Beberapa saat lalu lewat sebuah postingan menarik di beranda Facebook tentang alasan mengapa ibu rumah tangga memilih berjualan online sebagai usaha sampingannya.
Jadi sedikit menilik kembali apa sih motivasi dan alasan mengapa saya memilih untuk berbisnis dari rumah. Apa memang untuk menyalurkan hobi, karena terbentur kebutuhan, atau karena gaji suami nggak cukup? Hehehe.
Saya coba jawab pertanyaannya yaa..
- Saya senang berdagang. Dari kecil, sejak SD tepatnya, saya sudah terbiasa berdagang. Dagang es mambo pakai termos, dibawa ke sekolah. Ke sekolah saya biasa jalan kaki, lumayan jauh. Berhenti waktu kelas 6 karena lulus dan dapat SMP yang jaraknya lebih jauh, harus naik angkot.
- Saya senang dapat mengaktualisasikan diri dalam kegiatan yang sesuai dengan passion saya. Menjahit dan berdagang. Memotret dan mengedit foto. Merangkai kata dalam caption. Melakukan apa yang saya sukai bagi saya adalah sarana untuk mengasah skill dan menggali potensi. I choose to do what I love, and to love what I do.
- Saya senang memiliki kesibukan yang bermanfaat. Hal ini saya lakukan sejak kecil, sampai remaja. Lepas SMU, saya ikut kursus jahit. Setelah lulus, langsung terima jahitan di rumah, sampai saya menikah. Jadi berhentinya ya karena menikah, punya kesibukan mengurus anak, suami, dll.
- Saya selalu bercita-cita untuk menjadi pribadi yang mandiri. Punya keahlian yang dapat diandalkan. Dapat membeli sesuatu yang diinginkan dari hasil sendiri. Meski cuma barang yang harganya tak seberapa, bahkan jauh dari apa yang bisa dibelikan oleh suami. Tapi (buat saya) rasanya beda
- Saya merasa sangat dimudahkan untuk berdagang dengan adanya teknologi masa kini, alhamdulillah. Buka lapak gratis cuma bermodal paket data, promosi gratis via sosial media, ilmu tentang kewirausahaan via e-book atau artikel online, jasa kurir ekspedisi yang setia menjemput paket ke rumah. Hampir semua yang saya lakukan berbasis di rumah. Bisa sambil disambi momong anak, ngajarin anak belajar, memasak dan menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga lainnya.
- Saya tak perlu menganggarkan budget lebih untuk membeli beberapa jenis barang. Seperti jilbab untuk anak, inner hijab, handsock, dll yang dapat dibuat dari bahan jilbab. Selain lebih puas karena made by custom, lebih hemat juga tentunya. Saya juga bisa memberi hadiah pada orang-orang yang saya cintai. Ada teman yang baru melahirkan, saya hadiahi jilbab anak. Juga hadiah untuk orang tua, mamah mertua, teman, tetangga, dll.
Demikian sebagian alasan mengapa saya memilih untuk menjalani profesi sampingan ini. Sampingan loh ya, utamanya tetap tugas rumahtangga. Saya lebih dulu teken kontrak sebagai istri dan ibu daripada sebagai pebisnis, jadi saya selalu berusaha untuk mengutamakan yang pertama.
Tentu, berbagai tudingan miring bahkan sindiran penuh kesan nyinyir pernah mampir di telinga ketika saya mengambil keputusan untuk menjalankan bisnis ini.
Ada yang secara tidak langsung menuduh bahwa saya berjualan online karena penghasilan suami tidak mencukupi, kurang bersyukur dengan pendapatan suami. Ada juga yang dengan sinis menyindir apa benar suami mengizinkan saya menjalani bisnis rumahan ini, karena pasti akan “menelantarkan” tugas rumah tangga.
Saya sih ketawa aja. Biarlah mereka dengan asumsi dan praduga versi mereka. I am under no obligation to explain and make them understand about my choice. Let them criticize me who they think I am
Yang tahu banget kenapa saya memilih untuk menjalani profesi ini kan cuma saya, pasangan, partner kerja, dan orang-orang terdekat. Kadang heran, kok bisa ya orang lain merasa lebih tahu tentang hidup kita dibandingkan kita sendiri? Hebat, euy
Bagi mereka yang segala sesuatunya diukur dari nominal uang, mungkin bisnis adalah semata tentang uang dan keuntungan. Tapi tidak bagi saya. Uang itu hanya faktor kesekian. Penting, tapi bukan yang terpenting.
That’s why saya (dan partner) nggak mau terlalu ngoyo dalam berbisnis. Wajib ngejar keuntungan sekian perbulan, omzet harus gila-gilaan, promosi gencar-gencaran tak kenal waktu, nyepam dimana-mana, sampai menempuh cara-cara kotor dalam berbisnis demi mendapat keuntungan.
Pasang target harus, tapi ngoyo banget sampai merasa terbeban dan nggak enjoy, jangan. Simply ya karena ini hanya sampingan, bukan prioritas utama. Prioritas utama tetap keluarga, suami dan anak. Jangan sampai keasyikan jualan sampai urusan rumah tangga berantakan.
Meski hanya bisnis sampingan, apapun yang saya lakukan, saya berprinsip harus total dan profesional. Lakukan yang terbaik, berikan yang terbaik. Never settle for anything less. Whatever you are, whatever you do, be a good one, be the best version of yourself. Say no to mediocrity.
Ketika saya memutuskan untuk terjun dalam bisnis ini, syarat utama yang wajib terpenuhi selain izin suami adalah saya harus mencintai apa yang saya kerjakan. Ketika profesi sejalan dengan passion, maka pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan.
Pasti, akan ada saat-saat di mana rasa jenuh dan bosan itu hadir, tapi jika kita mencintai apa yang kita kerjakan, motivasi untuk berkarya dan bangkit kembali itu akan mudah untuk datang. Beda sama yang passionnya bukan di bidangnya. Kalau udah stuck rasanya berat untuk melanjutkan apa yang telah dimulai.
Bagi saya, kerja itu harusnya nikmat, enjoyable, fun, bukan beban. Atur ritme kerjamu sesuai dengan kemampuan dan waktumu. Jangan sampai gila kerja sampai tega menzhalimi diri sendiri. Remember, we work to live, not live to work. We only live once, don’t waste our time doing things we don’t like. Or for worse, doing things we hate to impress people we don’t like.
Ketika saya memotret, mengedit foto, menyusun kata untuk caption, mengiklankan produk, melayani customer.. Saya sadar, inilah dunia saya. Di sini saya bisa sepenuhnya mengaplikasikan ilmu yang saya punya, mengerjakan sesuatu yang saya sukai, juga memberi manfaat untuk orang lain.
Sama halnya ketika saya menikmati hobi yang lain seperti menulis jurnal, menjepret objek dari balik lensa smartphone, nge-blog, menjahit, dan berkreasi dengan menu di dapur. These are things that I treasure, things that mean a lot to me. Things that cannot defined by money.
When I choose this way, it’s full of passion I feel inside. It’s all about self-satisfaction and contribution to others. It’s about self awareness about my potential skill and talent which kept hidden for years. It’s about finding a reason to wake up with something big to start. It’s about being me, completely.
And those, are the things money can never buy. I called it: priceless……...
~ Jakarta, on a rainy day of January 2017.. you’re not rich until you have something that money can’t buy 😉
© aisyafra.wordpress.com
[ image source: Pinterest ]
halo mba halida , ijin bw yah hihii
LikeLike
Silakan, semoga bermanfaat 😊
LikeLiked by 1 person
sipp 😀
LikeLike
natural dan inspiratif mba, keren sangat dan yang terpenting adalah dukungan pasangan. silah kunjung balik ke blog saya mungkin ada info yg bermanfaat juga.
LikeLike
siap 🙂
LikeLike