Sedihnya jika teman-teman yang baik mulai menjauh karena hati kita yang terlampau keras untuk menerima nasehat. Satu persatu teman yang mengingatkan, bahkan yang mengingatkan dengan cara yang amat santun, mulai dijauhi, karena diri ini merasa gerah dan tidak suka ketika diingatkan.
Teman yang baik bukanlah teman yang selalu membenarkan kita, meski mereka tahu kita melakukan kesalahan.
Mereka sengaja bungkam dan membiarkan kita melenceng jauh keluar dari koridor syari’at.
Mereka selalu mencari-cari pembenaran atas perbuatan kita, demi menyenangkan hati kita.
Itulah persahabatan semu. Ikatan yang bukan berlandaskan atas kecintaan karena Allah Ta’ala, namun berlandaskan di atas hawa nafsu. Hawa nafsu yang menyebabkan mata dan hati mereka buta lagi tertutup dari kebenaran.
Rasulullaah Shallalaahu ‘Alaihi wa Salam bersabda,
“Tidaklah dua orang yang saling mencintai, kemudian dipisahkan antara keduanya, kecuali karena satu dosa yang dilakukan oleh salah seorang dari keduanya.” (HR Ahmad).
Ibnul Qayyim Rahimahullaah, dalam kitab Al-Jawaabul Kafi mengatakan,
“Di antara akibat dari perbuatan maksiat adalah adanya rasa gelisah (takut dan sedih) yang dirasakan oleh orang yang bermaksiat itu untuk bertemu dengan saudara-saudaranya.”
Teman yang baik, tidak hanya ingin bersama kita saat ini saja, di dunia yang fana. Mereka ingin terus bersama-sama kita di Jannah-Nya yang kekal lagi tak berbatas ruang dan waktu.
Dan tidak ada ikatan yang begitu kuat, seperti halnya ikatan karena Allah Ta’ala.
“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. At Tirmidzi)
~ Jakarta, May 2017.. every human is making flaws.. if one day I stumble and repeat the same mistake, please take my hand and don’t ever leave me, dear friends..
© AISYAFRA.WORDPRESS.COM
[ image source: Pinterest ]