Reading is Dreaming With Open Eyes…

“The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more places you’ll go.” ― Dr. Seuss, I Can Read With My Eyes Shut!

Pagi ini saya membaca sebuah postingan yang lewat di news feed dan menemukan satu komen menarik yang kurang lebih isinya seperti ini:

“Banyak yang komen (tulisannya) panjang. Fix minat baca orang kita masih minim.”

Jleb. Sad, but true. Harus diakui bahwa minat baca bangsa kita masih minim, terlebih sejak menjamurnya gadget belakangan ini. Kalo baca artikel atau tulisan di internet yang sedikit panjang aja udah bosen, kepanjangan, males. Nah gimana baca buku yang tebalnya bersenti-senti?

Padahal baca via gadget nowadays udah dimudahkan banget loh. Gak usah bawa buku tebel-tebel, atau beli buku mahal-mahal. Artikel bertebaran di mesin pencari, tinggal ketik keyword langsung muncul apa yang dicari.

Bandingkan dengan jaman saya sekolah dulu. Mau cari berita, bikin kliping atau bahan tugas aja mesti ngubek-ngubek perpustakaan. Buka literatur satu persatu, memilih mana yang bisa dipinjam untuk kemudian difotokopi dan ditempel di kertas folio. Ketauan kan saya angkatan tahun berapa 😛

Nak-kanak jaman now, ada tugas tinggal search aja di mbah Gugel, save, print, kelar deh. Nggak butuh waktu lama untuk menemukan apa yang dicari. Semua lengkap tersaji di internet. Asal ada koneksi internet, everything is just one click away.

Betul juga adanya anggapan bahwa generasi jaman now (termasuk saya) adalah generasi dengan minat baca yang rendah. Generasi manja yang maunya serba instan, serba mudah, serba nggak mau repot. Cita-cita pengen pinter, sukses, berhasil, tapi pengennya disuapin terus.

Banyak orang tua yang lebih rela merogoh kocek lebih dalam untuk membelikan buah hatinya gadget terkini, namun terasa sangat berat ketika membelikan mereka buku-buku yang mendidik dan bermanfaat.

Jaman dulu, sering saya dapati anak sekolah, ibu-ibu muda, bapak-bapak tua, sedang asyik menekuri bukunya di stasiun, terminal, kereta, bis bahkan angkot. Bahkan saya (dulu) termasuk yang mewajibkan diri untuk membawa buku kemanapun saya pergi.

Kini, pemandangan seperti itu sangat jarang terjadi. Buku di tangan berubah menjadi gadget. Hampir tiap orang sibuk dengan gadget dan earphone-nya. Kepala tertunduk memelototi layar yang kadang berkedap-kedip.

Sayapun termasuk di antaranya. Lebih sibuk dengan gadget ketimbang buku. Padahal, dulu buku adalah salah satu sahabat terbaik saya. Kemanapun saya pergi, ia tak pernah ketinggalan menemani. Sampai negara api gelombang teknologi menyerang.

Jujur saja, setelah menikah dan mempunyai anak, saya lebih banyak membaca e-book via gadget dibandingkan buku fisiknya langsung. Praktis, portable, gratis, banyak pilihan pula. Kalo baca buku berasa banget ribetnya ketimbang via gadget.

Kalau ditanya, jujur saya merasa amat rindu. Hijrah ke gadget dan jarang menyentuh si buku menyisakan rasa bersalah di hati ini. Seperti sengaja melupakan teman lama setelah bertemu teman baru. Hiks.

Teknologi memang memberi banyak kemudahan. Banyak buku-buku bagus yang cukup diunduh lewat gadget, tanpa harus mengeluarkan uang. Free alias gratis. Tapi.. ada hal-hal yang tidak tergantikan oleh teknologi. Banyak hal, mungkin.

Wangi khas kertas sebuah buku ketika lembar demi lembarnya dibuka, lebih eye-friendly karena bebas radiasi layar, juga bebas lowbatt. Aha! Yang terakhir ini yang paling penting. Nggak perlu ribet nyari colokan.

Kembali ke masalah minat baca dan tulisan yang panjang.. Jika tulisan di hape, tab atau laptop yang panjangnya nggak sampai berjilid-jilid aja udah males baca.. Gimana mau baca artikel ilmiah yang panjangnya sampai ribuan kata?

Pentingnya kita menanamkan minat baca sejak dini kepada anak-anak, agar kelak setelah dewasa mereka tidak menjadi generasi manja yang malas membaca. Baca aja males, gimana mau bisa nulis?

Contoh nyata aja deh, sering kan lihat penjual online mencantumkan kalimat “SILAKAN BACA CAPTION SAMPAI SELESAI” di awal postingan tentang suatu produk, lengkap dengan huruf kapital. Kenapa?

Karena seringkali informasi produk sudah tertulis dengan jelas dan lengkap, namun masih ada saja calon pembeli yang bertanya hal-hal yang seharusnya tidak perlu ditanyakan karena sudah tercantum nyata dalam caption.

Padahal captionnya singkat padat dan jelas lho. Bukan yang sepanjang jalan kenangan sampai bikin ngantuk bacanya 😁

Atau ketika disuruh baca ketentuan order, ada aja calon pembeli yang terus terang bilang, “Malas baca ah, ogah.. Mau beli aja ribet banget pake ketentuan segala…”.  Eaaaaa.. Tepok jidad 😂

Like it or not, inilah potret manusia jaman sekarang. Seseorang yang telah terbiasa membaca dan menulis, tentu tak akan merasa keberatan ketika harus membaca uraian panjang mengenai sesuatu yang dianggapnya menarik dan bermanfaat.

Contohnya tulisan Bu Elly Risman mengenai parenting di laman Facebooknya, rata-rata panjang sampai berparagraf-paragraf, kan? Tapi bagi saya tidaklah membosankan, karena selain menarik dan sarat ilmu, juga banyak poin yang harus diuraikan panjang lebar. Akan menggantung dan tidak tuntas jika hanya ditulis dalam beberapa paragraf saja.

“I love books. I love that moment when you open one and sink into it, you can escape from the world, into a story that’s way more interesting than yours will ever be.” (Elizabet Scott)

I wanna share my own story about this heavenly activity called reading.. Membaca adalah hobi dan kegemaran keluarga saya sejak dulu. Ibu dan bapak sama-sama hobi membaca dan punya perpustakaan mini di rumah. Sebuah rak kaca penuh dengan buku dan majalah. Segala jenis buku tertata rapi di dalamnya.

Sejak kecil, saya terkondisikan untuk membaca apa saja. Majalah, koran, komik, buku cerita, buku pelajaran sampai RPAL dan RPUL (dua kitab andalan para pelajar, hahahah)… Bahkan bungkus gorengan dan koran untuk alas menyiangi sayuran tak luput dari perhatian saya.

Memang betul bahwa budaya membaca harus ditanamkan sejak kecil. Banyak baca banyak tahu. Buku adalah jendela, dimana kita membukanya untuk menghirup udara segar setiap pagi. Dari sebuah buku, banyak hal-hal baru yang bisa dipelajari.

Banyak yang bertanya-tanya, apa sih kiat agar tidak bosan dalam membaca? Apalagi membaca buku yang super tebal..

Menurut saya, pertama-tama kita harus sepenuhnya tertarik dengan topik buku dan penulisnya. Bila sudah tertarik, setebal apapun sebuah buku, sepanjang apapun penjabarannya.. akan terasa sangat mengasyikkan.

Yang kedua, adalah tekad dan konsistensi. Rutinlah membaca buku, minimal 1 jam sehari. Jadwalkan ada berapa target buku yang mesti dibaca dalam setahun.

Dulu sebelum menikah, jadwal membaca adalah 3 halaman sebelum tidur siang. Harus, tidak boleh tidak. Walau cuma 3 halaman, tapi bila diresapi dan dilakukan rutin maka coba hitung.. buku setebal 300 halaman akan selesai dalam waktu kurang lebih 3 bulan saja. Itu jika bukunya ilmiah, kalau fiksi, wah bisa tiga hari selesai 🙂

Ketika banyak orang yang mengangankan gadget, makanan atau liburan mewah sebagai reward atas keberhasilan mereka, tak begitu dengan saya. Mau tahu apa yang paling saya inginkan sebagai hadiah setiap terima rapor dulu? Pergi ke toko buku dan memilih buku yang saya sukai.

Ya, sebuah buku baru. Dan saya akan anteng di rumah selama berminggu-minggu. Bagi saya, lebih baik merelakan diri untuk tidak membeli mainan atau makanan kesukaan, demi memenuhi keinginan untuk memiliki sebuah buku.

Kegiatan menyenangkan bersama buku itu seperti berdiam diri, mempelajari tingkah laku manusia tanpa perlu berpindah tempat, tanpa perlu tenggelam dalam interaksi, hanya mengamati. Menakjubkan, bukan?

Kebiasaan membaca, adalah kebiasaan paling berharga. Budayakan membaca, ajarkan pada anak cucu kita bahwa membaca adalah sarana untuk lebih mengenal dirinya, mengenal RabbNya, mengenal dunianya. Bukankah ayat Qur’an pertama yang turun adalah perintah untuk membaca?

Banyak baca, banyak tahu, banyak wawasan, banyak ilmu. Memperluas cakrawala pemikiran dan sudut pandang. Ya, saya cinta buku, karena saya cinta ilmu. Membacalah agar engkau mengenal dunia…

Nikmati waktumu bersama buku. Let yourself drowned in thoughts, lost in the pages of a book. Mari mulai mencintai buku dan selamat membaca! 🙂

~ Jakarta, Oktober 2017.. berteman secangkir coklat panas, notebook dan hujan…

© aisyafra.wordpress.com

[ image source: Pinterest ]

Advertisement

2 thoughts on “Reading is Dreaming With Open Eyes…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.