
Suddenly this morning, something made my mind wanders off to the past. Especially to the year 2006.
That year, was no ordinary year for me. Many things happened, bad and good, high and low. And I’m really grateful for those nameless moments, feelings and vibes I still clearly remember until now.
2006, adalah milestone penting dalam kehidupan saya. Setelah melewati salah satu titik terendah dalam hidup di tahun sebelumnya, 2006 brought a lot of sunshine into my mind.
Yup, di tahun itu saya mulai mengenal manhaj Salaf. Sebenarnya sejak September 2005 saya sudah mulai ikut dan tertarik dengan dakwah ini.
Namun baru awal 2006 lah saya mulai sering hadir di kajian-kajian, bertemu orang-orang baru, bergabung di komunitas-komunitas baru yang masya Allah..
Sangat memberi banyak kontribusi positif dalam perjalanan saya dalam mencari kebenaran ❤
It feels like.. I was reborn into a new brand me. Saya merasa menemukan apa yang selama ini saya cari. Alhamdulillaahilladzii bini’matihi tatimushshalihaat..
Saya lagi-lagi teryakinkan bahwa bersama kesulitan, akan datang kemudahan. And Allah’s promise never fails to amaze me.
It was at that time when I realized..
This is what I’ve been looking for my whole life. Sebuah metodologi atau cara beragama yang menyeluruh dalam segala aspek. Jalan yang paling mendekati apa yang Rasulullah dan para sahabatnya telah contohkan.
Saya, yang saat itu masih single (and free)..
Alih-alih galau masalah jodoh, saya justru sangat menikmati kesendirian dan kebebasan untuk fokus thalibul ilmi, belajar hal-hal baru, mengembangkan skill, membangun relasi, dan mendatangi majelis-majelis ilmu di mana pun saya inginkan.
At that time I was living my best life, with my ride-or-die people, exploring more greatest places, looking with new wider and brighter perspectives.
Makin sering saya belajar, makin haus saya akan hal-hal baru, makin sadar bahwa banyak hal yang tidak saya ketahui. Makin merasa bahwa diri ini masih jauh dari predikat shalih dan apalagi berilmu.
Ustadz Yazid Jawas, Ustadz Abdul Hakim Abdat, Ustadz Kurnaedi, Ustadz Ibnu Saini (rahimahullaah), dan Ustadz Firdaus Sanusi (rahimahullaah) adalah asatidz yang sangat besar jasanya bagi saya di masa awal hijrah..
Semoga Allah senantiasa menjaga serta membalas kebaikan dan amal shalih mereka dengan pahala yang tiada terputus, hingga nanti dan nanti.
Writing all of this.. I realize, there is one thing I always miss the most, especially in this isolation era: hadir di majelis ilmu.
Sungguh jiwa ini sangat-sangat merindu.
Saya rindu merasakan al halawatul iman atau manisnya iman di awal hijrah. Rindu ghirah untuk menyimak dan mencatat uraian asatidz. Rindu berburu buku dan majalah yang sarat ilmu. Rindu berkumpul dengan orang-orang shalih.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ.
“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.” [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, An Nasa’i dan Ibnu Majah]
Sungguh, saya rindu…
Saya rindu perasaan tenang dan damai ketika berkhidmat di majelis ilmu. Sebuah rasa yang tak tertandingi oleh apapun di dunia ini. Istimewa, tak ada duanya. Hanya mereka yang pernah merasakannya, yang akan kembali merindukannya.
Sungguh betul bahwa salah satu kelezatan dunia adalah duduk di majelis ilmu bersama orang-orang shalih. Berbincang tentang hal-hal yang sering terlupa ketika dunia dan segala kefanaannya melenakan kita.
Sungguh pandemi ini banyak menampar mengingatkan kita akan hal-hal yang seringkali “taken for granted”. Hal-hal yang tak pernah kita sadari kita miliki, hingga ia terlepas dari genggaman ini.
Di antaranya adalah nikmat belajar dan menuntut ilmu, bebas duduk bersebelahan tanpa was-was, bebas menghirup udara tanpa masker, bebas shalat berjama’ah tanpa harus menjaga jarak.
Tak terasa ada sesuatu yang membasahi mata ketika saya menuliskan semua ini..
Tak terasa pula sudah 15 tahun saya berdiri di atas jalan yang telah saya pilih ini. Tak ada harapan selain agar terus diberi keteguhan dan kekuatan, meski godaan agar kembali tergelincir dalam fitnah dan syubhat pemikiran itu selalu ada.
Salah satu ketakutan terbesar saya dalam hidup adalah kembali pada kegelapan era jahiliyah setelah datangnya hidayah. Allah Maha Membolak-balikkan Hati, sedang indikator keselamatan iman adalah di penghujung usia.
Astaghfirullaahu wa atuubu ilaih..
Semoga Allah pertemukan kita dengan kesempatan untuk kembali ke majelis ilmu, memperbaharui iman dan Islam kita, sebelum batas waktu itu tiba.
2005, 2006, 2007.. adalah tahun-tahun penuh arti dalam perjalanan hidup saya. Masa-masa di mana saya jatuh, bangkit, bertumbuh, belajar, berjuang, dan berusaha menjadi lebih baik dari saya yang dulu.
Dan saya amat sangat bersyukur pernah mengalami semua peristiwa itu. Without them all, this current version of me will never be exist.
Untuk kalian yang selalu setia mendampingi dalam tiap episode kehidupan saya, dengan segala pasang dan surutnya.. Di manapun kalian berada..
I just wanna say this to you,
“Uhibbukum fillaah.. Till we meet again one day, in jannah (insya Allah)..”
~ Jakarta, end of August 2021.. no matter how frail this life might be, never lose faith.
Sudah tau manhaj salaf. tapi belum kenal…
Tapi merasakan kerinduan yang sama mbak, rindu hadir dimajelis ilmu.
LikeLike
Masya Allah.. Semoga kita dimudahkan untuk kembali duduk di majelis ilmu ya 🙂
LikeLike