“My heart is at ease knowing that what was meant for me will never miss me, and that what misses me was never meant for me.” – Imam Ash-Shafi’i
Hello, dear friends…
Siapa di sini yang sering ngerasa anxie dan deg-degan tiap buka sosmed, especially tiap baca berita yang berkaitan dengan wabah Covid-19 alias Coronavirus yang tengah melanda negeri kita tercinta belakangan ini?
I do.
Lately these days, saya sering ngerasa deg-degan tiap sore menjelang. Kenapa? Karena sore hari, tepatnya ba’da Ashar pasti ada update baru tentang data korban Coronavirus di Indonesia.
Pertambahan jumlah pasien yang sangat rapid dan signifikan, tak ayal memicu kecemasan berlebih pada sebagian orang. Padahal saya nggak punya anxiety disorder, lho. Cenderung lebih cuek, tenang, dan unbothered ketika berhadapan dengan masalah.
But this time, I just cannot.
Kenapa saya cemas? Ya karena saya manusia biasa. Punya rasa punya hati (bacanya jangan sambil nyanyik, ya).
Social distancing really takes a toll on me, especially when I have to stay away from people I love. Nggak bisa ketemu orang tua, adik-adik, keponakan. Yang biasanya kami rutin ngumpul tiap wiken, sekarang hanya bisa ngumpul via video call.
Saya juga kepikiran orang tua yang jauh di sana. Ibu di Kranggan, Bekasi. Biasanya tiap wiken nginep di sini, kangen ngumpul dan main dengan cucu-cucunya. Bapak yang awal bulan ini mudik ke Malang dan saat ini nggak bisa pulang ke Jakarta karena pandemic ini. Tiket pulang sudah dipesan, namun terpaksa dibatalkan.
Qadarullaah…
Adik-adik saya yang sering main ke sini (btw rumah saya udah macem basecamp tempat kumpul keluarga ya, hehe), kini harus anteng angrem di rumah. Padahal biasanya sepekan minimal 2x kami ketemu.
Banyak faktor yang bisa bikin kita ngerasa cemas. Ngikutin perkembangan kasus corona ini bener-bener bikin orang yang tadinya nggak gampang anxie (seperti saya) jadi mendadak anxie.
Apalagi kita nggak ketemu orang lain, diisolasi di rumah tanpa bisa mengunjungi apalagi dikunjungi. Nggak ada yang bisa diajak ngobrol dan sharing (terutama yang pasangannya masih harus keluar untuk kerja).
To worry is human. Sangat manusiawi. Justru kalau ada wabah begini nggak cemas, kita nggak normal. Tapi, rasa cemas yang berlebihan nggak baik buat kesehatan kita.
Puncaknya adalah dua hari yang lalu. Saya merasa, kok nggak sehat ya kalau terus-terusan begini. This is totally unhealthy for my body and soul. Padahal kecemasan dan ketakutan berlebihan bisa melemahkan imunitas tubuh.
So from today onward, I decide to take a break. Begin to filter what I see and hear. Saya akan memulai untuk melakukan hal lain yang lebih bermanfaat selain membuka sosmed terus-menerus.
Tentu saya akan tetap aktif di sosmed, tapi saya akan lebih selektif sebelum memasukkan sesuatu ke dalam pikiran saya. Unfollow atau mute akun yang sering memberitakan soal virus ini, misalnya. Apalagi dengan judul artikel yang bombastis.
Overthinking kills
Cannot agree more with this. Justru kecemasan berlebih akan merampas kesempatan kita untuk bahagia dan menikmati apa yang kita miliki saat ini. Padahal yang kita khawatirkan belum tentu terjadi, tapi efek dari overthinking itu sudah membuat kita menderita duluan.
“When we worry we suffer twice, so leave it to Allah.”
We only need to do what is need to do. Then let Allah do the rest. Let your heart trust Allah alone to take care of things that you cannot understand.
I know I’m not the only one rocking this boat. To you, you, and you who feels the same, who experience the same kind of anxiety..
Take a deep breath, let it go, and start to detox your routine, for a better state of mind.
Jika kita yang #dirumahaja menderita, gimana dengan the frontliners, para nakes pemberani di luar sana yang berjibaku dengan pasien yang terus bertambah.
Sampai banyak nakes-nakes yang berguguran ketika melaksanakan tugas mulia mereka.. Subhanallah.. Semoga mereka wafat dalam keadaan husnul khatimah.
((( in tears )))
Gimana pula dengan nasib saudara-saudara kita yang berpenghasilan harian seperti buruh pabrik, driver ojol, pedagang keliling yang harus keluar rumah demi sesuap nasi? Nggak kerja ya nggak makan.
Ah, malu rasanya saya. Apa yang saya alami belum ada sepersekian dari apa yang mereka semua hadapi. Though this feeling is valid and real, my struggle isn’t something I should really complain about.
Our mental health should be our utmost priority right now. Mari, bersama-sama bahu membahu menghadapi badai Coronavirus ini. Do the best we can to ease the pain. Masalah ada untuk dihadapi, bukan untuk dihindari.
Dengan mematuhi anjuran ulil amri dengan tetap tinggal di rumah, menghindari perkumpulan, social distancing, rajin mencuci tangan dengan sabun, menjaga stamina agar tetap fit, dsb.
Dengan banyak mendekatkan diri pada Allah.. Banyak ibadah, banyak ngaji, banyak baca buku, banyak berbuat baik, banyak bertaubat dari dosa-dosa.
Di saat-saat seperti inilah, keimanan kita terhadap takdir diuji. Sampai mana ngaji kita meninggalkan bekas berupa kekokohan iman. Bukan berarti kita nggak boleh khawatir atau cemas ya..
Namun jika iman adalah tali kendali, maka kekhawatiran dan kecemasan tidak akan menguasai karena keyakinan bahwa apa yang Allah takdirkan, pasti akan terjadi.
Monmaap yaaa pagi-pagi udah nyampah…
I need to take this out of my mind so I can feel better. And perhaps, ada yang mengalami seperti apa yang saya alami jadi kita bisa saling berbagi.
Semoga badai ini cepat berlalu, aktivitas kembali normal, dan kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran penting darinya.
Bahwa ketenangan, rasa aman, dan jauh dari kekhawatiran adalah NIKMAT ALLAH YANG SERINGKALI LUPA UNTUK KITA SYUKURI.
Nastaghfirullaahu wa natuubu ilaih…
Thank you for reading this.
Lots of love,
@chynatic ❤
~ Jakarta, March 2020.. and this too shall pass, insha Allah..
© AISYAFRA.WORDPRESS.COM
[ image source: Pinterest ]
Masya Allah mbak Meutia.. Jazaakillah khayr buat tulisan ini.. “ketenangan, rasa aman, dan jauh dari kekhawatiran adalah NIKMAT ALLAH YANG SERINGKALI KITA LUPA SYUKURI” peluuukk mbak meutia.. ❤
LikeLiked by 3 people
Wa anti jazakillah khair, Maria.. semoga bermanfaat. Thanks for reading, ya ❤️
LikeLiked by 2 people
Betul umm, ana juga biasanya setiap hari search coronavirus updates.
Cuma disaranin suami, agar lebih dialihkan dg mengerjakan yg lebih bermanfaat dirumah, ngga melulu setiap saat upadate berita, jadi ngga bagus utk diri sendiri juga.
Tapi masih banyak juga org2 disana yg awam ya umm yg menyepelekan dan menjadikan hal ini sbg candaan.
Nasihatnya utk kita semua,
Jgn terlalu menggampangkan sesuatu sehingga bahaya itu bisa menimpa kita, dan jgn juga terlalu menegaskan sesuatu sehingga kita lari dan putus asa.
Sama umm ana jg selalu yakin, insyaa Allah terdapat hikmah yg besar atas ujian ini. Insyaa Allah… jazakillahu khayran nasihatnya umm, semoga Allah melindungi anti&keluarga. Barakallahu fiik…
LikeLike