Niqab vs Beauty

niqabies

“Wanita itu aurat, maka bila ia keluar rumah, syaithan terus memandanginya (untuk menghias-hiasinya dalam pandangan lelaki sehingga terjadilah fitnah).” (HR. Tirmidzi)

Beberapa hari ini, ramai lalu lalang di beranda saya tentang niqab butterfly yang konon katanya bikin pemakainya terlihat lebih cantik.

Bukan, saya bukan mau komen tentang boleh/tidaknya jenis niqab tsb. Karena memang selain tidak punya ilmunya, juga tidak punya barangnya 😀

Tapi tiba-tiba hati ini tergelitik ketika membaca sebuah komentar di status teman,

“Bagaimana mungkin seorang wanita yang berniqab itu bertabarruj? Lha wong wajahnya saja ditutup?”

Sampai sini saya jadi mikir.. Apa iya yang sudah berniqab tidak bisa tabarruj dengan niqabnya, abayanya, atau aksesoris lainnya?

Teringat kejadian beberapa tahun silam, waktu saya menghadiri pameran buku Islam di daerah Senayan. Waktu itu saya belum bercadar. Saya berpapasan dengan seorang wanita yang berpakaian serba pink (baby pink, for the detail) lengkap dg cadar dan jubahnya.

And you know what.. yang sangat menarik perhatian saya adalah, di bagian dahinya ditempel bling2 sejenis liontin entah apa namanya, pokoknya berkilauan dan bergoyang2. Wow bangetttss.. Silau mannn..

Sejenak saya mikir, trus apa gunanya wajah ditutup dengan cadar kalo dihiasi dengan sesuatu yang mengundang perhatian?

Di lain waktu, saya juga pernah bertemu dengan seorang akhwat berbusana serba hitam di sebuah resepsi pernikahan. All in black, mulai dari niqab, abaya, sampai sepatu dan tas. To me, she looked so pretty. Tapi ada satu hal yang menurut saya menambah nilai cantik dari dirinya, bordir benang warna emas yang menghiasi ujung tangan dan bawah abayanya.

Definisi cantik memang relatif. Apalagi, wanita itu sendiri memang sudah cantik dari sononya. Makanya Allah menyuruh para wanita untuk menutupi kecantikannya dengan hijab.

Dan gagal paham itu adalah ketika sesuatu yang cantik itu ditutupi, namun penutupnya dihias-hiasi sehingga ia malah tampak jauh lebih cantik dari sebelumnya.

Iya, saya sendiri juga belum berniqab sempurna. Pasti masih banyak kekurangan di sana sini. Cadar favorit saya “masih” berupa cadar tali yang oleh sebagian orang dicap sebagai cadar pemula, cadar awam, bahkan katanya cadar yang kurang salafi (?).

So far, masih nyaman dengan cadar model ini. Karena saya menjahit pakaian saya sendiri, maka cadar tali yang saya buat sifatnya customized, bisa disesuaikan dengan keinginan saya.

Lebar sampai menutup telinga, panjang sampai menutup dada, tak lupa sederet kancing jepret di sepanjang tepinya ikut ‘mengamankan’ agar ketika angin menyibak tidak sampai memperlihatkan bagian pipi.

Seandainya ada model cadar yang next time ingin saya coba mungkin adalah cadar bandana. Entah kenapa. Terlihat lebih rapat aja. Simple, it’s all about taste, as long as it’s syar’i 🙂

Yang tahu niat kita berhijab dan berniqab, hanya hati kita sendiri. Mungkin kita memandangnya biasa saja, tapi boleh jadi orang lain memandang sebaliknya. Beauty is about perception. Tidak ada standar khusus dan definisi tersendiri tentang derajat kecantikan.

Dan bagi saya, cantik itu tunduk patuh berserah diri, sami’na wa atha’na pada perintah Allah dan RasulNya, meski perintah itu menyelisihi hawa nafsu dan kecenderungan hatinya.

Wanita itu indah, secara keseluruhan.. walaupun sudah berhijab dan menutup seluruh auratnya. Bahkan bila ia telah menutup wajahnya dengan cadar.

Pakailah pakaian yang syar’i, nyaman dan sederhana. Jauhkan diri dari berlebihan dalam berpakaian. Sampai semua model dan warna terus diburu. Apa bedanya dengan para hamba fashion dan budak mode? Yang selalu tergoda dengan model terbaru dan tak mau ketinggalan trend terkini.

Sederhanakanlah..

Jangan sampai yang memandang kita terfitnah karena sesuatu yang kita kenakan, yang fungsinya selain menutupi, tapi juga malah mempercantik penampilan kita.

Dan sungguh, hijab terbaik bagi seorang wanita, adalah rumahnya.

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab : 33)

~Jakarta, end of October 2014.. a little note before get asleep 🙂

© aisyafra.wordpress.com

[ image source: Islamic Quotes ]

18 thoughts on “Niqab vs Beauty

  1. Assalamualaykum,
    ukhty, saya sering membaca dan menyimak tulisan2 ukhty dan beberapa diantara tulisan2 ukhty saya share via email ke teman2 saya dengan tidak lupa mencantumkan nama ukhty (Meutia Halida) dan juga link blog ini. afwan, saya tidak meminta ijin terlebih dahulu saking semangatnya sharing. Mohon dimaafkan ya ukhty..

    Like

  2. Bismillaah..
    Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh ukhti, salam kenal yah,
    senang sekali bisa berkunjung ke blog anti, sangat bermanfaat blognya ukh : )

    Khansa. Depok

    Like

  3. assalamu’alaikum
    salam ukhuwah ya ukh
    gini ukh..saya ada niatan bercadar kalo sudah menikah (insyaAllah sebentar lagi), tapi sepertinya ibu dan ibu calon mertua masih keberatan..takut disangka ikut aliran apalah, takut disangka teroris lah..gimana ya ukh..ibu mengatakan: udah pake jilbab yang gede aja gapapa..
    sementara calon suami: itu terserah kamu mau pake apa gak, saya gak maksa.. (walopun dia bilang kyk gitu, dia msh terlihat bahwa sebenarnya menginginkan saya utk bercadar juga)
    gimana ya ukh?
    syukran 😉

    Like

    • Wa’alaikumussalam.. salam kenal kembali 🙂

      Banyak dr teman-teman akhwat yang saya kenal justru bercadar setelah menikah, krn mereka sudah memiliki kehidupan baru bersama suami yang mendukung mereka untuk berniqab. Pelan2 saja ukht, bisa dibiasakan mulai berniqab ketika menghadiri kajian2, atau safar bersama suami. Kalau ke rumah orang tua di perjalanan pakai niqab sesampainya di sana dilepas. Sambil sering2 diajak ngobrol bertukar pikiran masalah syariat menutup wajah dengan niqab. Jangan frontal menampakkan perubahan, karena nggak semua orang tua siap dengan perubahan dalam diri anaknya, terutama masalah niqab ini.

      Semoga Allah memudahkan.. 🙂

      Like

    • Waalaikumussalam mbak Rizki.. salam kenal ya 🙂

      Mengenai hukum niqab/cadar dan tatacaranya bisa dibaca di web muslimafiyah.com atau muslimah.or.id ya.. biasanya saya baca-baca di sana. Tinggal ketikkan kata niqab atau cadar aja di kolom pencarian/search. Happy browsing 😉

      Like

  4. mbak, maaf ni tanya. misalnya pakai gamis besar dn jilbab yg jg besar, lalu brsafar bwa anak2 banyak, batita2 dan ada yg digendong, itu rempong gak sih mbak? he…maaf sy masih awam, hrus bnyk blajar

    Like

    • Kalau saya, alhamdulillah enggak tuh, mbak. Mungkin karena sudah terbiasa ya.. Tentu lebih repot kalau safarnya sendirian dan nggak ada yang bantu. Makanya saya sering pergi jauh bawa anak2 ya didampingi mahram, didampingi suami. Tapi so far nyaman2 aja kok mbak 🙂

      Like

  5. Hiks.. artikelnya mengingatkan saya mba.. ketika saya ingin melenceng dlm berpakaian(memakai gamis dgn aneka hiasan&model), saya baca2 lg artikel disini utk self reminder. Memang utk istiqomah itu tdk mudah ya. baju & jilbab saya blm sempurna. Semoga suatu saat saya bs tampil as simple as possible yg syari lillahi ta’ala.. jazakillahu khoiron katsiron..

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.