Shaidul Khathir: A Love at First Sight

I never believe in love at first sight, except for books. Shaidul Khathir by Ibnul Jauzi by far is one of the most brilliant books I have in my library. So is Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin or widely known as Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu by Ibn Qayyim al Jauziyyah. Those two are my favorite.

Poetic, yet deep and meaningful. Ibnul Jauzi and Ibnul Qayyim—rahimakumullah—are one of the biggest authors who influence and inspire me in most of my writings.

Cinta dan kehidupan, adalah dua hal yang mustahil untuk dipisahkan. Buku ini mampu membuat pembacanya (baca: saya) merasakan kecintaan mendalam pada hidup, baik hidup yang tengah dijalani saat ini, maupun hidup yang hakiki setelah kematian. Sebuah keyakinan bahwa hidup ini sangat berarti untuk disia-siakan.

Buku ini adalah spirit booster ketika iman sedang turun dan semangat menuntut ilmu mulai mengendur. Buku yang wajib dibaca tatkala jiwa mulai melemah dan berada di titik terendah. Some kind of therapy and empowerment for the broken souls.

Yang suka nulis dan suka sama kata-kata puitis (bukan gombal ya, cateeett), dijamin bakal jatuh cinta sama buku ini. Untaian kata yang nyastra abis namun sarat akan hikmah kehidupan, terlebih jika dibaca versi bahasa Arabnya langsung.

Jujur aja saya lebih suka baca tulisan dalam bahasa aslinya langsung dibanding terjemahan. Lebih greget, maknanya juga lebih dapet. Sayangnya bahasa Arab saya masih ‘so-so’ jadi lebih memilih terjemahannya saja. #ngaku

Saya menemukan buku ini secara tak sengaja di satu toko buku langganan sekitar tahun 2013. Telat ya? Kemana aja saya baru tahu ada buku sebagus ini. Huhuhu. But better late than never lah kalau katanya Sidu. So I decided to take a look at it.

Begitu lihat cover dan mengintip beberapa lembarnya, langsung memutuskan, “this is the must have item in my library”. Harus punya, nggak boleh pinjem atau dipinjemin. Huehehe. Saking cintanya sama buku ini, sampai-sampai salah satu kutipannya saya jadikan primary text di sidebar blog.

Here it is….

Ibnul Jauzi menasehati orang ‘alim dan pencari ilmu,

“Sebaiknya engkau mempunyai tempat khusus di rumahmu untuk menyendiri. Disana engkau bisa membaca bukumu dan menikmati indahnya petualangan pikiranmu.” (Shaid al-Khatir, hal. 318)

Demikianlah hebatnya sebuah karya tulis, penulisnya sudah berpulang berabad-abad lalu, namun kebaikan dan pahalanya terus mengalir selama apa yang ditulisnya bermanfaat bagi orang lain. Bahkan menginspirasi orang lain untuk menulis dan menebarkan kebaikan serupa. Masya Allah. This should be every writer’s goals.

Jasad kita akan musnah bersama masa… Namun apa yang kita tulis, ia abadi.

May Allah bless and grant them both with Jannah ❤

~ Jakarta, on a clear and delightful morning of March 2018..

© aisyafra.wordpress.com
Advertisement

18 thoughts on “Shaidul Khathir: A Love at First Sight

  1. sepertinya ini versi mukhtasar nya ya, ada buku terjemahan yang lebih tebal sepertinya dengan judul Cara Manusia Cerdas Menang dalam Hidup.., saya juga punya nya yang versi mukhtasar ini, hehee
    beberapa saya tuliskan di blog https://www.almuhajirin.web.id/search/label/shaidul%20khatir
    bagus banget buku ini, kalau kutipan favorit yang paling saya suka adalah yang maknanya : “Sesungguhnya keletihan karena melakukan ketaatan akan hilang dan tinggallah pahalanya. Dan kenikmatan melakukan maksiat akan hilang dan tinggallah hukumannya”
    terima kasih atas faidah2 nya di blog ini,

    Liked by 3 people

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.