Believe in Allah’s Perfect Timing

Siapa yang pernah ngalamin horornya satu “kata” ini?

Saya pernah, tapi kalo dibilang horror ya nggak horror juga sih. Malah lucu kalo diinget-inget. Secara kalo ditanya saya mah cuek bebek aja. Anti baper. Masuk kuping kiri keluar kuping kanan 😁

Duluuu sering banget ditanya kapan nikah. It’s simple, karena adek udah nikah duluan. Udah punya anak pula. Sedang saya masih anteng aja menjojoba (baca: menyandang predikat jomblo jomblo bahagia).. #ahayyy

Selain memang belum takdirnya menikah saat itu, sejak kecil saya tidak pernah bercita-cita ingin menikah muda. Saya masih ingin have fun menikmati masa muda, in a positive way. Ingin mengembangkan keahlian dan memperluas pertemanan. Ngaji dan jalan bareng temen sepuas-puasnya.

Selain itu, saya memang tipe yang selektif dalam banyak hal. Some people called it “picky” alias terlalu pemilih. Jangankan suami, sahabat aja saya pilih-pilih. Buat masa depan kok coba-coba? Nehi lah yaww 😜

Prinsip saya, “lebih baik ditertawakan karena belum menikah daripada tidak bisa tertawa setelah menikah.”

Jadi kalo memang belum sreg ya saya tidak ingin memaksakan diri. Apalagi hanya karena tuntutan keluarga dan omongan orang lain. Yang menjalani pernikahan ini nanti kan saya, mengalami manis dan pahitnya pasti saya juga, jadi saya bertanggungjawab penuh atas pilihan yang saya buat.

Kalau saya memaksakan untuk menikah dengan orang yang tidak saya pilih dari hati, lalu kemudian berujung kecewa dan kandas.. Apa orang lain yang akan merasakan? Ujung-ujungnya ya saya juga, kan?

Nah dalam hal ini, saya memang egois. Harus egois. Egois karena memikirkan diri sendiri lebih dulu, baru orang lain. Egois dalam artian positif. No matter what they say, this is my way.

Kalau dipikir-pikir, ya, saya memang memilih, memilih yang terbaik sebelum saya menyesal telah memilih orang yang salah. Adapun trial dan error yang saya alami, menurut saya adalah ujian kesabaran saya atas kebenaran janji Allah.

Seberapa kuat prinsip saya, bahwa kekufuan dalam agama adalah yang utama. Seberapa teguh keyakinan saya bahwa Allah menunda karena suatu alasan.

Suatu alasan yang mungkin tidak saya ketahui mengapa, suatu rencana yang tidak saya ketahui apa. Entahlah, saya hanya percaya, penantian itu tidak sia-sia. It was worth the wait. Dan di penghujung penantian, Allah telah menepati janjinya.

And yes, He had saved the best for last.

Kini, saya yakin bahwa penantian karena Allah itu tidak pernah sia-sia. I’ve got what I want, I’ve had what I need, I’ve found the one I’ve been looking for. And ten years later, I have no regrets upon this decision.

Masya Allah tabarakallah. May Allah unite us till Jannah ❀

Bagi kalian para jomblowati yang sedang menanti sang pujaan hati, just be patient with yourself. Everything has got its place and time. Nikmati waktu yang ada saat ini. Enjoy your singleness moments. Live your life to the fullest.

Adakalanya Allah menunda sesuatu karena ingin menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik. All we need to do is just put our trust on Him. Believe in His perfect plan. He knows what’s best for us.

Being single (and free) means…

Masih diberi banyak waktu untuk memperbaiki diri, memperbanyak amal shalih, menyiapkan diri dengan ilmu syar’i tentang pernikahan, mengupgrade diri dengan ilmu tentang kerumahtanggaan, dan banyak hal lain yang tidak leluasa dikejar setelah menikah nanti.

Dan ketika pertanyaan β€œkapan nikah?” itu  mampir lagi di telinga, jangan biarkan ia mengusik perasaan, melainkan jadikan ia cambuk untuk memperbaiki diri, lagi dan lagi. Karena Allah memasangkan seseorang sesuai dengan kadar keimanannya. Keep positive-thinking and husnuzhan to Allah.

Karena Dia adalah sebagaimana persangkaan hambaNya terhadapNya, right? πŸ˜‰

~ Jakarta, September 2017.. always believe in Allah’s perfect timing..

Β© AISYAFRA.WORDPRESS.COM

 [ image source: Pinterest ]

13 thoughts on “Believe in Allah’s Perfect Timing

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.