Jakarta, I’m in Love…

image

“We can travel as far as we want, to many beautiful places around the world. But in the end, home is a place we always come back and return. No matter how far we wander…”

If there is a place where I’d rather stay for a length of time, that would definitely be this city: Jakarta.

A place where I was born and raised. Place where I open my eyes into new things. Place where I meet precious people who took a special room in my heart. Place that sums up all things and memories in my life, good and bad, nice and sad.

Jakarta, dengan segala keriuhan dan gemerlapnya, is a part of me. Iya, saya anak kota, bukan anak desa πŸ™‚

Saya sendiri, sebetulnya suka dengan suasana damai hidup di kota kecil yang sederhana, jauh dari hiruk pikuk kota besar. Sepi dan tenang. Nggak ada macet, pemukiman padat penduduk yang super crowded atau bunyi klakson kendaraan tanpa henti. Quiet, solitary and peaceful. Di kawasan pedesaan, pegunungan atau mungkin, tepi pantai. Perfect places to getaway.

But that never be a suitable place for me to stay, by the way.

I’m not too often leave this town for a long time. Setahun sekali, saya dan keluarga biasanya mudik ke kampung suami di Cirebon atau kampung abi di Malang selama beberapa hari. I enjoyed myself there. Cool places, good food, interesting people. Berkunjung ke rumah kerabat, menikmati wisata kuliner yang rasanya top abisss, menjelajahi tempat-tempat baru yang belum pernah saya singgahi sebelumnya. Great times, alhamdulillaah.

Tapi setelah beberapa hari, saya mulai merindukan kota kelahiran saya, Jakarta. I was homesick, kangen rumah. Saya kangen selonjoran leyeh-leyeh di sore hari setelah semua tugas rumah tangga usai. Kangen menikmati suasana sunset dari atas atap. Saya kangen Ummi dan Abi. Kangen adik-adik saya yang seru dan gokil abieess. Saya kangen mesin jahit saya yang setia menemani selama bertahun-tahun lamanya.

I know those places are awesome, but there is not where my heart belongs to.

Honestly, I don’t travel too much into so many places around the country on my holiday. I prefer to stay at my cozy home doing the things I love without even getting easily BORED. No, I enjoy myself a lot when I was at my own nest. So many things to do, alone or with beloved people around me. Ya, dari jaman belum nikah pun, saya memang anak rumahan yang cinta rumah dan jarang banget keluar rumah kalo nggak perlu-perlu amat πŸ˜‰

Andai saja orang-orang di Jakarta dikasih opsi bikin list apa saja yang menyebalkan dari kota ini, saya yakin pasti listnya bakal segede gaban. Ahahaha. Dan semua yang mereka tuliskan itu biasanya adalah fakta. Misalnya macet, panas, parkiran penuh, susah cari rumah dengan budget pas-pasan, too crowded, banyak polusi, biaya hidup dan sekolah mahal, tua di jalan dan lain sebagainya.

I know those all are true. It’s like.. we are challenged to survive in the metropolis and big city like Jakarta. Yang nggak kuat bertahan pasti akan tereliminasi dengan sendirinya. It is tough and rough life out here, and sometimes, cruel 😦

But there are some beautiful sides I find from this city. Tempat kajian sunnah banyak bertebaran di mana-mana. Hampir ada di semua tempat dan terjangkau dari segala arah. Banyak dauroh, tabligh akbar dan seminar ilmiah. Bahkan, kami sering dibuat galau karena jadwal kajian yang bagus bertabrakan di hari yang sama. Masya Allah, nikmat banget kan? ❀

Sekolah sunnah untuk anak juga banyak ditemui di kota ini. Di daerah tempat saya tinggal saja, ada banyak pilihan sekolah mulai dari TK sampai SD. Meski untuk jenjang SMP yang biasanya mondok, banyak terdapat di luar kota seperti Bekasi, Bogor dan Jawa Tengah.

Sekolah anak-anak juga masih terhitung dekat dan bisa ditempuh menggunakan motor. Nggak tega rasanya kalau mereka harus merasakan penatnya terjebak kemacetan di tengah kota, setiap hari, setidaknya selama 1-2 tahun ke depan untuk si kakak dan 6 tahun untuk si abang. Belum sampai sekolah sudah stress dan bete.

That’s why saya dan suami sepakat untuk mencari sekolah yang dekat rumah, atau alternatif lainnya, kami mengalah mencari rumah yang dekat dengan sekolah. Agar anak-anak tidak terbeban dengan rutinitas pulang dan berangkat sekolah yang sangat menyita waktu dan energi.

Orang bilang.. mau apa aja gampang di Jakarta. Aksesnya mudah. Perputaran barang cepat dan lengkap. Mau jualan apa aja insya Allah laris. Angkutan umum banyak dan ada transportasi pribadi berbayar seperti Taksi. Fyi, di kabupaten Cirebon which is kampungnya suami, nggak ada lho yang namanya Taksi. Jadi kemana-mana harus pakai kendaraan pribadi atau angkutan umum. Tapi, di sana ada becak! Uhui.

Di kota ini juga berkumpul seluruh keluarga besar saya. Orangtua, adik, keponakan, kerabat dari kedua orangtua, mostly stay di Jakarta. Nikmatnya bisa ketemu mereka kapan aja tanpa harus nunggu momen liburan atau Lebaran.

Bisa JJS ke tokbuk terdekat, ngaji bareng, wisata ke Dufan atau Taman Mini, sampai main-main ke taman kota dekat rumah. Ngumpul makan mie ayam dan seseruan bareng nonton DVD di rumah adik atau orangtua.. Itu aja udah bikin kami happy. Karena bagi saya dan keluarga, bukan tempatnya yang bikin kami happy, tapi dengan siapa kami menghabiskan momen-momen berharga itu. Simple happiness..

Bisnis saya dan suami juga berjalan di kota ini. Klien desain suami hampir semua berasal dari sini. Proyek pun banyak yang dikerjakan di sini. Sedang saya biasa belanja bahan jilbab dan keperluannya di Tanah Abang, pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara. A place I used to know since I was teen. Nggak kebayang kalo mesti pindah kota, belanjanya kemana ya? Secara di sana stok barang lengkap dan relatif murah. Oh I heart you, Brotherland πŸ˜›

Saya lahir dan besar di Cibubur, pinggiran kota Jakarta yang berbatasan dengan Bogor. Panas? Iya kalo keluar ke tengah kota. Kalau di sekitar rumah aja enggak tuh. Alhamdulillah, wilayah Cibubur ini terbilang adem dan sejuk. Masih banyak pohon, hutan, taman dan areal persawahan di sekitar sini.Β  Jadi nggak perlu-perlu banget pasang AC. Air tanah juga terhitung bersih dan bisa diminum. Nggak perlu beli air galon atau isi ulang. Merebus air minum sendiri tentu jauh lebih praktis dan hemat.

Akhirnya saya paham, kenapa orang-orang kota (just like me) ketika menjelang Lebaran sampai dibela-belain uyel-uyelan kena macet di jalan demi bersua dengan sanak saudara mereka di kampung halaman. Because those special moments mean a lot to them.

Nggak cuma tempatnya aja, tapi juga manusia-manusia di dalamnya, makanan khasnya, suasananya yang homey dan familiar dengan mereka. Dan ketika mereka harus meninggalkan kampung halaman karena liburan telah usai, it’s like a part of them was missing, too.

After 30 years and more, this city always win my heart. Meski mungkin suatu saat harus pindah ke kota lain, pasti rasanya bakal susah move on. Ya gimana dong, dari kecil udah di sini. Sekolah di sini, kerja di sini, ketemu sahabat-sahabat yang super kece sampai ketemu jodoh juga di sini. #eaaaa

I love you, my hometown Jakarta. No matter how, no matter what. Despite of your cranky traffics, crazy weather, crowded people and so on. My heart still belongs to you.

Pokoknye gimanapun juge, aye tetep cinte ame nih kote Jakarte! #betawilebayΒ  XD

image

Β 

~ On a shady afternoon at my hometown Jakarta, early August 2015..

Β© aisyafra.wordpress.com

[ pic taken from My Instagram, 2013-2015 ]

Advertisement

2 thoughts on “Jakarta, I’m in Love…

  1. Haloooo mbak salam kenal. Aduh postingannya jadi bikin kangen ke jakarta nambah berkali lipat. Aku udh mau setahun stay di kalimantan utara. Kanan kiri depan belakang hutan dan sungai. Kangen riuhnya jakarta bgt !

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.