Fitnah sosial media dewasa ini sangat nyata dahsyatnya, subhanallah. Syubhat-syubhat mulai menggerogoti aqidah yang lurus, sedikit demi sedikit. Tanpa sadar, sudah termakan banyak syubhat dan turut menyebarkannya, karena jerat tipu daya yang begitu halusss.
Yang tadinya teguh di atas aqidah dan manhaj salafushshalih, mulai goyah. Yang tadinya tegas dan kokoh di atas kebenaran mulai mengendur. Batas antara aqidah yang shahih dan manhaj yang lurus mulai samar, blur dan tidak jelas.
Yang tadinya semangat dalam amar ma’ruf nahi munkar, kini mulai meninggalkan nasehat. Baik memberi maupun diberi. Jawabnya,
“Urus saja urusan kita sendiri. Jangan merasa diri ini paling benar. Memang kita sudah pasti dapat kapling di surga?”
Pentingnya memilih teman akrab yang baik aqidah dan akhlaknya, agar tidak mudah terbawa arus kekinian. Kaidah “boleh berteman dekat dengan siapa saja asal bisa jaga diri” itu salah kaprah. Bathil.
Bukankah kita diperintahkan untuk cermat dan berhati-hati dalam memilih teman dekat?
“Ketahuilah, Sungguh tidaklah pantas seseorang menjadikan semua orang sebagai temannya. Akan tetapi sepantasnya dia memilih orang yang bisa dijadikan sebagai teman, baik dari segi sifatnya, perangainya, ataupun apa saja yang bisa menimbulkan keinginan untuk berteman dengannya. Sifat ataupun perangai tersebut hendaknya sesuai dengan manfaat yang dicari dari hubungan pertemanan.
Secara umum, kesimpulan orang yang bisa dijadikan sebagai teman hendaknya dia mempunyai lima kriteria berikut: Berakal (cerdas), berakhlak baik, tidak fasiq, bukan ahli bid’ah dan tidak rakus terhadap dunia.”
(Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37 via Muslimah.Or.Id)
Hati ini lemah, sedang gelombang fitnah begitu dahsyat menghanyutkan. Siapalah diri ini, bisa menjamin pasti mampu membawa mereka kepada jalan kebenaran. Siapalah diri ini, begitu yakin bahwa bukan kita yang nanti akan terbawa?
Hati-hati, tidak semua yang terlihat benar itu benar. Tidak semua yang terlihat nyunnah itu nyunnah. Telitilah dalam mencari sumber ilmu. Banyak yang serupa, tapi nyatanya tak sama.
Cukupkanlah mengambil agama dari jalannya Rasulullah, para sahabat beliau dan para pengikutnya. Merekalah sebaik-baik teladan.
Jangan ikuti satu sosok manusianya, karena pasti engkau akan kecewa. Tapi ikutilah kebenaran. Maka engkau akan mengenali kebenaran, dan mereka yang berada di atasnya.
~ Jakarta, end of Ramadhan 2017.. sedikit pengingat untuk diri sendiri agar teguh menggenggam prinsip, meski berat dan tak mudah.
© AISYAFRA.WORDPRESS.COM
[ image source: Pinterest ]