, yang ikut merasakan sedih ketika kami bersedih, yang tak pernah alpa mengingat nama kami dalam do’a-do’a panjangnya, yang rela lama tidak membeli sepotong baju, agar anak-anaknya bisa memiliki baju baru. Ia rela menahan lapar sampai di rumah hanya agar bisa menikmati makanan itu bersama anak-anaknya.
“Kenapa dibawa pulang mi? Kok nggak dimakan di sana aja?” tanya kami ketika beliau pulang membawa cemilan yang tidak seberapa. “Nggak, Ummi nggak biasa makan sendirian, kalo makan begini mesti inget kalian..” jawab beliau..
Dan segala pengabdian yang kami anggap begitu besar adanya untukmu itu.. belumlah cukup untuk membalas segala peluh dan rasa sakitmu, ketika mengandung, melahirkan dan membesarkan kami wahai Ibu.. Dan rasanya tak akan pernah cukup, walau dunia dan seisinya bisa kami berikan untuk membahagiakanmu.
Maafkan kami yang seringkali mengabaikan perasaanmu, wahai Ibu.. Lupa menanyakan kabarmu, jarang mengirimkan makanan-makanan kesukaanmu yang sederhana itu, dan sibuk dengan dunia kami yang baru. Sungguh merugilah kami, ketika banyak pahala yang bisa kami raih dari berbuat baik kepadamu, menyayangimu, memberikan yang terbaik di sisa waktumu, tapi kami memilih untuk tidak acuh terhadapmu.. Meski tanpa sadar kami tengah berpacu dengan waktu.
Ya, inilah saatnya untuk bergegas.. Sebelum tertutup satu pintu surga itu..
~ Jakarta, 24 April 2014.. persembahan istimewa untuk para ibu, yang hatinya membentang seluas samudra..
[ image source: Tumblr ]