Hello, Haters!

“Never explain yourself to anyone, because the one who likes you would not need it, and the one dislikes you wouldn’t believe it.”

Pagi ini ketika membuka beranda sosmed, secara tak sengaja saya menemukan jejak-jejak ketubiran alias keributan antara seorang netijen dengan beberapa orang yang sepertinya diduga menyimpan kebencian padanya.

Bahasa keren jaman now-nya: haters.

Seru juga, nggak terasa jari ini terus scroll-scroll sampai bawah. I don’t wanna taking sides atau berusaha memihak salah satu dari mereka, simply ya karena saya nggak tahu akar permasalahannya.

So just let me sit, watch, and analyze this. Ehehehe. Seru lho kadang lihat orang ribut-ribut di internet. One of my guilty pleasures, to be honest 🤭

Satu dari sekian banyak kesan yang saya tangkap, netijen ini sebut saja A, memiliki banyak haters. So it’s like this A against a group of people. Sekelompok orang ini, seringkali fafifu wasweswos di sosmed alias saling sindir dengan gaya.

Bikin postingan, lalu berbalas komentar dengan terang-terangan nyenggol si A walau tanpa menyebutkan nama. I dunno how long this battle has been going on, but it seems like it’s about an old case that somehow has not finished yet. At least for them (the accuser).

Si A ini kesal karena selalu jadi topic of interest orang-orang tersebut. Kesal karena kok mereka punya banyak sekali waktu untuk mengurusi hidupnya. Padahal menurutnya ia tidak pernah menyenggol-nyenggol kehidupan pribadi mereka.

Ikutan panas, ia berusaha meng-counter balik semua ucapan mereka. Ia juga menjelaskan panjang lebar bahwa ia tidak seperti apa yang mereka tuduhkan. Intinya, klarifikasi atas berbagai tuduhan yang datang padanya.

Setelah bolak balik baca timeline sosmed masing-masing pihak, kok rasanya jadi kayak berbalas pantun ya? Maksudnya ya sami mawon aja gitu 😅

Yang pihak sana menyerang, yang satunya nggak terima. Bikin klarifikasi di akunnya sendiri. Begitu pihak sana dengar klarifikasinya, langsung dijadikan next topic buat bahan obrolan. Begitu terus ra uwis uwis.

I took a long, deep sigh. Kalau caranya gini, kapan selesainya? Ya walau saya sadar saya hanya orang luar yang tidak tahu persis duduk perkaranya. But, still.. Duh, do they worth the energy?

H word or Hate is a strong word, you know. I rarely use that word nowadays because I know how bad that thing can drain my energy. It took my inner peace away.

Menyediakan satu ruang dalam hati untuk sebuah kebencian adalah hal yang sangat rugi, at least for me. Ketika kita membenci seseorang, kita secara tidak sadar telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memelihara kebencian tersebut.

Kita jadi hobi stalking, kepo, tajassus dan tahassus, mencari-cari kesalahan, merasa senang ketika orang yang kita benci tergelincir atau tertimpa musibah. Susah lihat orang senang, senang lihat orang susah.

Kita juga makin terobsesi dengan hal-hal buruk yang seringkali kita anggap benar, dan terus mencari pembenaran demi memberi makan ego. Waktu tersita melakukan perbuatan yang sia-sia, hingga melalaikan hal-hal yang menjadi tanggung jawab kita.

Sayang nggak sih? Jujur kalau saya sih sayang bangettt..

Buat apa ngasih space lebih dalam hidup ini untuk sesuatu atau seseorang yang doesn’t deserve that? Why we let those (unnecessary) things control us while we can do the opposite; it’s we who control them.

Di dunia ini, kita nggak bisa membuat semua orang menyukai kita. Sebaik apapun kita berusaha, selalu ada yang tidak suka, bahkan benci. Dan itu wajar. It’s normal. We can’t please everybody and the good news is, we don’t have to.

For example, saya pernah jadi public enemy di sebuah komunitas hanya karena berani dan vokal dalam menyuarakan pendapat. Padahal yang saya perjuangkan ya demi kepentingan mereka juga, tapi entahlah.. Mungkin bagi mereka protes = cari ribut? 🤭

Saat itu sih saya memilih untuk selow aja. Toh kebencian mereka tidak merugikan diri saya secara langsung. Paling ya dapet stempel negatif aja di antara komunitas tersebut. But hey, why should I care? I didn’t even bother to clear things up.

Some people have no reason to hate. They just wanna hate, that’s all. So let them be. Nggak usah terusik dengan mereka yang membenci kita tanpa alasan yang jelas. All we have to do is ignore them and move on with our life.

Masih banyak hal-hal penting yang lebih layak untuk kita kerjakan. Ketimbang mengurusi hal-hal yang berada di luar kendali kita. Such as..

“Kenapa ya kok dia nggak suka sama aku? Padahal aku nggak merasa pernah ada masalah pribadi dengannya? Aku juga berusaha untuk baik pada semua orang, karena sejujurnya aku nggak suka punya musuh..”

Jika pertanyaan itu sesekali mampir di pikiran kita, it’s okay. Itu tandanya kita masih punya conscience, hati nurani untuk sejenak jujur merefleksi semua ucapan dan tindakan kita selama ini. Introspeksi diri. Karena kita manusia biasa yang juga bisa berbuat salah.

Tapi jika ia terus datang berulang-ulang, bahkan sampai mengganggu ketenangan dan kepercayaan diri kita.. Just. Stop. It. You only get yourself hurt. You’ve done enough already.

People said, haters gonna hate. If people are committed to misunderstanding you, then no amount of explaining will make them understand you. And they will still mad at you because they failed at destroying you.

So buat yang lagi berurusan sama haters, mereka yang rajin menebarkan hate speech alias kebencian tanpa alasan yang jelas.. My only suggestion is, you need to shake it off.

Stop meluangkan waktu untuk mendengar apa yang mereka katakan tentang kita.

Stop mencari tahu tentang apa yang mereka lakukan di belakang kita.

Stop memberikan mereka platform atau panggung untuk menebarkan kebencian mereka.

Stop memberikan penjelasan atau klarifikasi terkait tuduhan-tuduhan yang mereka lancarkan.

Stop membiarkan mereka merampas waktu, energi, dan pikiran kita untuk hal-hal yang tidak berguna.

Dan mulailah memutus siklus tak sehat itu dengan tidak merespon, memberi perhatian, adu argumentasi, bahkan menyerang balik. Berhenti memakan umpan, karena sesungguhnya itulah yang mereka inginkan.

Ya, mereka ingin agar kita terpancing dan balik menyerang. Itulah yang sebetulnya diinginkan oleh orang-orang yang gemar membenci.

They give an action to gain some reaction. And wise people would stay calm, keep unbothered. Because not every situation deserves a reaction. Just let them have the wrong idea about you, take the high road, and walk away.

Our time is limited. So choose carefully how you like to spend it. Hatred will take you nowhere. It will consume your mind worse than you can ever imagined. So once again, let them be.

It is okay if you made some mistakes in the past, own it, feel sorry, then sincerely make an apology. We might have made some wrong decisions, probably in our younger days, and we learn a lot from them. That’s human.

Jika ada yang terus mengganggu karena kesalahanmu di masa lalu, abaikan saja. You dont live there anymore, do you? Every pious person has a past, and every sinner has a future. Who are we to judge, anyway?

Tak usah risau jika ada yang membenci. Terlebih jika kita dibenci bukan karena kesalahan yang kita lakukan. Atau karena kesalahan yang pernah kita lakukan, namun kita telah betul-betul bertaubat darinya.

Fokuslah pada momen ini, saat ini, tanpa terus menengok ke masa lalu. Fokuslah pada mereka yang tulus menyayangi kita, yang selalu ada untuk kita. Karena merekalah yang paling berhak untuk mendapatkan waktu dan perhatian kita.

Serahkan semua pada Allah, hakim yang paling adil. Biarkanlah Dia yang mengatur semua urusan kita, karena kita dengan segala kekurangan dan keterbatasan, tak akan mampu memikul beratnya ujian hidup ini sendirian.

And last but not least, you are not defined by your past mistakes. You are not the opinion of someone who doesn’t know you. Keep that resonate in your mind.

Have a great weekend!

~ Cirebon, end of July 2022.. always remember, the less you respond to negative people, the more peaceful your life will become :’)

© AISYAFRA.WORDPRESS.COM

[ image source: Pinterest ]

4 thoughts on “Hello, Haters!

  1. Jazaakillah khayr for addressing this topic, mba Tia.
    The more we react to such people, the more energy and time we spend with an unhappy person.

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.