Di dunia ini, tidak ada pernikahan yang sempurna, pun tidak ada suami atau istri yang sempurna. Salah satu kunci dari sebuah pernikahan bahagia adalah penerimaan tulus akan satu sama lain.
Tapi, menerima keadaan pasangan apa adanya bukan berarti mengabaikan kesempatan untuk saling menasehati dalam kebaikan dan memperbaiki diri.
Ketika kita mencintai seseorang, tentu kita mengharapkan kebaikan bagi dirinya. Kita tak ingin melihat pasangan kita susah. Kita ingin membahagiakannya, semampu kita, sejauh yang kita bisa.. selama tidak bertentangan dengan syari’at Allah.
Seorang suami atau istri yang baik, tentu akan berlapang hati dan berbenah diri jika ditunjukkan kekurangannya. Memiliki kekurangan adalah suatu hal yang wajar dan manusiawi, nobody’s perfect. There is no flawless relationship.
Namun, tiap orang memiliki standar masing-masing terhadap kata “penerimaan” dalam suatu hubungan.
Ada orang yang mampu menerima semua kekurangan pasangannya, sebobrok apapun kelakuan pasangannya. Ia mampu bersabar walau mungkin sudah dizhalimi sedemikian rupa.
It’s his/her choice.
Namun, ada juga yang tidak bisa menoleransi kekurangan pasangannya, yang mungkin ia anggap kekurangan itu begitu fatal atau bersifat prinsipil. Mereka telah menetapkan batasan, mana yang masih bisa diterima dan mana yang tidak.
It’s also his/her choice.
We should respect that wisely. Don’t judge too quickly. Semua kembali lagi kepada pribadi masing-masing dan tidak bisa disamaratakan satu dengan yang lainnya. Karena kondisi dan situasi tiap rumah tangga, berbeda.
Dan jangan pernah sekalipun kita (termasuk saya) memaksa orang lain terutama pasangan untuk menerima kekurangan kita, dengan terus berlindung di balik kata, “Terimalah aku apa adanya..”, tanpa ada usaha gigih untuk memperbaiki diri.
It is not love. It is selfishness.
Karena mencintai adalah saling berkorban untuk yang dicintai. Dan bukan sebaliknya, mengorbankan perasaan orang yang dicintai.
“Dan janganlah mengatakan, ‘Terimalah aku apa adanya’. Akan tetapi katakanlah, ‘Terimalah aku, aku akan berusaha menjadi yang terbaik semampuku’..” ~A nice quote from Tumblr
~ On a fine morning at the east side of Jakarta.. Just a little note after suhoor, Ramadhan 2015
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Pinterest ]
seneng banget deh bs baca tulisan tulisan mb,,, inspired bgt buat aku,,, makasih mb,,,
LikeLike
Alhamdulillah.. Terima kasih mba, sudah berkunjung 🙂
LikeLike
Reblogged this on Heru Prasojo | Catatan Sebuah Perjalanan and commented:
Untuk saling menasehati tentang kebenaran, tentang kesabaran.
LikeLike
Reblogged this on Weny Diana Sari.
LikeLike