Because You Deserve Someone Better

image

Setiap manusia di dunia pasti pernah mengalami apa yang namanya kegagalan. Gagal ujian, gagal masuk sekolah atau kampus favorit, gagal menjalankan suatu usaha, gagal naik jabatan, gagal membina rumah tangga sampai gagal move on.

Eaaaa.

Begitu juga soal pernikahan. Ada yang gagal mempertahankan keutuhan rumah tangga setelah sekian tahun menikah. Ada juga yang gagal di tahap awal sebelum pernikahan itu terjadi. Gagal ketika proses ta’aruf itu berlangsung.

Seperti yang pernah saya bahas di tulisan sebelumnya, perjalanan mencari dan menemukan jodoh yang tepat itu tidak sama satu orang dengan yang lainnya. Ada yang selalu mulus tanpa hambatan, sekali ta’aruf, cocok, langsung jebret dilamar trus nikah.

Simple kan?

Adik saya dulu begitu prosesnya. Kawin muda pula, sampai sempat dikira MBA karena kecil-kecil udah jadi manten 😀

Ada juga yang harus menempuh proses berkali-kali untuk menemukan soulmate (nggak pake ustadz ye..), pelengkap separuh hidupnya. Ya contohnya saya ini. Sampai saking seringnya, pernah sesekali terlintas begini..

“Mr. Right kamu kok nggak muncul-muncul juga sih, ngumpet dimana yak. Ya udahlah santai aja. Mari menikmati kebebasan ini selagi bisa. Heuheuheu. Hidup jomblo! Eh, single! “

And then I met him. It was him who finally made me changed my mind, then changed my whole world. Dududu~

Back to topic, merupakan sebuah kewajaran ketika proses yang dinamakan ta’aruf alias saling mengenal mengalami kegagalan. Baik karena kita yang memutuskan untuk mundur, atau dari pihak calon.

Banyak yang merasa down dan depresi ketika dihadapkan pada situasi ini. Terlebih ketika sudah berproses menuju ke tahap yang lebih serius, seperti khitbah dan pertemuan dua pihak keluarga.

Teman saya pernah mengalami ini. Peristiwanya dulu sebelum saya menikah. Ketika segalanya udah settled, dia dan calonnya udah sangat merasa cocok satu sama lain. Udah fixed soal rancangan hidup di masa depan setelah menikah.

Ternyata ada satu hal yang menjadi ganjalan di hati sang ikhwan, yang akhirnya mempengaruhi keputusannya untuk mengambil langkah serius yaitu pernikahan.

Dengan berat hati akhirnya proses itu batal, tentu kekecewaan besar dirasakan oleh pihak akhwat. Biasalah, wanita kan perasaannya lebih halus dan peka. Beda dengan ikhwan yang lebih ke mencari solusi (atau mungkin mencari calon lagi?), akhwat cenderung butuh waktu untuk move on dan kembali melanjutkan hidup.

Berhari-hari teman saya itu murung, larut dalam kesedihan. Nah saya juga ikut sedih kan lihatnya..

Tapi lama-lama nggak tahan juga saya untuk berdiam diri dan tidak berkomentar. Waktu itu saya pikir, oke, ini harus dibahas. Walau akhirnya menyakitkan, tapi harus dibahas. Akhirnya saya mengajaknya bicara empat mata.

Di dalam kamar itu, tangisnya meledak lagi. Menceritakan kembali artinya mengulang kembali rasa sakit yang pernah dirasakan. Walau setelahnya pasti yang terasa hanya kelegaan..

“Ssshh.. I know how you feel, I’ve been there too. Walo mungkin nggak sesakit kamu karena hubungan kami belum terlalu jauh.”

“Makanya aku kalo ta’aruf nggak pernah mau pakai hati. It’s oke ada rasa tertarik atau simpati. But please, don’t let it grow and become stronger. Biasa aja. Jadi kalau suatu saat takdirnya dia memang bukan jodoh kita, nggak terlalu sedih-sedih amat. Nggak sampai kayak diputusin pacar. Gagal sama dia, ya cari aja yang lain. Gitu aja kok repot..”

Dia masih terdiam, terisak. Sesekali bibirnya mengucap dzikir, istighfar.

“It’s okay to cry, dear. That means you are human. Nangis aja sampai kamu puas, ceritain aja semua kepedihan yang kamu simpan di hati. Sampai kamu lega, plong. Tapi habis itu udah, lepasin semuanya.. Karena kamu itu berhak untuk bahagia..”

“Qaddarallaah wa maa sya’a fa’al.. Alhamdulillaah ‘alaa kulli haal. Rasa sakit karena gagal itu wajar ada. Itu manusiawi. Kalo kamu nggak sedih, kamu bukan manusia. Tapi sikap kita menghadapi rasa sakit dan kehilangan itu yang menentukan siapa kita. Semua yang terjadi pada kita, sudah dituliskan Allah 50 ribu tahun sebelum kita ada di dunia ini. Termasuk soal jodoh. Termasuk soal kegagalan ini..”

“I know it hurts. Tapi lebih baik mana, gagal sekarang atau nanti? Gagal sebelum menikah atau nanti sesudah menikah? Ketika sudah banyak pihak yang terlibat, keluarga besar sampai hadirnya anak di tengah-tengah kalian.. Akan jauh lebih kompleks dan pasti, jauh lebih menyakitkan. Allah knows what’s best. Lebih dari apa yang kita tahu tentang apa yang terbaik untuk diri kita sendiri..”

“Kamu percaya kan kalo apa yang Allah tetapkan pasti mengandung hikmah? Mungkin hikmah itu tidak terlihat saat ini, mungkin nanti, mungkin bertahun-tahun kemudian. Atau mungkin ketika suatu saat nanti kamu menemukan seseorang yang jauh lebih baik, kamu akan bersyukur saat ini Allah pisahkan kamu dengannya..”

“Let it go, but let it flow.. Jangan paksa luka itu untuk segera sembuh. Biarkan dia sembuh ketika sudah saatnya. Jangan juga buru-buru cari calon lagi kalau hati masih belum siap, hanya karena supaya dibilang udah move on atau karena hati panas calon kita yang dulu udah menemukan pengganti kita. Now it’s about you and your life only, don’t let him control how you feel anymore. Ok?”

“Put this on your mind: why Allah put you in this situation, why he left, why he broke your relationship, it simply because: you deserve someone better.”

She wept and smiled. We hugged each other very tight.

“Thank you, sista..”

I remember somebody in twitterland wrote this,

“Kalau seseorang meninggalkanmu tanpa alasan yang benar, remember: it’s his loss, not yours. Let him go. You deserve someone better.”

So what all of these tears and never ending sorrow for? Yes, it’s okay to be sad but don’t long long alias jangan lama-lama sedihnya. You’ve got to move on. Those past will no longer hurt you, if you don’t allow them to.

Seseorang yang mencintai kita, akan bersungguh-sungguh memperjuangkan kita untuk menjadi miliknya yang halal. Seseorang yang mencintai kita, akan menerima apa adanya diri kita, satu paket dengan keluarga kita, masa lalu kita dan hal-hal lain yang terkait dengan hidup kita.

Unconditionally.

Cinta sejati menuntut penerimaan utuh, keikhlasan yang tulus dan perjuangan untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik. Cinta sejati selalu sederhana. As simple as that.

So dear ladies, hapuslah air matamu, berdamailah dengan masa lalu, dengan dirimu sendiri. Maafkan dan relakanlah. Langkahkan kaki untuk sesuatu yang lebih pasti.

Because you deserve to be happy. Because you deserve someone better 🙂

image

~ Jakarta, almost midnight.. A special note for someone: I hug you with my words ♥

© aisyafra.wordpress.com

[ image source: Tumblr ]

11 thoughts on “Because You Deserve Someone Better

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.