Ngeri ya ketika seorang muslim dijauhi muslim yang lain hanya karena lisannya yang tajam. Orang jadi males bermuamalah, males jalan bareng, males sering-sering ketemu dan berkawan akrab dengannya.
Hanya karena satu hal: tajamnya lisan.
“Dia mau ke rumah? Jangan deh, nanti rumahku dikomentarin macem-macem. Tau sendiri kalo ngomentarin orang gak pake mikir. Daripada aku sakit hati.”
“Dia butuh bantuan? Males ah. Omongannya aja nyelekit. Gak pake diayak dulu.”
Sedih rasanya ketika orang-orang menjauhi kita karena buruknya akhlak kita, bukan karena kebenaran yang kita perjuangkan. Padahal, kata-kata baik lagi senyum manis terhadap saudara sesama muslim itu gratis lho, gak pake bayar. Dihitung sedekah lagi.
“Muslim itu adalah orang yang kaum muslimin lain selamat dari lisan dan tangannya. Orang yang berhijrah adalah orang yang menjauhi apa yang dilarang oleh Allah”. [HR. Bukhari]
“Amat mengherankan bahwa ada seseorang yang dengan mudah dapat menjaga diri dari makan makanan yang haram, berbuat zhalim, berzina, mencuri, minum khomer, memandang sesuatu yang haram dan sebagainya, namun ia sulit untuk menjaga gerakan lisannya. Sehingga engkau dapat melihat seseorang yang dijadikan acuan dalam agama, kezuhudan dan ibadah, ia berucap dengan perkataan-perkataan yang mengundang kemurkaan Allah tanpa ambil peduli. Padahal satu kalimat saja akan dapat menjatuhkannya dengan jarak lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.
Berapa banyak kamu lihat orang yang mampu menjaga dari perbuatan keji dan kezhaliman, sementara itu lisannya mencela kehormatan orang-orang yang masih hidup dan juga orang orang yang telah mati, tanpa peduli sedikitpun tentang apa yang ia ucapkan ”.
[Ad-Da’ wa ad Dawa’ halaman 191 oleh al-Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah].
Being yourself doesn’t mean being rude. They are not even close. There’s a fine line between them. Choose your words carefully. Because words cut deeper than knives. A knife can be pulled out, but words are embedded into our souls.
Be thankful for all the difficult people in your life, and learn from them. They have shown you exactly who you do not want to be.
~ On a sunny morning of Jakarta, November 2015.. a simple reminder to myself.
© aisyafra.wordpress.com
[ image source : Pinterest ]
Duh, kalau aku lidah tajam bwt kritik emg sebel sih, cuma kalo emg bener ya udah hadepin aja, hihi. Nah tapi kalo lidahnya ngeluh mulu ini itu atau sinis mulu yg nyiratin iri atau apalah, sama yg keluar dr lisannya itu suuzhon mulu ke semua hal atau semua org, itu yg errrr.. Jauh2 deh daripada kena pengaruh negatifnya. Jadi berasa ga bersyukur soale hehe..
LikeLike
Nah bagaimana kalau yang keluar dari lisan seseorang itu perpaduan dari hal2 negatif yang disebutkan di atas? I called it nightmare, heheheh
Yes, keep woles ajah. Life doesn’t stop for anybody 🙂
LikeLike
Hihihi. Serem nan horror itu mah mba. Yg ga perpaduan aja, trus diajak ketemuan, saya bisa ngeles dan adain aktivitas lain 🙈😅
Yoo.. Keep woles sih. Masalah lisan bisa kena ke semua orang sih, apalagi perempuan. Yg penting adalah sadar kalo salah dan diperbaiki trus kan ya mba 😊
LikeLike
Iya betul.. Yang penting kita tidak seperti itu yaa ^^
LikeLike
[…] Source: Lisan Oh Lisan… […]
LikeLike
Reblogged this on Muhammad Fathony and commented:
LISAAN……..
LikeLiked by 1 person
Reblogged this on A R E C A C E A E and commented:
Lisan memang tajam.
LikeLike
Reblogged this on Only Allah Can Hear The Silent Wishper Of A Lonely Heart and commented:
Amat mengherankan bahwa ada seseorang yang dengan mudah dapat menjaga diri dari makan makanan yang haram, berbuat zhalim, berzina, mencuri, minum khomer, memandang sesuatu yang haram dan sebagainya, namun ia sulit untuk menjaga gerakan lisannya. Sehingga engkau dapat melihat seseorang yang dijadikan acuan dalam agama, kezuhudan dan ibadah, ia berucap dengan perkataan-perkataan yang mengundang kemurkaan Allah tanpa ambil peduli. Padahal satu kalimat saja akan dapat menjatuhkannya dengan jarak lebih jauh daripada jarak antara timur dan barat.
Berapa banyak kamu lihat orang yang mampu menjaga dari perbuatan keji dan kezhaliman, sementara itu lisannya mencela kehormatan orang-orang yang masih hidup dan juga orang orang yang telah mati, tanpa peduli sedikitpun tentang apa yang ia ucapkan ”.
[Ad-Da’ wa ad Dawa’ halaman 191 oleh al-Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah].
LikeLike