Real Love Starts After Nikah

“Falling in love isn’t haram, is what you do with that love that makes it haram or halal” ~Unknown

Beberapa waktu lalu, satu notifikasi masuk ke Line saya. Ternyata, salah satu teman saya mengganti profile picturenya. Foto close up-nya bersama seorang lelaki, dengan jarak antara mereka yang begitu dekat. Tubuh mereka nyaris menempel saking dekatnya.

Dalam hati saya bertanya-tanya, kira-kira siapa ya lelaki ini.. Apakah suaminya?

Namun setahu saya ia belum menikah. Kalaupun menikah pasti saya tahu karena saya dan ia berteman di dunia maya. Dan ia bukan tipe orang yang suka menyembunyikan kehidupan pribadinya, apalagi berkaitan dengan momen bersejarah seperti pernikahan.

Penasaran, saya buka timeline sosmednya. Scroll-scroll sampai ke bawah. Ternyata banyak foto-foto serupa, dengan orang yang sama. Satu persatu saya buka, dari caption semua foto, kesan yang saya tangkap saat itu, mereka belum menikah. Sepertinya masih tahap perkenalan, ta’aruf, atau mungkin… pacaran?

Tanpa disadari, ada sedikit rasa kecewa menyelinap di hati saya. Kecewa, karena saya yakin ia tahu bagaimana seharusnya menjaga hijab dengan lawan jenis. Sedih, karena laki-laki yang ia pilih untuk mengakhiri penantiannya adalah laki-laki yang tidak bisa menjaga batasan antara lawan jenisnya.

Inilah godaan sebelum menikah. Ketika Allah pertemukan kita dengan seseorang yang sangat dinanti-nantikan, Allah condongkan hati kita padanya, Allah pertautkan rasa cinta dan kasih sayang antara kita dan dia.. Di situlah syaithan mencari celah untuk menggelincirkan manusia.

Teman saya itu, selama bertahun-tahun kenal di dunia maya, saya tak pernah tahu seperti apa wajahnya. Ia tidak pernah mengunggah foto diri di sosmednya.

Pertama kali saya melihat sosoknya adalah ketika ada kawannya yang menandainya dalam sebuah postingan. Dan kedua kalinya adalah saat ia mengganti profpic Line-nya. Lalu ketika saya membuka timeline sosmednya baru-baru ini, foto-foto selfienya dengan pose centil banyak berserakan, full dengan berbagai filter dan make up.

Teman saya itu, bukan orang baru di dunia kajian. Hijabnya terhitung panjang dan selalu bergamis longgar. Ketika saya share atau posting tentang syari’at hijab antara lawan jenis, sering ia meninggalkan jempolnya. Kadang ikut berkomentar. Namun belakangan ini, memang terhitung sangat jarang posting atau berkomentar.

Selang beberapa bulan kemudian, ia mengunggah foto pertunangannya di sosmed. Kali ini tanpa malu-malu lagi berpose berdua sambil saling bersandar dan melirik satu sama lain dengan tatapan mesra. Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’uun.. Na’udzubillaahi min dzalik. Sedih rasanya 😦

“Haram Love stories end at Marriage – while true Halal Love stories start at Marriage and end with both entering Paradise together…” ~Unknown

Sejenak jadi flashback ke masa-masa ta’aruf 10 tahun yang lalu. Dulu, boro-boro ada adegan foto dempetan, kata-kata gombal aja nggak ada. Pernah sekali saya sengaja ngerjain, mancing-mancing, pengen ngetes, tipe laki-laki seperti apa sih yang akan saya nikahi ini. Simple sih, sebaris kalimat doang. Dibilang menggoda atau mesra juga enggak.

Eh malah ujung-ujungnya ia mengingatkan secara halus bahwa belum saatnya kami membahas hal tersebut karena (saat itu) kami belum halal.

“Jawabannya dipending dulu ya sampai nanti kita udah nikah…”

Eaaaa… Mak to the jleb 😂

Meski rada baper and the bete juga karena ngerasa dijutekin hahaha but deep inside saya justru merasa sangat lega. Berarti bukan tipe laki-laki yang gampang kemakan rayuan nih. Nggak suka ngegombal dan digombalin sama yang belum halal.

Padahal biasanya yang namanya lelaki kan dikasih umpan dikit aja langsung nyari kesempatan buat ngegombal. Macem kucing garong diempanin ikan asin, tanpa pikir panjang langsung diembat. Wong nggak dikasih umpan aja sering nyuri-nyuri kesempatan.

Prinsip utama saat saya ta’aruf dulu, being kepo is a must. Saya berhak mencari tahu dan menerima informasi sebanyak-banyaknya tentang calon ayah dari anak-anak saya kelak.

Saya wajib kepo bagaimana sifatnya, karakternya, akhlaknya, caranya berinteraksi dengan wanita yang bukan mahramnya, sampai kepada cara ia memperlakukan ibu dan saudara perempuannya.

Mengapa saya sangat berhati-hati sekali dalam menentukan sang laki-laki pilihan?

Karena saya tidak mau beli kucing dalam karung. Saya tidak mau tertipu dan menjadi korban PHP laki-laki. Saya tidak mau punya suami genit, which is my worst nightmare since I was a teen.

Saya tidak mau gambling dalam memilih imam bagi saya dan anak-anak saya kelak. Saya tidak mau mempertaruhkan agama, masa depan dan impian-impian saya untuk sesuatu yang sebetulnya bisa saya cari tahu, tapi saya tidak mau.

Saya berusaha untuk cermat dalam menakar dan menimbang..

“Is he the one I’ve been looking for my whole life?”

Saya tidak mau memiliki suami yang kerjaannya tiap hari cuma bikin saya insecure, waswas, dan makan ati karena sifat genitnya ke semua wanita. Saya tidak ingin merasa tidak nyaman dengan caranya berinteraksi terhadap para wanita, bahkan terhadap teman-teman perempuan saya sendiri.

Jika sebelum halal sama kita aja nggak risih jalan berduaan, nge-date, makan bareng, foto dempet-dempetan, mesra-mesraan di chat.. Siapa yang bisa menjamin dia nggak akan berbuat demikian dengan wanita selain kita setelah menikah kelak? Yakin banget nih kita cuma satu-satunya? Yakin banget nih dia nggak akan melakukan hal itu ke wanita lain?

Well, think again.

“Haram love is just like salty water, no matter how much you drink from it, it will never quench your thirst. On the contrary, it will increase it. But Halal love will not only quench you, but it will also refresh you. Halal love is just like fresh water, it is full of affection, peace and mercy.” (via islamicrays on Tumblr)

Saya tahu, godaan itu sangat besar. Saya pun pernah merasakannya, dulu, 10 tahun yang lalu. Sungguh akan datang saatnya Allah halalkan apa yang tadinya terlarang. Keteguhan dalam menjaga hati dan kesabaran dalam mengekang hawa nafsu itu terasa berat pada awalnya, namun akan berbuah manis kelak.

Percayalah.. pacaran setelah menikah jauh lebih mengasyikkan dan.. lebih bebas tentunya. Karena yang halal itu jauh lebih menentramkan dan lebih berkah. Udah nikmat berpahala pulak. Masya Allah.

Masa-masa ta’aruf adalah masa-masa yang rentan fitnah dan godaan. Tak sedikit yang tergelincir dalam jerat syaithan yang menipu ini. Ingatlah wahai ikhwan-akhawat fillah, calon istrimu bukanlah istrimu. Dan calon suamimu bukanlah suamimu. Ia tetap ajnabi bagimu, hingga ijab kabul terucap.

Kebanyakan orang menganggap bahwa setelah proses khitbah, otomatis bebas dan halal mau ngapain aja. Mau jalan bareng, foto berduaan, chit chat tanpa udzur syar’i, web cam-an tak kenal waktu seketika menjadi halal karena sudah dilamar. Padahal yang menghalalkan ikatan antara kedua manusia itu akad nikah, bukan khitbah.

Untuk para jomblowan dan jomblowati out there yang tengah menanti kehadiran belahan jiwanya, bersabarlah… Jangan tempuh cara-cara yang Allah murkai demi mendapatkan kenikmatan duniawi yang sementara. Do not EVER lower your standarts or sacrifice your beliefs. He or she is never worth it.

Jaga hatimu hingga saat itu tiba. Karena sesungguhnya wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang baik, begitu pula sebaliknya. Dan wanita yang menjaga kesuciannya, hanya untuk laki-laki yang juga menjaga kesuciannya.

Jika calon suami atau calon istrimu memintamu untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan kemurkaan Allah, lalu engkau menolaknya, kemudian ia marah bahkan mengancam akan meninggalkanmu..

Ketahuilah…

Allah tengah membuka matamu bahwa ia bukan orang yang tepat untukmu. Allah tengah memberimu tanda untuk melepaskannya, karena ternyata ia tak baik untuk duniamu, juga akhiratmu.

There’s a huge difference between love and lust. Bedakan cinta karena Allah yang telah halal dan cinta berbalut hawa nafsu yang dimurkai Allah. Cinta karena Allah dalam ikatan yang halal akan berbuah kenikmatan dan keberkahan yang lebih long lasting. Namun cinta berbalut nafsu yang dihiasi oleh maksiat hanya akan menyajikan kenikmatan semu dan menyisakan penderitaan di akhir perjalanan kelak.

“In Islam it is either single or married, there is no such things as “in between”. If you truly loves the person, marry them and not just play games with them.” ~Unknown

Maka sebelum ia benar-benar membuktikan ancamannya untuk meninggalkanmu, tinggalkanlah ia lebih dulu. Have some pride and dignity to be the one who end the relationship. You truly deserve someone better.

Percayalah…

Ketika engkau meninggalkan sesuatu yang sangat engkau sukai karena takut akan siksa dan kemurkaan Allah, maka Allah akan mengganti apa yang pergi darimu dengan sesuatu yang jauh lebih baik.

All you have to do is believe in His plans, and put your trust in His perfect timing. And one day when the right one has arrived, your heart knows that he or she is the one you’ve been looking for your whole life.

Insha Allah ❤

~ Jakarta, end of September 2017.. and when you finally found someone you’ve been looking for, just keep it halal and get married asap 😉

© AISYAFRA.WORDPRESS.COM

 [ image source: Pinterest ]

10 thoughts on “Real Love Starts After Nikah

  1. Wow..I love your writting! Red Love Starts Afer Nikah, I think this is full of English.
    This is the first time I read a writing with English and Bahasa. So everyone will be understand it.

    Excelent!!

    Like

  2. Mbak Meut, namun terkadang dalam kehidupan banyak sekali kita temui pasangan yang memulai segala sesuatu dari yang diharamkan Allah, pacaran misalnya, namun rumah tangganya baik-baik saja bahkan sangat harmonis, kenapa yah Mbak? Cuma penasaran aja sih saya, Mbak.

    Like

    • Wallahu a’lam ya mbak. Boleh jadi itu istidraj dari Allah. Tapi bisa juga mereka sudah bertaubat dari kesalahannya di masa lampau, demgan taubat yang sebenar-benarnya, dan Allah telah mengampuni dosa keduanya.

      Like

  3. Reblogged this on Lesson Hunter and commented:
    Jari yang membuka artikel ini pasti bukan sekedar kebetulan. Kamu yang melihat postingan ini dibagikan pun pasti bukan sekedar kebetulan. Pasti banyak hikmahnya. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita semua.

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.