Lelaki Penyabar

Siang ini ketika berselancar di Pinterest, tetiba pandangan saya tertuju pada foto tangkapan layar dari sebuah tweet berikut:

“Perempuan itu seperti buku tebal yang harus pelan-pelan dibaca, satu persatu memahami isi dari setiap tulisannya. Dan cuma laki-laki sabar yang bisa menuntaskannya sampai halaman terakhir.” – @DiaryInstagram

As a woman, I just can’t agree more. Memang begitu kok kenyataannya. Perempuan dengan segala kerumitannya, hanya butuh dipahami dan dimengerti oleh lelakinya. Tidak kurang, tidak lebih.

Some people say, women are from Venus, men are from Mars. Ada perbedaan sudut pandang, cara berpikir dan berkomunikasi yang sangat jelas antara keduanya. Mayoritas kaum lelaki cenderung menimbang segala sesuatunya dengan logika, sedang perempuan cenderung didominasi oleh perasaan.

Alangkah baiknya kita menyelami lebih dalam tentang perspektif dan cara berkomunikasi yang efektif dengan pasangan, karena tiap individu itu berbeda. Terlepas dari segala stereotype mengenai sifat keduanya. Every character is unique, so are you and your partner.

Perempuan butuh dibimbing dan dididik dengan kesabaran, sekaligus dengan ketegasan. Dan tugas seorang suami adalah mengayomi dan membimbing anak dan istrinya, karena ialah pemimpin keluarga. Kelak ia akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya.

Ingatlah bahwa wanita diibaratkan tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Jika diluruskan dengan kasar maka ia akan patah, namun jika tidak diluruskan maka selamanya ia akan bengkok. Jadi sangat dibutuhkan kesabaran, kelapangan hati, dan teknik khusus untuk menghadapi karakter dan kondisi emosi perempuan yang berfluktuasi tergantung suasana hatinya.

Untuk para single ladies yang sedang menanti jodohnya di luar sana.. Sefruit tips dari saya: carilah suami yang penyabar.

Sabar dalam menghadapi tabiat kita sebagai wanita. Ketika sedang PMS atau hamil, saat mengalami mood swing yang gila-gilaan karena melonjaknya hormon.

Nggak lagi PMS aja suka serba baper dan kzl nggak jelas kan yaa.. Apalagi saat hormon ikutan main. Bisa tetep ngontrol emosi nggak kebablasan aja udah alhamdulillah bangettt rasanya. Huhuhu.

Ketika hamil, sebagian perempuan ada yang mengalami fase “mabok”. Pusing, mual, maunya rebahan aja. Makan apapun nggak bisa masuk. Susu apalagi. Baru seteguk udah dimuntahkan lagi.

Emosi pun berubah, jadi gampang tersinggung. Dikit-dikit kesal tanpa alasan berarti. Salah ngomong dikit jadi masalah. Masalah kecil jadi besar. Intinya, selama hamil mood jadi lebih mudah berubah dan rapuh.

Sebagai suami baru, tentu para lelaki akan dibuat bingung menghadapi situasi seperti itu. Namun ketahuilah, jika saja boleh memilih, tentu tidak ada satupun perempuan yang mau mengalaminya.

Maunya sih hamil ya normal-normal aja. Nggak ada acara muntah-muntah atau alergi makanan tertentu. Nggak gampang tersulut juga emosinya. Bisa melakukan aktivitas seperti biasa.

Setelah dikaruniai buah hati, cobaan belum berakhir. Bahaya baby blues dan post partum depression selalu mengintai tanpa disadari. Tau-tau udah duduk aja di pojokan, melukin bayi sambil nangis. Nggak jelas juga kenapa sedih, pokoknya ya sedih dan hampa aja rasanya.

Di masa-masa kritis tersebut, kehadiran dan kesabaran dari seorang suami sangat dibutuhkan. Kehadiran yang tidak hanya secara lahiriah, tapi juga batiniah. Suami yang baik, tidak pernah membiarkan istrinya merasa sendirian tanpa teman, meski secara fisik mereka tengah berjauhan.

Terkadang, seorang perempuan hanya butuh didengarkan tanpa harus berkata-kata. Ia hanya butuh ditemani dan ditenangkan dengan tatapan sayang dan pelukan, tanpa dihujani pertanyaan atau penghakiman.

Dan yang namanya menikah, makin lama makin tersingkap hakikat tabiat pasangan.. Makin terlihat aslinya pasangan kita itu gimana. Bukan makin tertutupi. Nggak ada yang bisa ‘jaim’ selamanya dalam menjalani biduk pernikahan.

Jadi, carilah pasangan yang bijak dan sabarnya seluas samudra Pasifik, sedalam samudra Atlantik. Sabar yang tak berbatas. Because, dealing with us as a woman is never that easy.

Wanita itu unik, rumit, complicated. Nggak ada satupun kamus yang mampu menerjemahkan bahasa hati seorang wanita. Kadang hari ini maunya A, besok berubah lagi jadi B. Inconsistency at its best.

Tiba-tiba berubah sikap jadi lebih dingin dan cuek. Ketika ditanya, jawabannya “nggak ada apa-apa”. Tapi seharian kerjanya cemberut terus.

Ditanya mau makan di mana jawabnya “terserah“. Tapi tiap diajak minggir katanya “cari yang lain aja, yuk”.

Mbingungin nggak, tuh? πŸ˜…

Walau sebagai perempuan, (sepertinya) saya ini bukan tipe yang suka ngode. Bagi saya pribadi, lebih baik berterus terang jika memang ada yang dirasa tidak nyaman. Don’t pretend that everything’s fine, while in fact, it isn’t.

Selain mempermudah tujuan komunikasi, berkata jujur soal perasaan juga meminimalisir kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Kan capek juga kalo bolak balik ngode tapi yang dikodein nggak peka. Perih, bang Jagooo..

Belum kalau malah sang kode disalahartikan oleh sang suami. Maunya istri ke barat, suami menafsirkan ke timur. Justru berpotensi untuk memicu pecahnya perang dunia ketiga. Bener nggak, sih? πŸ˜‚

Kesabaran seorang suami juga sangat dibutuhkan ketika ia pulang kerja, menemukan sang istri dalam keadaan kesal dengan wajah ditekuk. Ditambah kondisi rumah yang porak poranda dan anak-anak yang “bertingkah”.

Dalam keadaan lelah setelah seharian bekerja, ditambah rasa lapar yang belum tertuntaskan, akan sangat mudah tersulut api emosi. Sama-sama capek, sama-sama lapar, sama-sama ingin dimengerti dan dihargai.

Tapi, seorang suami yang penyabar tidak akan mudah protes ketika dihadapkan pada situasi yang demikian, apalagi sampai marah-marah dan menyalahkan. Ia akan mencoba memahami apa yang dirasakan sang istri.

Apakah ia sedang lelah?
Apakah ia sudah makan?
Apakah anak-anak bersikap baik hari ini?
Apakah ada beban pikiran lain yang menguras emosinya sehingga ia jadi seperti ini?

There are too many factors behind a tired-looking-face of a woman. Dear husband, know your woman’s struggles, listen to her worst fears, try to dive in her ocean of insecurities, and comfort her with your presence, body and soul.

Sefruit tips lainnya bagi para lelaki yang masih single.. Mulailah belajar menjadi lelaki penyabar, pengalah, dan mudah memberi udzur pada istri. Jangan gampang naik darah dan melayangkan tangan.

Ingat-ingatlah selalu nasehat ustadz Firanda:

“Suami yang baik itu, yang banyak ngalahnya..”

Banyak bersabar atas kekurangan istri, banyak mengapresiasi kebaikan istri, banyak mengalah demi kemaslahatan bersama. Tidak hanya mementingkan ego dan kepentingan pribadi sebagai seorang suami.

Tapi yang demikian bukan menjadi pembenaran bahwa istri bisa seenaknya memperlakukan suami. Sengaja merendahkan suami dan tidak menghargai posisinya sebagai qowwam dalam rumah tangga. In every relationship, reciprocity is the key.

Tabiat kita (yang bengkok) sebagai wanita janganlah sampai melanggar dan mengabaikan hak-hak suami. Tetap berusaha memuliakan, menunaikan hal-haknya, menjaga wibawanya, dan sepenuhnya menyadari..

Bahwa sang suami hanyalah seorang laki-laki biasa, sama seperti kita yang juga hanya perempuan biasa. Jauh dari kata sempurna. Karena itulah tujuan pernikahan, untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

“A man dreams of a perfect wife. A woman dreams of a perfect husband. But they don’t realize, that Allah created them to complete one another…”

~ Jakarta, before bedtime and almost midnight, end of October 2020…

Β© AISYAFRA.WORDPRESS.COM

[ image source: Pinterest ]

Advertisement

2 thoughts on “Lelaki Penyabar

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.