Hadits Palsu Tentang Keutamaan Suami Istri Saling Memandang dan Memegang Telapak Tangan Dengan Penuh Kasih Sayang

holding hand in love

“Apabila seorang suami memandang istrinya dengan kasih sayang dan istrinyapun memandang dengan kasih sayang, maka Allah memandang keduanya dengan pandangan kasih sayang. Bila suami memegang telapak tangan istrinya, maka dosa-dosa keduanya berguguran dari celah jari tangan keduanya.” (HR. Rafi’i)

Pernah mendengar hadits ini? Sebuah hadits yang sangat terkenal dan sering dijumpai dalam buku-buku atau website-website mengenai pernikahan dan rumah tangga.

Namun, bagaimana sebenarnya derajat hadits tersebut? Shahih, Dha’if (lemah) atau Maudhu’ (palsu)?

Pertama kali mendengar hadits ini adalah di laman Tumblr seseorang yang saya follow, sekira 2 tahun yang lalu. Namun dalam versi bahasa Inggris sebagai berikut:

إن الرجل إذا نظر إلى امرأته ونظرت إليه نظر الله إليهما نظرة رحمة، فإذا أخذ بكفها، تساقطت ذنوبهما من خلال أصابعهما

“When a husband and wife look at one another (with love), Allah looks at them both with mercy. And if the husband then takes hold of his wife’s hand, their sins will fall from their fingers.” (Ar-Raf’iee Al-Qazwini in his At-Tarikh (2/764))

Karena artinya yang bagus dan romantis, akhirnya saya reblog. Eh, iya kan, romantis? 🙂

Tak lama kemudian muncul reply dari seseorang, yang mengatakan, “Afwaan, but that hadeeth above is Fabricated” alias hadits tersebut derajatnya Palsu.

Setelah saya cek di sini, akhirnya saya temukan nasehat itu benar, hadits ini adalah hadits palsu, terdapat dalam Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah wa Al-Maudhu’ah karya Syaikh Albani Rahimahullah. Alhamdulillah, ilmu baru. Jazakillah khayran..

Demikian juga yang saya dapati dari web salamdakwah.com:

Mau tanya… apa benar kalo suami istri saling menggenggam tangan maka akan merontokkan dosa-dosa mereka? Apa ada dalilnya?  شُكْرًا جَزِيْلاً

Jawaban Oleh Ustadz Muhammad Wasitho, MA :

Bismillah. Derajat hadits tersebut Maudhu’ (PALSU), karena di dalam sanadnya ada 2 perawi pemalsu hadits, yaitu Ismail bin Yahya at-Taimi n Al-Husain bin Mu’adz, sebagaimana dinyatakan oleh para ulama hadits.

Dan Syaikh Al-Albani rahimahullah menilai hadits ini sebagai hadits PALSU didlm kitab Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah wa Al-Maudhu’ah.

Tidak ada yang salah dengan isi hadits tersebut, bahkan isinya baik, untuk merekatkan hubungan dan rasa kasih sayang antara suami istri. Namun hadits palsu tetaplah hadits palsu, tidak akan berubah derajatnya menjadi shahih meskipun isinya shahih atau tidak bertentangan dengan kebenaran.

Ada baiknya setelah kita mengetahui suatu hadits derajatnya palsu, tidak mengutip atau menyebarluaskannya, karena sama saja dengan menyebarluaskan kedustaan atas nama Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena hadits adalah perkataan beliau.

“Waspadalah kalian dari banyak menyampaikan hadits dariku. Barangsiapa yang hendak berkata maka berkatalah yang benar atau yang hak. Dan barangsiapa yang berucap atas namaku yang TIDAK pernah aku ucapkan maka siapkan tempatnya di neraka”. [HR Ibnu Majah: 35, Ahmad: V/ 297 dan ad-Darimiy: I/ 77. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: hasan sebagaimana di dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 2684 dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 1753].

“Sesungguhnya berdusta atas namaku itu tidaklah seperti berdusta atas nama seseorang. Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka siapkan tempatnya itu di neraka”. [HR Muslim: 4. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih, Sebagaimana di dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 2142 dan Mukhtashor Shahih Muslim: 1862].

Mengutip dari satu website yang menerangkan tentang hadits ini,

“Benefit of the doubts is given to the one who sourced it wrongly, but now that you know it is not authentic, simply avoid quoting it.”

Bila ada yang kurang atau salah dengan apa yang saya tulis ini, mohon kiranya bersedia melengkapi dan mengoreksi. Karena saya hanyalah seorang penuntut ilmu biasa, yang dhaif dan masih awam tentang ilmu hadits, juga segala yang berkaitan dengannya. Jazakumullah khayran.

Referensi lain mengenai bahayanya berdalil dan menyebarkan hadits palsu yaitu di sini, sini dan sini.

Wallahu Ta’ala A’lam..

~ Jakarta, 4 Juni 2014, di sela-sela kesibukan mengurus rumah dan printilannya..

© aisyafra.wordpress com

[ image source: Tumblr ]

8 thoughts on “Hadits Palsu Tentang Keutamaan Suami Istri Saling Memandang dan Memegang Telapak Tangan Dengan Penuh Kasih Sayang

  1. Tidak ada yang salah dengan isi hadits tersebut, bahkan isinya baik. Namun hadits palsu tetaplah hadits palsu, tidak akan berubah derajatnya menjadi shahih meskipun isinya shahih atau tidak bertentangan dengan kebenaran.

    Mantab!!!

    Like

  2. Reblogged this on Eka's Voyage and commented:
    Tidak ada yang salah dengan isi hadits tersebut, bahkan isinya baik, untuk merekatkan hubungan dan rasa kasih sayang antara suami istri. Namun hadits palsu tetaplah hadits palsu, tidak akan berubah derajatnya menjadi shahih meskipun isinya shahih atau tidak bertentangan dengan kebenaran.

    Ada baiknya setelah kita mengetahui suatu hadits derajatnya palsu, tidak mengutip atau menyebarluaskannya, karena sama saja dengan menyebarluaskan kedustaan atas nama Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena hadits adalah perkataan beliau.

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.