Sore ini ketika lagi asyik leyeh-leyeh sehabis beberes rumah, qaddarullah saya ‘terdampar’ di profil IG seorang akhwat bercadar. Yes, more than 50% isinya adalah selfie. Hey, it’s more common, now. Hehe.
Tapi yang bikin saya kaget adalah foto-foto selfienya di gelaran acara parade yang mengusung tema tauhid sebulan yang lalu.
Ok, I am not talking about that parade. It’s just so yesterday to talk about. I’ve never interested in such case, anyway. Apalagi tertarik untuk ikutan. Heheheu 😛
Yang bikin saya heran, ada pic sekumpulan wanita bercadar dan berjubah hitam lebar berdesakan di antara kerumunan laki-laki. Situasinya crowded banget lho. Dan dengan bangganya mereka ber-selfie ria dalam keadaan seperti itu.
Gagal paham lagi nih saya, dear…
Cadaran.. ikut long march.. ikhtilat plus berdesakan sama laki-laki di jalan.. selfie dengan berbagai pose.. trus diunggah di media sosial.
Maksudnya apa ya? Mau mendakwahkan tauhid tapi caranya sendiri menyelisihi syari’at. Funny, isn’t it? 😀
“Wanita itu aurat, maka bila ia keluar rumah, syaithan terus memandanginya (untuk menghias-hiasinya dalam pandangan lelaki sehingga terjadilah fitnah).”
(Dishahihkan Al-Imam Al- Albani dalam Shahih At-Tirmidzi, Al- Misykat no. 3109, dan Al-Irwa’ no. 273. Dishahihkan pula oleh Al-Imam Muqbil ibnu Hadi Al-Wadi’i t dalam Ash-Shahihul Musnad, 2/36)
Dear muslimah..
Tahukah antunna, yang namanya syarat diterimanya amal ibadah, ada dua:
- Ikhlas Lillaahi Ta’ala.
- Ittiba’ Rasulullaah shalallaahu ‘alaihi wa sallam.
Keduanya harus terkumpul dalam diri seorang hamba agar amalnya diterima. Satu saja luput, maka amal tersebut sia-sia. Itu pokok tauhid yang paling dasar. Sebelum belajar yang lain-lain, hendaknya seorang muslim mengetahui dan meyakini hal ini. Tauhid first.
Dear muslimah…
Kemanakah hilangnya rasa malu? Padahal, sebaik-baik perhiasan seorang muslimah adalah rasa malunya.
Kemanakah hilangnya rasa rikuh dan risih ketika banyak komentar-komentar semacam ini dari lawan jenisnya, laki-laki ajnabi yang bebas memandangi fotonya kapan saja mereka suka..
“Subhanallah.. Pasti aslinya cantik ya. Dari matanya aja udah kelihatan cantik..”
“Masya Allah, calon bidadari surga..”
“Barakallahu fiik, ukhti. Semoga istri ana kelak seperti anti.. Cantik, shalihah pula..”
Dan berbagai kata-kata lain yang mampu melambungkan hati muslimah tersebut. Dan ia tak pernah tahu, sudah berapa banyak pasang mata yang menikmati cantiknya, menyimpannya dalam ponsel mereka, membayangkannya bahkan sampai mengangankannya terus menerus dengan hasrat ingin memilikinya.
Fyi, akun tsb disetting publik karena saya yang tidak memfollow saja bisa membukanya di tab Explore IG. So it is open for public. Siapa saja bisa mengaksesnya.
Dear muslimah…
Pernahkah antunna mendengar ada sekumpulan orang yang memiliki kelainan seksual, mereka mencari gambar-gambar wanita bercadar di internet, menyimpannya dalam gadget mereka dan menjadikan gambar-gambar tsb sebagai objek untuk memenuhi fantasi seksual mereka.
And people like them are real, they do exist. Saya pernah menjumpai beberapa akun Facebook orang sakit seperti mereka. Mereka memasang foto profil seorang wanita bercadar, yang mereka dapatkan entah dari mana. Karena mereka aslinya adalah laki-laki, yang sangat terobsesi dengan wanita-wanita bercadar. A group of sick and insane people. Wal’iyadzubillah..
Dear muslimah..
Jangan pernah merasa aman dari makar-makar syaithan.. Sudah rapat bercadar, dibisiki syaithan hingga muncul keinginan untuk tampil dan menonjolkan diri dengan hobi selfie dengan cadarnya. Yang kadang justru malah menimbulkan fitnah bagi sebagian laki-laki, terutama mereka yang sudah ngaji.
Sungguh, inilah tipu daya syaithan. Ketika syaithan menghiasi keburukan dengan bingkai ketaatan. Ketika banyak muslimah yang terpedaya, berlomba-lomba berpose dengan niqabnya. Hanya karena alasan dakwah. Mendakwahkan niqab, memasyarakatkan sunnah ini dengan cara berfoto diri alias selfie. Selfie for dakwah.
Subhanallah.. Musibah 😦
Deep inside, ngeliat pic-pic itu saya sendiri merasa malu. Entah kenapa kok malah saya yang malu ya, ehehehe. Padahal dateng aja enggak. Tapi malu sekali rasanya. I just can’t explain this feeling.
Yang saya pahami selama ini.. Fungsi cadar itu untuk menutupi, melindungi dan menjaga, bukan malah sengaja menutupi untuk ditampilkan kembali. There is no such thing as selfie for dakwah, especially to muslimah. We are like a pearl inside our shell. Hidden and precious.
Islam datang untuk memuliakan wanita dengan memerintahkan mereka untuk tinggal di rumahnya, bukan untuk turun ke jalan-jalan, berdesakan dan ikhtilat dengan kaum pria, meski atas nama dakwah. Terlebih lagi mendakwahkan tauhid dengan cara yang demikian.
Dear muslimah…
The best and most proper hijab for you is your home. Not streets. Not battlefield. Bahkan ladang jihad terbesarnya seorang wanita adalah di rumahnya. Bukan di medan peperangan seperti halnya kaum pria. Dan sebaik-baik perhiasan seorang wanita adalah rasa malunya.
Have you got my point, darling? I love you all for the sake of Allah. That’s why I wrote these all to you ❤
~ Medio September 2015.. Salin rekat dari status Facebook saya malam ini, dengan sedikit perubahan di sana-sini.
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Pinterest ]
saya suka postingan mba ini, saya memakai IG dan sama selerti mba, tiba2 menemukan akun IG yang mba2nya ini memakai cadar, isinya selfi2 (dengan caption yg agamis) belum video2 yg dia menggunakan cadar, dengan (sengaja/tidak sengaja saya tidak tahu) memamerkan perhiasannya cincinnya yg besar itu, shoping, berjalan d tempat umum dengan memvideo, apa tidak malu, belum lagi cadar, sepatu tinggi dan gamis panjangnya itu lain dari pada yg lain, apa itu lebih tidak menarik perhatian orang lain dibandinglan saya yang pakai kerudung agak besar, tapi biasa.saya sangat membayangkan yg seperti itu, padahal saya suka sekali melihat mba2 bercadar penuh kesederhanaan, benar2 niat, menutup dirinya dll, adem lihatnya. terimakasih postingnya mba ..
LikeLike
Na’am.. We share the same concern. Prihatin sangat dengan fenomena niqabis selfie yang makin mewabah ini.
Saya kadang bertanya-tanya.. Apakah mereka yang berbuat demikian dan mengajak para followersnya untuk mengikuti mereka tidak paham esensi dari niqab itu sendiri? Tujuan berniqab adalah untuk menutup celah fitnah, bukan malah membukanya lebar-lebar dengan memancing perhatian.
Allahul musta’an.
LikeLike
apa dia yg riya atau saya yg hasad, akhirnya saya tutup akuh IG,FB saya. untuk melindungi dari penyakit riya,ujib, hasad. doaakan saya mba … mohon d jawab, apakah saya termasuk hasad ?
LikeLike
Benar ukhti, fenomena cadar berselfie, aku juga bingung. Kl punya teman cadar tp masih hobby selfie gimana cara negurnya ya biar gak tersinggung atau malah mutusin silaturrohmi
LikeLike
Lebih kepada mrk yg bercadar sprti yg ukhty tulis diatas,blm dewasa secara adab dn akhlaknya.lbh kepada ingin dinilai lain drpd yg umumnya.bila sdh dewasa.secara adab pasti sngt malu utk ada diluar dlm acara apapun bila itu tdk mmberikan banyak manfaatnya.smg mrk mrk yg sprti ditulis ukhty,kembali mndpt hidayah utk bs memahami mkna dirinya sbg wanita muslimah berbalut pakaian syari i nya…aamiin
LikeLike
Kakak izin share di tulisan aku yaaaa…syukraan katsiran
LikeLike
Maaf baru balas ya, Nia. Silakan 🙂
LikeLike
Saya menyukai tulisan ini, dan beberapa tulisan lainnya. Apa bisa saya terbitkan juga di blog saya, dengan mencantumkan sumber/linknya?
LikeLike
Maaf baru baca komennya, silakan semoga bermanfaat..
LikeLike