“A healthy adult relationship is one where both people in the relationship give and both receive. There is a safe and open exchange of ideas, feelings, and thoughts, and all perspectives are considered and valued. There is also the freedom to respectfully challenge, confront, and strengthen one another.” ~Leslie Vernick
Dalam kehidupan pernikahan, komunikasi yang baik adalah koentji!
Ketika kita merasa tidak nyaman dengan perlakuan pasangan, jangan ragu untuk menyampaikannya langsung. Ketika kita merasa senang dengan sikap pasangan, katakan terus terang. Segala hal perlu dikomunikasikan, agar ia paham perasaan kita.
Pasangan kita bukan cenayang, yang tahu apa isi hati kita tanpa harus diberitahu. Terkadang, ada tipe pasangan yang kurang peka, sudah dikasih kode sejelas-jelasnya, seterang-terangnya, masih juga tidak peka.
Bagi yang mengalami, mohon bersabar ini ujian
Jika kita memiliki tipe pasangan seperti ini, jalan satu-satunya adalah berterus terang dalam segala hal. Jangan ada yang disembunyikan. Jangan pula hanya memendam perasaan, berharap suatu saat nanti ia akan mengerti.
Setelah hampir 10 tahun menikah, saya paham betul bahwa tidak ada konflik yang tidak bisa diselesaikan selama kedua belah pihak mau duduk bersama dan berdiskusi. Bersedia untuk bekerjasama menyingkirkan aral yang merintangi perjalanan.
Bersedia saling mendengarkan, saling menyampaikan. Saling terbuka terhadap perasaan masing-masing. Saling memahami dan berempati. Bukan saling memenangkan ego sendiri dan mengabaikan perasaan pasangan.
Sejak awal menikah, prinsip yang selalu saya pegang teguh adalah: buka kran komunikasi lebar-lebar.
Ketika saya merasa tidak nyaman akan suatu hal, saya akan berterusterang. Begitu juga dengan pasangan. Saya tidak akan mengatakan, “Aku Rapopo” padahal hati hancur berantakan. Saya tidak akan mempermainkan situasi agar pasangan terus menebak-nebak perasaan saya.
In a good and healthy relationship, there is no drama, no intrigues, no insecurities, no games, no fakeness, no lies. It’s all crystal clear. Nothing to hide.
Kita tidak perlu berpura-pura bahagia, berpura-pura menjadi orang lain yang bukan kita, berpura-pura memiliki pasangan terhebat di dunia. Kita tak perlu berpura-pura, karena memang itu yang kita rasakan.
One thing to remember, your spouse is your best partner in life. He or she is the one you choose to spend the rest of your life together. More than an ordinary friend, a soulmate. There should be nothing to hide between you two.
So why feel hesitate to express the real you?
Why must be in doubt to tell him/her what you really feel?
Why must pretend to be someone else you’re not when you are with him/her?
“I respect a person who is vocal. Tell me why you’re into me. Tell me why I pissed you off, and tell me how I can fix it. Tell me everything. Talk.” ~Unknown
Best friends talk about everything. When you’re feeling blue, he/she is there to brighten up your day. When you are feeling like you’re on top of the world, he/she is there to share the joy and laughters together.
And that’s what soulmates do. Never leave your side no matter the weather.
Pernikahan bahagia bukanlah pernikahan bebas konflik. Konflik dalam pernikahan adalah hal yang niscaya, pasti terjadi. Karena yang kita nikahi bukanlah malaikat yang tanpa cela, kita sendiripun bukan bidadari yang suci dari dosa.
Justru dari konflik kita banyak belajar, apa yang tidak disukai pasangan, dan sebaliknya. Kita jadi lebih terpacu untuk berbenah diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dari konflik kita juga belajar memanage emosi dengan baik, mengenal pasangan lebih jauh, juga belajar bagaimana menyelesaikan konflik agar tuntas dan tidak berlanjut di kemudian hari.
Riak-riak itu dalam pernikahan itu pasti ada, tak terhindarkan. Tapi komitmen menjaganya agar keutuhan ini tetap ada, tetap yang utama. Selama hampir sepuluh tahun, kami belajar tentang banyak hal.
Mengenyampingkan ego, berkorban, menghargai perasaan, berbesar hati menerima pendapat yang berlainan, berdiskusi, menerima hal-hal yang tidak bisa diubah, berbagi, melindungi, memaknai cinta, memahami dan memaafkan.
Sepenuhnya menyadari bahwa yang saya nikahi hanyalah seorang manusia biasa yang tidak sempurna. Seperti halnya diri saya yang juga bukan pribadi tanpa cela. Dan dengan segala ketidaksempurnaan yang ada, kita ada untuk saling melengkapi, saling menutupi.
Bukankah engkau adalah pakaianku, seperti juga aku adalah pakaianmu? Karena kini tidak ada lagi “kamu” atau “aku”, tapi “kita”…
I am someone else when I’m with you.. someone more like myself ❤
~ Jakarta, June 2017.. inspired by some chit chat with a friend this afternoon.
© AISYAFRA.WORDPRESS.COM
[ image source: Pinterest ]