Ada yang bilang, pernikahan bahagia itu yang adem ayem, nggak pernah berselisih, nggak ada ada ribut-ribut atau konflik.
Ada juga yang bilang, batas waktu kisruh-kisruhnya sebuah rumah tangga adalah lima tahun pertama perkawinan. Setelah lewat lima tahun, maka biduk rumah tangga akan lebih tenang tanpa ada persoalan berarti.
Pernikahan bahagia adalah pernikahan yang bebas konflik? Tidak.
Tidak ada pernikahan yang bebas konflik atau masalah.
Karena pernikahan adalah penyatuan dua kepala, sifat, kebiasaan dan latar belakang antara dua manusia yang berbeda. Gesekan-gesekan itu niscaya, pasti ada.
Justru dari konflik, kita belajar mengenal siapa pasangan. Bagaimana karakter seseorang sebenarnya, terlihat ketika sedang menghadapi konflik. Tidak mungkin seseorang bisa memalsukan karakternya dalam pernikahan, terlebih lagi ketika tengah berselisih dengan pasangannya.
Konflik adalah proses adaptasi dan pembelajaran dalam pernikahan. Dari konflik, kita bisa tahu apa saja hal-hal yang tidak disukai pasangan, untuk kemudian berusaha untuk menghindarinya.
Terkadang konflik juga merupakan sarana untuk mengenali diri sendiri, bagaimana diri kita dilihat dari sudut pandang orang lain. Karena pasangan adalah cermin 24 jam bagi diri kita.
Riak-riak yang tidak terhindarkan itu akan mendewasakan masing-masing pihak. Inilah tahapan pengenalan antara dua individu yang sesungguhnya, ketika keduanya diikat dalam sebuah pernikahan. Bukan saat mereka terikat dalam ikatan yang tidak halal, yang penuh dengan kepalsuan.
Tidak ada batasan waktu ‘aman’ dalam perjalanan hidup berumah tangga. Adaptasi dalam pernikahan bukan berkisar antara lima, sepuluh atau dua puluh lima tahun. Tapi pernikahan itu sendiri adalah proses adaptasi SEUMUR HIDUP.
Yes, true love never runs smooth~ ♥
~ Jakarta, on a still and peaceful night, March 2015
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Pinterest ]
setujuhh 🙂
LikeLike
Nice sharing, pengennya sih nikah bebas konflik hihihihi… Apa daya ngga mungkin banget, secara beda kepala, beda orang, beda gender, beda kebiasaan, beda budaya… Yang penting kl ngambek ngga boleh lbh dari 3 hari, jangan sampe ketauan anak & sebisa mungkin kesalahannya ga diulang… Salam kenal 🙂
LikeLike