“Writing is something you do alone. It’s a profession for introverts who wanna tell you a story but don’t wanna make eye contact while telling it.” – John Green
Sebagian orang mengira bahwa apa yang dituturkan oleh seorang penulis adalah murni pengalaman pribadinya. Ketika seorang penulis bicara tentang suasana hati yang penuh bunga-bunga, kepedihan karena penghianatan, atau curahan rasa seorang korban kekerasan dalam hubungan antara dua manusia, sebagian orang mengira bahwa ia sendiri yang mengalami kejadian yang ia tuliskan tsb.
In fact, at least for me, hanya sebagian kecil dari porsi tulisan yang mewakili pengalaman pribadi sang penulis. Selebihnya, adalah pengalaman dan isi hati orang lain yang menginspirasi penulis untuk mengangkat pena dan bercerita. So it’s not always about me, my life, my problems, or even my romance.
Sering ada teman yang request tulisan, bahkan dengan nada agak memaksa:
“Mbak, bisa minta tolong nulis tentang ini nggak?”
“Mbak, bisa selesai dalam waktu sekian hari, nggak?”
Honestly, kalo dikasih tenggat waktu atau batasan topik tertentu malah buntu saya. Kering ide, hehe.. Rasanya kayak semacam punya utang. Mau ngapa-ngapain nggak enjoy, karena ngerasa masih ada tanggungan. Berasa beban banget deh..
Hasilnya juga nggak maksimal (menurut saya). Kata-kata yang keluar nggak bisa flowing gitu aja. The more pressure, the more I got stuck in the moment.
Seperti kurang leluasa jadi diri sendiri ketika menulis dikejar tenggat. Yup, memang nggak bisa kerja jadi jurnalis orang kayak saya gini. Yang nulisnya angot-angotan semau gue aja. Lol.
Semua yang saya tulis di jurnal harian, blog pribadi maupun catatan ringan di sosmed serba mengalir spontan, tanpa rencana. Inspirasi itu kadang hadir di saat yang tidak terduga, di tempat di mana saya sulit untuk segera menuliskannya. It comes at the most unlikely place and time.
Misalnya pas lagi nyuci piring. Lebih dari 50% inspirasi datang ketika sedang mencuci piring. Entah kenapa, tiba-tiba terlintas hal-hal yang tadinya tak pernah terpikir sebelumnya. So I guess when my mind is going blank and don’t know what to write, I should just doing the dishes more. Hahahaha.
Sebetulnya, sangat mudah kok untuk membuat saya menulis tentang tema tertentu, cukup dengan bercerita banyak dan detail tentang suatu hal. Istilah lainnya: curhat.
Every once in a while, when people come to me with their stories.. I just randomly say, “Thank you for that idea!”
Hampir 80% tulisan-tulisan saya di sosmed dan blog adalah curhatan orang lain atau hasil pengamatan pribadi dari kejadian yang saya saksikan sehari-hari. Sisanya adalah apa yang saya alami sendiri, from my own perspective.
Tidak semua curhatan orang bisa dan ingin saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Jika moodnya tepat dan udah dapet “trigger”nya, baru deh bisa mengalir lancar tanpa diminta, apalagi dipaksa. Writing is about letting the emotions flow naturally.
Ketika ide itu datang, menulislah. Bebaskan kata-kata itu mengalir. Kesampingkan dulu masalah kaidah menulis yang baik, yang penting bagaimana caranya ide itu bisa kita bagi pada orang lain dalam bentuk yang berbeda.
Bagi saya, ide yang datang tiba-tiba itu seperti arus yang sulit dibendung. There are voices within I just can’t ignore. And some ideas don’t come twice, so just write it down right away. Dapet feelingnya itu loh, yang susah untuk dijelaskan.
I never plan to write a thing. Then if I have (finally) decided to write it, there must be something big which pulls the trigger. Something which convinced me it was worth to be written.
Menulis bagi saya bukan keharusan, tapi kebutuhan. Menulis bagi saya bukan soal fee, popularity atau prestise, tapi soal passion dan chemistry yang kuat didalamnya. I only write what attracts my mind.
Jadi nggak cuma asal nulis biar eksis dan dikenal. Supaya banyak disukai orang, banyak likers, comments atau supaya banyak dishare and becomes viral. Apalagi nulis hanya bermodalkan copas sana-sini without giving credits. Big no.
Writers write from empathy. Absolutely agree with this. We don’t always need to experience something to write about it. Sometimes all we need is just being present with all of our eyes and ears and put our heart in the way other people see and feel. Less judging, more understanding.
Writing is a form of loving. Loving yourself, loving your life, loving your journey, loving the gifts Allah has sent you with, loving the people who fill a special room in your heart.
Menulis apapun, di manapun, sesederhana apapun, harus dari hati. Somesay, sesuatu yang keluar dari hati, akan sampai ke hati juga. That’s how we touch people’s heart by our words.
People inspire me to write. My writings, are just another form of salutation, admiration, or even, criticism. A tribute to certain people who pulled the trigger. People who were there behind every word, every sentence, every paragraph.
Words can heal. Words can convince. Words can build hope instead of fear. Words can elevate you rise above. Words can shape you up into a better or a worse version of you.
Saya menulis untuk membekukan waktu, mengabadikan peristiwa dan perasaan. Saya menulis untuk mengenal siapa saya, bagaimana saya bertumbuh dari waktu ke waktu.
Saya menulis karena cinta, sebagai hadiah untuk mereka yang teristimewa. Saya menulis, untuk mengenang masa-masa sulit yang telah berhasil saya lewati dengan pertolongan Allah.
This is my little piece of heaven. My precious me-time. Lepas sejenak dari rutinitas keseharian, rihlah menanggalkan semua beban dan kekhawatiran. Berpindah ke sebuah dunia kecil bernama blog pribadi dan jurnal harian. Just me, myself and I.
Here I am sitting, thinking and twisting with words, notebook and a cup of tea. And a moment like this, nothing ever compares…
~ Jakarta, September 2017… let me tell you something about writing.. It’s like you’re drowning in a place that is also your escape ❤
© AISYAFRA.WORDPRESS.COM
[ image source: Pinterest ]
Tulisan ini laksana vitamin jiwa buat dirikuuuu mbaaa 🙂
LikeLike
Alhamdulillah… Semoga bermanfaat ya. Thank youu 😊
LikeLike
[…] I have made it pretty clear.. Apa yang saya posting di blog dan sosmed, tidak selalu apa yang saya alami sendiri, atau sengaja bermaksud menyindir seseorang. Kindly read my previous post here. […]
LikeLike