Motherhood: An Amazing Journey

image

“Motherhood is not a competition to see who has the cleverest kids, the cleanest house, the healthiest dinner, nicest clothes, newest car or most holidays. Motherhood is your journey with your children.”

Punya anak yang mulai beranjak besar dan bersekolah, baik yang sekolah di sekolah formil maupun di rumah alias homeschool, mengajarkan banyak hal kepada kita selaku orang tua.

Kita jadi banyak belajar lagi, buka buku lagi, riset lagi, eksperimen lagi. Curiosity over things meningkat drastis. Nggak cukup hanya dari satu buku, tapi terus mencari rujukan yang paling pas dengan metode belajar tiap anak yang begitu unik.

Yup.. Punya anak yang sudah mulai sekolah, secara tidak langsung menuntut kita agar menjadi pribadi yang lebih pandai dan cerdas. Keep upgrading ourselves. Kreatif memutar otak, supaya gimana caranya anak bisa paham materi yang dipelajari.

Momen-momen ngajarin anak belajar itu so special.. Sesuatu banget. Ada sukanya, ada juga dukanya. Ada lucunya, ada nangisnya juga. Heheheu. Nano nano deh rasanya 😀

Bagi sebagian orang tua yang cuek dan abai terhadap pendidikan anaknya, mungkin pekan ujian seperti ini nggak ada bedanya dengan pekan-pekan lainnya. Mau ujian kek, mau paham pelajaran kek, mau dapet nilai jeblok kek, mau dapet nilai bagus tapi nyontek kek.. Mereka tetap nggak peduli. Yang penting kewajiban mereka menyekolahkan anak sudah ditunaikan, that’s it.

Memangnya ada orang tua semacam itu? Adaaaaa. I know some of them. And from that sad picture I learn and promise to not become one of them. Aamiin.

Salut buat ibu-ibu hebat yang susah payah ngajarin anaknya belajar. Pontang panting nyari soal. Belajar ilmu baru, lagi dan lagi. Kreatif menciptakan cara belajar yang paling efektif untuk anak. Agar aktifitas belajar jadi lebih menyenangkan. Super mommies, you rock!

Ibu saya termasuk salah satunya. Saya kecil tidak pernah ikut les ini itu. Sekalinya les waktu mau ujian SMP aja. Selebihnya, dihandle oleh Ibu. Dari mulai belajar membaca dan berhitung, sampai mengarang indah dan memecahkan soal-soal dengan rumus. Sedang untuk mengajari pelajaran agama dan ngaji, ayah lebih berperan dibanding ibu.

Beliau tidak pernah pelit jika sudah menyangkut pendidikan. Buku saku kumpulan rumus, RPAL, RPUL, buku-buku bacaan bermutu, beliau sediakan lengkap di rumah. Alhamdulillah, melalui orang tualah saya diwarisi hobi membaca dan kecintaan penuh terhadap buku. And I’m thankful for that 🙂

Cara yang sama kami terapkan juga dalam mendampingi anak-anak belajar. Saya menghandle pelajaran umum, sedang suami bagian pelajaran agama seperti tahsin dan hafalan. Family is a teamwork, right?

Saling bekerjasama dan meringankan agar anak-anak enjoy dan semangat dalam belajar. Just go with all the fun and no pressure, kiddos.. Karena belajar itu seharusnya menyenangkan, bukan membebani..

Dear mommies, those memorable times you share with your children will never fade away from their memory. That is one of the most amazing part of motherhood. To be their first teacher and role model. And the reward is jannah, insha Allah.

Seseorang pernah bertanya kepada saya, ketika saya mengkritisi sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan anak.

“Ummu dulunya guru? Pernah mengajar?”

“Oh tidak, Pak. Saya bukan guru atau pernah mengajar di sekolah formil. Tapi saya adalah guru bagi anak-anak saya, bukan?”

Agar kelak anak-anak mengenang kita sebagai pribadi yang tangguh, berdedikasi dan penuh cinta kasih.

Happy parenting, dear mommies. This amazing motherhood journey awaits. So never ever give up! ❤

image

~ Jakarta, within this hectic exam week, end of September 2015.

© aisyafra.wordpress.com

6 thoughts on “Motherhood: An Amazing Journey

  1. Assalamualaikum. Mb, bagaimana caranya menghindari hati kita dari terselip rasa ujub dalam tulisan kita yang awalnya diniatkan untuk berbagi inspirasi kepada org lain?

    Like

    • Waalaikumussalam..

      Sebaiknya sedari awal sudah kita niatkan untuk murni berbagi dengan orang lain ya Mbak. Adapun rasa ujub, sebaiknya langsung ditepis begitu ia muncul. Karena masalah keikhlasan ini adalah sesuatu yg sangat sulit untuk kita jaga. Ia senantiasa berubah2 layaknya suasana hati, tanpa mampu kita cegah. Namun jika sudah terinfeksi penyakit ujub, langsung kita beristighfar memohon ampun pada Allah, dan kembali kepada tujuan awal meluruskan niat dalam menulis.

      Adapun perasaan senang ketika tulisan kita bermanfaat dan menginspirasi orang lain, hal tsb merupakan balasan kebaikan yang Allah segerakan untuk kita di dunia, insya Allah 🙂

      Liked by 1 person

Leave a reply to Fika Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.