Dia adalah seseorang yang mengajarkan saya arti sebuah kekuatan dalam kesabaran. Di antara himpitan kesulitan dan cobaan yang menerpa, di tengah keterpurukan, dia tak putus-putusnya memberi saya semangat untuk bangkit dan tegak berdiri. “Sabar itu pahit rasanya, tapi manis buahnya..”
Dia adalah seseorang yang saat bersamanya saya nyaman menjadi diri sendiri. Tanpa perlu segala topeng dan polesan citra serba sempurna itu. Bersamanya, saya bebas meluapkan segala rasa yang menghimpit di dada. Lepas tanpa beban..
Dia adalah seseorang yang darinya saya belajar tentang kesederhanaan dan kerendah hatian. Dia mungkin bukan seseorang yang ketika manusia melihatnya, mereka akan takjub dan terpesona. Tapi siapa yang tahu, dalam sosoknya yang apa adanya itu menyimpan keteguhan iman yang membuat Allah mencintainya.
Dia mampu membuat saya bertahan di sisinya setelah bertahun-tahun kami berkawan akrab. Walau terpisah jarak dan waktu, dia selalu hadir dan ada untuk saya. Dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Hampir setiap hari kami berbincang, tak bosan-bosan. Teknologi begitu berperan dalam persahabatan kami. Saling menanyakan kabar, saling mendo’akan, saling menguatkan.
Dia adalah seseorang yang selama bersama, kami saling belajar dari satu sama lain. Banyak yang bisa saya teladani dari sosoknya. Ketulusan, kesederhanaan, keinginan untuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ketika tanpa sengaja berbuat salah pun, ia tak enggan untuk mengakui.
Dia, yang mungkin banyak dipandang sebelah mata karena kefakiran ilmunya.. kesederhanaan kata-katanya.. kekurang populerannya.. Dia yang mungkin secara zhahir ‘bukan siapa-siapa’.. boleh jadi adalah sosok yang Allah tinggikan derajatnya di sisiNya kelak.
Dia bukanlah seseorang yang suka menonjolkan diri di antara sesamanya. Dia jarang bercuap-cuap tentang ilmu di sosial media dan jarang pula ada jempol yang menghampiri status-statusnya.. Tapi boleh jadi ia adalah seseorang yang paling gigih dalam ibadahnya, paling giat dalam berbakti kepada suami dan orangtuanya, paling pemaaf terhadap sesamanya, paling lembut hatinya..
“Betapa cemburu kita pada dia yang pandai menyembunyikan kebaikan seakan merahasiakan aib dan dosa. Dunia tak melirik tapi surga merindunya.” — Salim A. Fillah
Dia.. yang serba sederhana itu, boleh jadi adalah yang paling besar khauf (rasa takutnya) kepada Allah. Baik di tengah keramaian maupun saat bersendirian.
Mungkin dia, yang bagi sebagian orang bukan sosok yang mereka kagumi keshalihannya, adalah yang paling rajin bersimpuh di sepertiga malam. Bermunajat kepada Rabbnya..
Dia yang begitu hanif dan lugu. Selama bersahabat dengannya, tak pernah sekalipun saya tersakiti oleh ucapannya. “Aku bersyukur dipertemukan dan kenal dengan mbak.. Semoga Allah menjaga persahabatan kita ya..” katanya suatu hari. Dan mata saya pun berkaca-kaca.
Dia… yang ketika ditimpa suatu musibah, alih-alih memprotes, “Kenapa harus saya, ya Allah?”, melainkan “Apa yang menimpa saya ini boleh jadi disebabkan oleh perbuatan tangan saya sendiri. Mungkin saya lalai berdzikir dan mendekatkan diri pada Allah. Astaghfirullah..”
Dia yang selalu mengingatkan saya ketika saya terjebak dalam dosa dan kelalaian, dengan lembut dan penuh hikmah. Kedekatan tidak membuat kami menutup mata dari kesalahan masing-masing, enggan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. “Wa tawashaubil haq.. wa tawashaubish-shabr.. wa tawashaubil marhamah..”
Dia.. adalah satu dari sekian banyak manusia yang menginspirasi saya. Bukan dari tulisan atau karya-karya ilmiahnya, tapi dari perilaku nyata dan tutur katanya. Meski usianya jauh lebih muda tapi saya banyak mengambil ibroh darinya.
Dia adalah satu dari yang terbaik dalam hidup saya.
Dia adalah karunia yang Allah anugerahkan dalam perjalanan hidup ini..
Hadirnya membuat hari-hari saya lebih bermakna.
Dialah sahabat sejati yang waktu dan kesulitan hidup telah menguji..
Untuk senantiasa tinggal di sisi apapun yang terjadi.
Thank you very much dearest, you’ve filled my life for me :’)
~ Jakarta, medio Agustus 2015, menjelang tengah malam.. bingkisan kecil untuk seorang sahabat terbaik dalam hidup ini, may Allah keep this ukhuwah, ’til we both step into Jannah.. *smooch* 🙂
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Tumblr ]
jadi dia itu siapa? kepo haha
LikeLike
Seseorang yang tidak mau disebut namanya 😀
LikeLike
Subhanallah
Saya tergiur untuk kenal dg “dia” yg mbak katakan..
Walaupun mungkin, hal itu amat tdk mungkin
Saya iri dg mu. Mbak.., punya seorang sahabat yg dg nya, mungkin jadi penyebab, ridha Allah datang menghampiri..
Salam untuk nya
LikeLike
Alhamdulillaah.. Saya pun merasa sangat beruntung dipertemukan dengannya.
iya, afwan nggak bisa bantu kenalkan ya.. Karena teman saya ini akhwat 🙂
LikeLike
[…] https://aisyafra.wordpress.com/2015/08/10/dia/ […]
LikeLike
Reblogged this on Safitri Nur Rahmi.
LikeLike