“Andai hidayah itu bisa kubeli, maka akan kubeli berkeranjang-keranjang untuk aku bagi-bagikan kepada orang-orang yang aku cintai…” (Imam Syafi’i)
Di antara sekian banyak nikmat yang Allah berikan, sejak hela napas pertama di dunia hingga saat ini.. Hidayah sunnah adalah nikmat termahal yang pernah saya rasakan.
Terkadang saya membayangkan, jika saya tidak tahu bagaimana cara ber-Islam yang benar.. Akan seperti apa hidup yang saya jalani saat ini?
Mungkin saya mengaku beragama Islam, tanpa tahu bagaimana cara hidup di bawah naungan Islam sesuai yang Allah perintahkan.
Mungkin saya mengaku berpedoman pada Al Qur’an dan Sunnah, tanpa memiliki ilmu bagaimana mengamalkan keduanya dalam keseharian.
Mungkin saya berhijab, tanpa tahu cara berhijab yang benar. Berhijab tapi tipis, berhijab tapi ketat, berhijab tapi pendek, berhijab tapi bertabarruj.
Mungkin saya tidak akan tahu haramnya mencukur alis, menyambung rambut, mengikir gigi sampai merajah tubuh dengan tattoo.
Mungkin saya tetap suka membaca zodiak alias ramalan bintang, dengan alasan iseng belaka.. Tanpa tahu bahwa yang demikian menodai ketauhidan saya.
Mungkin saya akan ikut-ikutan ritual wisata ziarah ke kuburan-kuburan yang dikeramatkan, dengan dalih tawassul dan dzikrul maut. Bahkan menganggapnya sebagai bagian dari ibadah.
Mungkin di tengah gempuran fitnah yang datang saat ini, saya tidak dapat membedakan.. Mana sunnah dan mana bid’ah. Mana yang haq dan mana yang bathil.
Mungkin saya akan merasa cukup dengan apa yang saya ketahui saat ini, tanpa merasa perlu mencari tahu lebih banyak di majelis-majelis ilmu.
Mungkin saya akan merasa malu dengan identitas saya sebagai seorang Muslim. Malu berhijab panjang, malu bercadar, malu memakai kaus kaki saat keluar rumah.
Mungkin Islam saya hanya sebatas Islam KTP. Tanpa tahu bahwa pengakuan tersebut mengandung konsekuensi yang sangat besar.
Sungguh, terkadang saya merasa sangat bersyukur Allah izinkan untuk mengenal indahnya hidup di bawah naungan hidayah sunnah..
Dipertemukan dengan para guru yang atas izin Allah membimbing saya dari gelapnya kejahiliyahan menuju cahaya ilmu yang terang benderang..
Dikaruniai lingkungan yang baik, juga keluarga dan teman-teman yang shalih.
Diberi kemudahan untuk menjalankan syari’at Allah.
Diberi kesempatan untuk terus memperbaiki diri, hingga saat ini.
Masya Allah walhamdulillah.. Nikmat Allah mana lagi yang hendak saya dustakan?
Apa jadinya jika saya tidak tahu hal -hal yang harusnya saya ketahui sebagai seorang Muslim?
Apa jadinya jika saya melakukan perbuatan yang dapat membatalkan ke-Islaman saya?
Apa jadinya jika saya merasa telah banyak beribadah dan beramal shalih, namun kelak di hari kiamat saya termasuk dalam orang-orang yang muflis alias bangkrut?
Apa jadinya jika saya meyakini bahwa jalan yang saya tempuh ini menuju ke surga, namun kenyataannya justru menjerumuskan saya ke neraka?
Sungguh, mempertahankan hidayah jauh lebih sulit ketimbang mendapatkannya. Terkadang tarikan untuk kembali ke masa lalu itu kerap datang, dan kitapun tergoda untuk kembali mencobanya.
Padahal, waktu kita di dunia ini sangatlah singkat. Selama-lamanya kita beribadah, menggigit sunnah dengan geraham ini, tak akan sampai 100 tahun lamanya.
Seringkali saya bertanya pada diri sendiri..
“Berapa lama lagi saya akan hidup?”
Mungkin tak banyak waktu tersisa.. Saatnya untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Karena kematian, sang pemusnah segala kenikmatan dunia, bisa datang kapan saja.
Sungguh, di dunia ini tak ada satupun yang saya miliki akan abadi. Tak ada satupun kawan yang akan menyertai, bilamana jatah hidup telah habis dan ajal telah memanggil.
Tak ada.. Melainkan kebaikan dan amal-amal shalih yang saya tanam selagi tarikan napas ini masih ada di dunia.
Bahkan mereka yang sangat saya cintai dan mencintai saya, akan meninggalkan saya seorang diri dalam sebuah lubang sempit, untuk kembali melanjutkan hidup mereka.
Semoga di sisa-sisa waktu ini, saya dapat beramal dengan sebaik-baiknya.
Bertaubat dengan sebenar-benar taubat dan menghapus segala kesalahan dengan banyak beribadah.
Berbuat kebajikan yang pahalanya akan terus mengalir meski kelak ruh ini sudah berpindah ke alam lain.
Dan terus memurnikan tauhid, hingga jika masa itu tiba, tak ada satu katapun terucap melainkan sebaik-baik ucapan, “laa ilaaha illallaah..”.
Call me conservative, old-fashioned, narrow-minded, or maybe, extremist. This is my belief, my faith, my way of life. And this, is not something I should hide away nor be ashamed of.
Being a Muslim is truly a blessing, the greatest blessing for me as a human being. But don’t just be proud to born with the identity as a Muslim. Proud to be a practicing Muslim.
Know your deen.
~ Jakarta, December 2019.. “and He found you lost, and He guided (you)…”
© AISYAFRA.WORDPRESS.COM
[ image source: Pinterest ]