Seringkali saya mendengar, atau bahkan mendapat langsung pertanyaan seperti ini,
“Ngapain sih sibuk amat cari duit tambahan? Emang jatah bulanan dari suami nggak cukup?”
“Sekarang bisnis online, jeng? Emang dibolehin sama suami? Kalo saya sih nggak dibolehin soalnya khawatir ganggu kerjaan rumah..”
I sighed. Then I smiled.
Honestly, it is not easy to be a-working at home-mom. Membagi dua tugas secara bersamaan dan memastikan semua tuntas tanpa salah satu terabaikan, is a tough job actually.
Mengurus rumah dan isinya saja tanpa memiliki bisnis sampingan sudah sangat menyita waktu dan tenaga, apalagi ditambah urusan lain yang juga menuntut perhatian lebih.
Membangun usaha dari rumah berarti menggandakan peran dan tanggung jawab. It’s never easy at the start. But as long as you enjoy it, nothing really matters.
Sebelum berangkat tidur di malam hari, sudah tersusun rapi to do list yang akan dikerjakan esok hari. Poin pentingnya adalah: pandai memanfaatkan waktu dan kesempatan sekecil apapun. Sambil ini itu, sambil masak, sambil nyuapin anak, sambil masang bunga, sambil bales-balesin chat customer.
It requires a lot of time, energy and last but not least: patience.
Bagaimana memisahkan antara dunia pekerjaan dan rumah tangga, agar tidak saling mempengaruhi apalagi mengalahkan satu sama lain. Termasuk tidak mencampurkan emosi ketika menjalani keduanya. Sulit, karena kita hanya punya satu jiwa yang tidak bisa terbagi dua.
Ketika mata mengantuk ingin beristirahat, teringat pesanan orang yang belum selesai. Ketika ingin bersenang-senang membaca buku, kadang teringat.. ada satu pesanan yang terlewat, sehingga harus dikebut agar selesai sesuai deadline. Ketika lagi asyik-asyiknya gelaran kain di lantai, tiba-tiba si kecil minta dikeloni atau seringnya, malah duduk di atas bahannya XD
Pekerjaan sampingan itu, kadang sampai mengorbankan waktu istirahat malam: lembur dan begadang. Yes, I know, this is the consequence and I have prepared myself for it.
Belum lagi hambatan-hambatan lainnya, hal-hal yang terjadi di luar ekspektasi dan rencana. Alhamdulillaah ‘alaa kulli haal..
Balance
That is the hardest part. Tapi mengutip perkataan seorang ibu yang juga mompreneur seperti saya,
“Kita lebih dulu teken kontrak sebagai istri dan ibu daripada sebagai pebisnis, jadi utamakan yang pertama. Terlebih lagi, pertanggungjawaban kita atas tugas sebagai istri dan ibu adalah langsung kepada Allah, bukan kepada manusia.”
Bagi saya, membangun bisnis di bidang yang saya sukai ini: dunia jahit-menjahit, bukan hanya sebuah profesi, tapi karir dan pencapaian. Saya sangat enjoy dan mencintai apa yang saya kerjakan.
It’s full passion I feel inside. It’s all about self-satisfaction and contribute to others. And those are things money can’t buy.
Sejujurnya, bekerja dan menghasilkan.. it’s not all about money. Berbisnis, bukan hanya masalah uang. Bagi saya pekerjaan saya adalah wadah aktualisasi diri. Ketika tenggelam dalam tumpukan bahan-bahan, benang dan jarum, berhadapan dengan customer, bahkan ketika dikejar deadline sekalipun, ada kepuasan yang tidak terjelaskan.
Inilah dunia saya. Disini saya bisa sepenuhnya mengaplikasikan ilmu yang saya punya, mengerjakan sesuatu yang saya sukai, juga memberi manfaat untuk orang lain.
Bekerja sampingan juga melatih kemandirian dan skill wirausaha yang saya miliki. Karena menurut hemat saya, seorang wanita itu dituntut untuk mandiri dan mempunyai keahlian yang dapat diandalkan.
Having your own-home based-career is some kind of safety net. Who knows what will happen in the future?
Hidup tidak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan. Misalnya sewaktu-waktu Allah berkehendak memanggil suami tercinta dari sisi kita, atau terpaksa berpisah karena suatu alasan.. Sedang kita sudah terbiasa menggantungkan segalanya, sepenuhnya pada suami.
Menjadi seorang ibu rumah tangga dengan segala kesibukannya, is such an honour to me. Bertambahnya tugas dengan mulai membangun bisnis dari rumah, adalah sebuah tantangan tersendiri. Dan saya adalah tipe orang yang menyukai tantangan.
Alhamdulillaah, I thank Allah for this special gift: a multitasking skill that every woman has. I thank Him for all the spirit and strength to overcome this rise and fall. Without You I am nothing.
I also wanna thank my partner in crime: my sister, tempat berbagi keluh kesah, ilmu dan ‘kegilaan’ bersama-sama. Senangnya membangun bisnis bersama orang yang mengenal kita luar dalam, begitu juga sebaliknya.
Kepercayaan dan keinginan untuk terus belajar adalah modal utama bisnis yang kami kembangkan. Pokoknya kami udah jadi soulmate dari jaman piyik, mudah-mudahan tetap begitu sampai nanti jadi nenek-nenek, aamiin. Dah itu ajah. Hahaha.
And especially to my beloved husband, who appreciates my dreams and help me to achieve my goals. Beside a successful woman (well, I believe I’m on my way there, insha Allah) there is always a man who strengthen her, encourages her, supports her and always stands for her no matter what. I am so thankful for having you in my life.
Prinsip yang selalu saya pegang teguh dalam hidup: once you stepped in, never go back. Ketika memutuskan untuk terjun dalam bisnis kecil-kecilan ini, saya sudah berkomitmen untuk tetap maju apapun yang terjadi. Selalu berusaha untuk total, berdedikasi dan profesional. Terus berbenah diri dari hari ke hari. No matter what happen, no matter what they say.
Yes, nobody said it would be easy. But they just promised it would be worth it 🙂
~ Jakarta, suatu siang di sela-sela kesibukan mengurus rumah tangga dan bisnis kecilku, Oktober 2014 ..
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Pinterest ]