Ketika Niqab Jadi Ajang Eksis dan Pamer Perhiasan

Saat membuka feeds sosial media beberapa waktu lalu, saya menemukan postingan yang dishare oleh seorang teman, tentang model-model cadar yang dihiasi oleh berbagai jenis aksesoris.

Ada yang ditempel monte-monte berwarna mengkilap, diberi hiasan bordir di bagian mata dan depan, diberi aksen ruffle menjuntai ke belakang sehingga sekilas seperti kepangan rambut.

And there I was, speechless. Beneran nggak bisa berkata apa-apa saking bengongnya. Sejujurnya, merasa sangat miris dengan fenomena seperti ini.

Makin lama makna cadar (bagi sebagian orang) bukan lagi sebagai penutup wajah, namun sebagai simbol fashion. Berlomba-lomba bercadar agar kekinian dan stylish. Bercadar tanpa mengetahui atau berniat untuk tahu esensi dan tujuan dari cadar itu sendiri.

Dear para produsen busana muslimah terutama produsen niqab, berhati-hatilah dalam mendesain produk. Jangan bermudah-mudahan dalam syari’at. Jangan memfasilitasi orang lain untuk berbuat dosa.

Niqab yang harusnya menyembunyikan perhiasan wanita yaitu kecantikannya, justru menjadi perhiasan itu sendiri. Sengaja dihias di sana sini, hingga tujuan selembar kain bernama niqab itu sendiri tidak terpenuhi.

Niqab model butterfly dengan list warna warni, model bandana dengan bandul warna emas, lace dan bordir warna menyala, aksen ruffle menjuntai ke belakang yang sekilas menyerupai kepangan rambut, aksesoris topi yang gak jelas tujuannya buat apa, model split di bagian lengan hingga jelas menampakkan lekuk tangan, dsb.

Dan gagal paham itu adalah ketika sesuatu yang cantik itu ditutupi, namun penutupnya dihias-hiasi sehingga ia malah tampak jauh lebih cantik dari sebelumnya.

Sedang satu di antara syarat busana muslimah adalah: Busana tersebut bukan merupakan PERHIASAN.

Sila tengok pembahasannya secara menyeluruh dalam kitab Jilbab Wanita Muslimah karya Syaikh al Albani Rahimahullah.

Sebelum memproduksi pakaian muslimah, ada baiknya kita mempelajari kembali syarat-syarat pakaian muslimah menurut syari’at. Jangan main tempel label syar’i, padahal hakikatnya jauh menyelisihi syari’at itu sendiri.

Janganlah harta dunia yang tidak seberapa membuat Anda menghalalkan segala cara. Demi untung besar, agar produk disukai pasar, kalian membuat niqab dan hijab yang justru mempercantik para pemakainya. Meski itu harus menabrak rambu-rambu syari’at.

Untuk para muslimah, sebelum membeli busana muslimah, perhatikan dan teliti kembali pakaian yang akan Anda beli. Jika memang justru menonjolkan kecantikan Anda, lebih baik tinggalkan. Ganti dengan yang lebih sederhana dan tidak mengundang perhatian.

Karena tujuan Anda berbusana muslimah adalah menutupi keindahan, dan bukan sebaliknya. Lain halnya jika niat Anda berbusana muslimah adalah untuk ajang pamer, menarik perhatian lawan jenis, hingga ikut trend kekinian. Tentu semakin cantik tampilannya akan semakin diburu.

Bercadar itu identik dengan keanggunan. Ketika sudah memutuskan untuk bercadar, maka mulailah memperbaiki diri sedikit demi sedikit. Yang tadinya sradak sruduk, jadi lebih lemah lembut. Yang tadinya pecicilan dan suka cari perhatian, jadi lebih kalem. Yang tadinya centil menggoda, jadi lebih pemalu dan rapat menyembunyikan diri.

Bukan niqabnya yang menyesuaikan dengan karakter kita, tapi kita yang beradaptasi dengan syari’at tsb. Jadi cadar itu bukan hanya sekadar casing, sementara dalamnya masih sama aja seperti sebelum berhijrah. Tak ada beda.

Coba deh bayangin, ada akhwat berniqab tapi centil, pecicilan, narsis, suka pake aksesoris aneh-aneh, dan sengaja cari perhatian. Apa yang kira-kira kita rasakan? Kalo saya sih, jujur aja bakal ilfil. Nggak sinkron aja gitu sama niqabnya.

Jadi ketika muncul bisikan syaithan….

“Ah, kamu tetap bisa jadi dirimu sendiri kok walau berniqab. Tetep bisa tampil cantik, centil, narsis, pecicilan. Jangan biarkan niqab membelenggu langkahmu untuk mengekspresikan diri…”

Seorang muslimah yang cerdas paham bagaimana meredam dan mengalahkan semua bisikan itu. Ia akan tetap dengan prinsipnya. Tidak akan mudah terbawa arus dan mengikuti hawa nafsu.

Jadi nggak bakal ada ceritanya akhwat bercadar pake bling-bling di sekujur hijab, pecicilan di emol, ajojing kayak orang sakaw trus dividioin lalu dishare ke sosmed, nge-live sambil ngasih tausiyah dengan suara dicentil-centilin, atau pakai aksesoris yang sama sekali nggak nyambung dengan niqabnya, topi dan bros, misalnya.

Sungguh godaan itu begitu besar, ukhti. Terlebih di zaman sosmed seperti sekarang ini. Godaan untuk eksis, godan untuk dikagumi, godaan untuk populer, godaan untuk jadi trendsetter dan diikuti banyak orang.

Trend, baik sifatnya positif maupun negatif, menyebar dengan sangat cepat. Jika ilmu dan iman kita kurang kokoh, serta Allah tidak memberi petunjuk dan penjagaanNya kepada kita, maka sungguh kita akan terpedaya. Allaahul musta’an.

Untuk para suami, perhatikanlah busana istri Anda. Beri masukan ketika menemani istri berbelanja, atau ketika istri meminta izin untuk membeli busana muslimah. Jika Anda laki-laki sejati yang memiliki rasa cemburu, tentu Anda tidak akan membolehkan istri Anda mempercantik tampilannya saat keluar rumah.

Karena sejatinya, kecantikan istri Anda hanyalah milik Anda, bukan milik bersama. Lain halnya jika Anda adalah laki-laki dayyuts, yang dengan sukarela membiarkan istri Anda menjadi obyek perhatian laki-laki lain. Bahkan turut merasa bangga dengan memamerkannya ke semua orang.

Sederhanakanlah pakaian kita… Jangan sampai yang memandang kita terfitnah karena sesuatu yang kita kenakan, yang fungsinya selain menutupi, tapi juga malah mempercantik penampilan kita.

Karena kecantikan sejati itu adalah tunduk patuh berserah diri, sami’na wa atha’na pada perintah Allah dan RasulNya, meski perintah itu menyelisihi hawa nafsu dan kecenderungan hatinya.

Dress to impress Allah. People are never satisfied but Allah is always willing to bless you.

I dress to impress no man, I dress to impress the Ar Rahman.

 

~ Jakarta, October 2017.. terinspirasi dari timeline endorsement seorang selebgram di kolom explore. A note to myself.

© AISYAFRA.WORDPRESS.COM

[ image source: Pinterest ]

 

Advertisement

8 thoughts on “Ketika Niqab Jadi Ajang Eksis dan Pamer Perhiasan

  1. Tulisannya bagus. Saya rasa akan semakin menarik kalau referensi tentang busana muslimah ditambah dari kitab-kitab ulama lain, selain syaikh al-albani. Misalnya syaikh wahbah az-zuhaili. Juga ulama-ulama salaf, seperti kitab-kitab madzahib arba’ah. Salam.

    Liked by 1 person

  2. Ya ini yg beberapa hari ini jdi uneg2 dikepala saya, ketika wanita berniqab semakin bertebaran didunia maya, niqab jdi trend, niqab yg bukan sekedar niqab. Terlalu miris sebenarnya tiap kali liet akhwat berniqab dimedsos.

    Like

  3. Saya lihat sendiri seorang mommy berniqab mendandani anak gadisnya yg balita dg pakaian princess Disney yg berbelahan dada rendah di sebuah lomba peragaan busana di mall…. speechless… pathetic,niqab Jadi ngetrend…tapi Jadi seperti kehilangan marwahnya akibat perilaku niqaber yg ga tau hakikat niqab sebenarnya

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.