Sejak awal menikah, saya dan suami sepakat untuk selalu terbuka masalah gadget dan socmed. Nggak ada yang ditutup-tutupi, kapan saja mau buka, monggo.. Gadget pasangan bisa kami akses kapanpun, tanpa ada rasa keberatan dari salah satu pihak.
Prinsip kami, kalau nggak ada sesuatu yang salah, yang nggak benar.. buat apa dilock, dipassword, etc etc. Apalagi terhadap pasangan sendiri, partner hidup paling dekat selama ini. Kecuali percakapan khusus ummahat, misalnya grup di WA, Facebook, tentu suami menghormati untuk tidak membukanya.
“Hormati dong privacy saya!”
Bukan privacy namanya, ketika kita mengatasnamakan kata itu untuk menutupi kemaksiatan yang kita lakukan secara sembunyi-sembunyi. Hanya agar tidak ada orang lain yang tahu, terlebih-lebih pasangan sendiri.
Kadang sebagai manusia, suatu waktu kita bisa terjerumus, mungkin tergelincir.. Nggak selamanya kita selalu benar, selalu aman dari godaan lawan jenis dan harta yang tidak halal.
Betapa banyak kasus suami istri yang berselingkuh lewat BBM, inbox FB, DM Twitter, dan lain lain.
Betapa banyak suami yang tiba-tiba terjerat kasus korupsi..
Betapa banyak istri yang terlibat hutang ratusan juta..
Tanpa sepengetahuan pasangannya.
Di antara fungsi pasangan adalah peka membaca tanda, tak ragu saling mengingatkan, tanpa diminta. Bukan karena kepo atau cemburu buta, tapi semata karena sayang dan cinta.
Karena rumah tangga ibarat perahu, ada nakhoda dan awak kapal. Ketika sang nakhoda salah arah atau mengambil satu keputusan yang salah, bukan hanya nakhoda yang tersesat, tapi awak kapal juga akan terkena imbasnya. Di sini keutuhan rumah tangga dan individu-individu yang ada di dalamnya, dipertaruhkan.
And that’s my point 🙂
Laki-laki yang baik dan senantiasa menjaga kehormatan dirinya, diperuntukkan bagi perempuan baik yang juga teguh menjaga kesucian dan rasa malunya. Demikian juga sebaliknya.
Jangan sampai Allah memisahkan kita, karena satu dosa yang dilakukan oleh salah seorang di antara kita.
Rasulullaah bersabda,
“Tidaklah dua orang yang saling mencintai, kemudian dipisahkan antara keduanya, kecuali karena satu dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya.” (HR Ahmad).
~ Jakarta, early February 2015.. inspired by a friend’s Facebook status this morning..
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Getty Images ]
bookmarked,,
sebagai catatan untuk bekal nanti jika sudah berumah tangga ^^
Terima kasih banyak sudah berbagi mbak 🙂
LikeLiked by 1 person
Alhamdulillah.. Terima kasih juga sudah berkunjung ya 🙂
LikeLike
Agree… Bahkan saya dari awal nikah, saya kasih tau jg password socmed. Dan suami pun kasih tau juga… jadi ga ada yang ditutupin.
Paling kalau ada yg mau ditanyakan ya ditanya trus dijawab, udah.. karena emang tidak ada sesuatu yg harus disembunyikan dari pasangan..
LikeLike
salam kenal mba meutya
ahhh aq baru nemu blog nya huaaa dan suka banget sam aisinya berusaha namatin sampe awal tulisan blog nya hihihihi
btw bolehkan aq minta alamat email nya? pengen ngobrol2 hihiih maav ya sok ikrib
thank you 🙂
LikeLiked by 1 person
Salam kenal mbak Din..
Alhamdulillah.. Hihi postingan saya banyak randomnya kok mbak 😀 boleh, ini alamat email saya: chynatic@yahoo.co.id
LikeLike
[…] of privacy in marriage, I wrote about it here before. Remember, your marriage, your rules. Don’t let others convince you the […]
LikeLike