Menahan diri untuk tidak eksis di sosial media saat ini sungguh terasa beratnya. Bagaimana tidak? Tiap membuka sosial media, fitnah ada di mana-mana. Setelah disibukkan oleh fenomena kekinian A, muncul fenomena B, C dan seterusnya. Tak habis-habis.
Di dunia maya…
Berserakan pemikiran-pemikiran bathil yang sesat dan menyesatkan. Berserakan fitnah-fitnah yang halus dan menggelincirkan. Berserakan foto-foto muslimah dengan pose selfienya. Dan kita diberikan kebebasan penuh untuk mengaksesnya, tanpa perlu follow atau berteman.
Ada yang baru berhijrah lantas menjadi ustadz dan ustadzah dadakan, diundang ke talkshow-talkshow untuk menceritakan pengalamannya berhijrah. Bahkan sudah berani mengadakan kajian sendiri. Padahal ngaji belum lama, kitab-kitab belum khatam, bahasa arab belum dikuasai, belum pernah bermulazamah dalam waktu yang lama dengan ulama.
Ada yang buah pikirannya mencengangkan, dilabeli sebagai pribadi yang brilliant, smart,talented, antimainstream. Tapi setelah ditelisik lebih dalam, pemikirannya itu tak lain hanya pepesan kosong. Dibingkai dengan kata-kata cerdas dan (seolah) bijak, tapi isinya melompong, tidak sesuai fakta, ngawur. Tidak hanya kopong, tapi juga sesat. Dan menyesatkan.
Pose selfie muslimah zaman ini, ajaib pula macamnya. Ada yang senam ala SKJ, lari-lari plus gegoleran di emol, divideoin, diupload. Ada yang ikutan challenge aneh-aneh, jejingkrakan geje, divideoin, diupload. Ada yang pecicilan muter-muter bak komidi puter, divideoin, diupload.
Ada yang tadinya nggak pernah upload foto diri blasss. Timelinenya penuh foto tausiyah dan panorama alam. Lama-lama mulai berani foto tapi diblur atau tampak belakang. Berlanjut ke foto dari leher ke bawah, lalu separuh wajah (dalam keadaan tertutup niqab). Lama-lama full body from head to toe.
Sungguh fitnah sosial media ini amatlah dahsyat. Mereka yang tadinya berpemahaman lurus, nggak neko-neko, nggak centil dan nggak suka eksis, bisa berubah 180 derajat. Jadi jangan sekali-kali merasa aman tidak akan terbawa. Karena hati ini lemah, sedang fitnah begitu cepat menyambar.
Ketika hijrah, hijab dan niqab dimaknai sebagai trend semata, bukan sebagai syari’at Allah yang mulia.. Kaum muslimin bagaikan buih di lautan. Kosong tak ada isi, tapi banyak gaya, dan banyak pengikut. Sad reality, but true.
Sungguh benar perkataan seorang ustadz.. Sosial media, internet, perkembangan zaman itu bagai pisau bermata dua. Jika tidak hati-hati menggunakannya, maka kita akan binasa.
Jika masih sulit memfilter pengaruh yang masuk, masih sering labil, masih gampang terbawa arus, sebaiknya tutup segala celah untuk eksis di sosial media. Gunakan seperlunya, saring kembali pertemanan, be wise using your time.
Jika sosial media justru membawa impact buruk bagi diri kita dan orang-orang di sekeliling kita, maka sudah saatnya evaluasi diri.. Membatasi waktu bersosial media, bahkan menutup sementara akun-akun sosial media dan lebih fokus ke kehidupan nyata.
Kitalah yang mampu jujur dalam menakar diri, sudahkah menggunakan sosial media sesuai dengan niat awal kita menceburkan diri ke dalamnya?
Atau justru niat itu berbelok seiring berjalannya waktu, tergerus kepentingan dan nafsu duniawi yang menipu dan melenakan?
Just sit for a while and listen to your heart. It’ll tell you no lies.
~ Jakarta, early July 2017.. in the midst of everyday’s chaos, sometimes we ought to disconnect to reconnect with ourselves.
© AISYAFRA.WORDPRESS.COM
[ image source: Pinterest ]
Dan kami para lelaki jadi agak kesulitan gadhul basharnya bunda~
LikeLike
Ahsanta. Semoga Allah menjaga kita dari fitnah dunia maya.
LikeLike
Indah dan sekaligus betul mba.. Social media bisa menjadi sumber fitnah yg sangat dahsyat… Syukron ya mba buat tulisannya yg insyaallah bermanfaat, khususnya untuk diri saya sendiri 😊😊
LikeLike
Afwan ukhti, ahamdulillah jika bermanfaat ya 🙂
LikeLike